Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memberi Nasehat atau Membangun ‘Kerajaan’ - Ustadz Aris Munandar

Kabeldakwah.com

Memberi Nasehat atau Membangun ‘Kerajaan’

«الأخلاق والسير في مداواة النفوس» (ص45):

« وَلَا تنصح ‌على ‌شَرط ‌الْقبُول مِنْك فَإِن تعديت هَذِه الْوُجُوه فَأَنت ظَالِم لَا نَاصح وطالب طَاعَة وَملك لَا مؤدي حق أَمَانَة وأخوة وَلَيْسَ هَذَا حكم الْعقل وَلَا حكم الصداقة لَكِن حكم الْأَمِير مَعَ رَعيته وَالسَّيِّد مَعَ عبيده»

Ibnu Hazm al-Andalusi mengatakan, “Janganlah engkau memberi nasehat dengan syarat nasehatmu harus diterima. Jika engkau langgar ketentuan ini sejatinya engkau adalah pelaku kezaliman, bukan pemberi nasihat.

Sejatinya engkau adalah orang yang menuntut ketaatan dan membangun ‘kerajaan’, bukan orang yang menunaikan amanah dan persaudaraan.

Menasehati namun harus dituruti itu tidak sesuai dengan akal sehat dan bukan demikian konsekuensi persahabatan.

Menasehati namun harus dilaksanakan adalah instruksi penguasa kepada rakyat jelata dan perintah pemilik budak kepada budaknya” Akhlaq was Siyar karya Ibnu Hazm hlm 45.

Orang yang benar-benar menasehati adalah orang yang menginginkan kebaikan untuk orang yang diberi nasehat.

Senjata orang yang memberi nasehat adalah menyakinkan (‘iqna’) orang yang diberi nasihat akan kebenaran dan ketepatan materi nasehat, bukan ancaman dan intimidasi.

Inilah perbedaan orang yang memberi nasehat dan saran dengan orang yang memaksakan pendapat. Orang yang memberi nasehat itu tidak mengharuskan orang yang diberi nasehat untuk menerima nasehat dan saran yang diberikan.

Ciri orang yang berkedok memberi nasehat namun hakekatnya adalah orang yang memaksakan pendapat adalah melakukan monitoring kepada orang yang diberi nasehat apakah sudah melaksanakan isi nasehat ataukah belum.

Jika belum dilaksanakan maka orang yang “dinasehati” akan mendapatkan bullying verbal. Misal, “Dasar keras kepala tidak mau menerima nasehat” “Kamu ini sudah dibilangi untuk tidak ikut pengajian ustadz A masih ngeyel saja”.

Menurut Ibnu Hazm orang yang katanya memberi nasehat namun menuntut agar nasehatnya dituruti adalah:

1. Orang yang zalim. Nasehat itu hanya kedok dan omong kosong

2. Orang yang membangun “kerajaan”, pencari kekuasaan dan kepemimpinan

3. Orang yang tidak berakal sehat.

4. Bukan sahabat namun musuh dari orang yang "diberi nasehat".

5. Memposisikan ‘calon korbannya’ sebagai budak dan rakyat jelata yang harus nurut.

Dalam dunia dakwah ada yang disebut bid’ah ‘imārah ad-dakwah, bid’ah kerajaan dakwah. Dalam ‘kerajaan dakwah’ ada standar komunitas baik tertulis atau pun tidak tertulis yang harus dituruti dan dipatuhi.

Juru dakwah yang dinilai melanggar standar komunitas bisa langsung didepak dan ditendang tanpa ampun dan tanpa tabayyun atau diberi ‘nasihat’ yang hakekatnya adalah intimidasi verbal dan ancaman.

Nasihat yang diberikan oleh ‘polisi’ penjaga standar komunitas ini seratus persen harus dituruti, jika tidak maka bisa dipastikan akan ada pembunuhan karakter juru dakwah tersebut.

Atas dasar fitnah dan ‘karakter’ yang sudah dihabisi, tahapan berikutnya adalah pemboikotan dan pembubaran pengajian yang diampu oleh juru dakwah tersebut plus pemberhentian tanpa hormat (baca: pemecatan) dari berbagai kegiatan dan struktur sejumlah yayasan dakwah yang dipegang oleh yang bersangkutan.

Tidak menutup kemungkinan ditambah akuisisi paksa sejumlah media dakwah juru dakwah tersebut dengan kedok penyelamatan agar media-media tersebut tidak dimanfaatkan sang juru dakwah untuk menyebarkan kesesatan.

Para ‘polisi’ penjaga standar komunitas itu terkadang adalah orang-orang yang suka berbusa-busa menyampaikan tema-tema akhlak dan tazkiyatun nufus/pembersihan jiwa dan hati di berbagai forum dan kesempatan. Kalimat-kalimat bijak dan indah yang hanya ada di podium dan meja-meja pengajian.

Dunia dakwah dan pengajian tidaklah seindah sangkaan banyak orang.

Ditulis oleh: Ust. Dr. Aris Munandar

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Ryzen Store dan Jasa Pembuatan Barcode BBM Se-Nusantara Indonesia

Posting Komentar untuk "Memberi Nasehat atau Membangun ‘Kerajaan’ - Ustadz Aris Munandar"