Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suka Cita di Hari Raya, Diqobul di Akhir Puasa - Khutbah Idul Fitri

Kabeldakwah.com

Suka Cita di Hari Raya, Diqobul di Akhir Puasa

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ

الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُون

Jamaah Sholat Idul Fitri yang Berbahagia…

Segala puji bagi Alloh atas segala karunia dan pemberian-Nya. Karunia yang dirasakan maupun yang tidak, berbentuk jasmani, materi maupun rohani. Karunia yang sedang dinikmati maupun yang telah dilewati.

Nikmat rohani berupa pemberian taufik berpuasa, sholat, tadarus, sedekah, husnudhon, dan sebagainya.

Nikmat rohani ini seringkali diabaikan, bahkan dianggap bukan sebagai nikmat. Padahal nikmat rohani jauh lebih besar dan bermakna dari nikmat jasmani dan materi.

Jasmani dan materi akan terasa kelezatannya jika rohaninya sehat.

Bahkan puncak dari segala nikmat adalah nikmat beriman dan berislam, yang mana keduanya adalah nikmat rohani.

Shalawat dan salam kita panjatkan kepada sang penunjuk kebenaran, penunjuk kenikmatan, dan pembawa kebahagiaan hidup, yakni Nabi Muhammad saw. Juga kepada para sahabat, tabi'in, dan tabi'it tabiin.

Hadirin jama'ah Ied Rahimakumullah.

Menyelesaikan ibadah puasa selama 30 hari adalah kenikmatan yang tiada tara yang dianugerahkan Alloh kepada hamba-Nya. Akhir dari rangkaian kenikmatan puasa ditutup dengan zakat fitrah dan Idul fitri.

Setiap ketaatan yang selesai ditunaikan sudah seharusnya dirayakan secara riang-gembira, suka-cita dan ceria, al faroh bit tho'at  الفرح بالطاعة. Karena gembira atas ketaatan bagian dari cabang keimanan (syu'abul iman).

Kegembiraan atas ketaatan bukan berarti gembira atas keberhasilan diri, bukan semata-mata karena kemampuan diri an sich. Bukan itu yang dimaksud.

Gembira atas ketaatan maknanya gembira karena Alloh telah menganugerahkan dan menyempurnakan nikmat kepada hamba-Nya sehingga bisa menuntaskan ibadah. Semuanya murni karena fadhol dan karunia-Nya.

قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡیَفۡرَحُوا۟ هُوَ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ

Manusia adalah makhluk yang tidak memiliki kemampuan apapun, semuanya berjalan atas kehendak-Nya dan karena-Nya. (QS. Yunus: 58)

لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

Idul Fitri disiapkan Alloh sebagai momen kegembiraan, keceriaan dan kesenangan bersama ( yaumul faroh was surur). Islam memberi ruang kepada manusia mengekspresikan kegembiraan, suka cita, dan kesenangan dalam batas-batas yang ditentukan syariah. Suka cita dalam bingkai iman, bukan suka cita di kuar bingkai iman.

Penanda kegembiraan di hari Raya dapat kita amati dari beberapa ketentuan syariat di momen iedul fitri.

Pertama, zakat fitrah. Zakat fitrah dirancang agar kaum muslimin di hari raya dan beberapa hari setelahnya memiliki persediaan pangan yang memadai. Tanpa persediaan pangan yang memadai, tentunya akan mengurangi kadar kesenangan dan kegembiraan.

Kedua, kesunahan memakai pakaian bagus. Dalam literatur fiqih kita dapati sunahnya mengenakan pakaian terbaik yang dimiliki di hari raya meski tidak berwarna putih. Berbeda dengan hari Jumat, yang dianjurkan berwarna putih meski bukan yang terbaik. Bahkan jika mampu memakai yang baru itu lebih utama. Penampilan yang baik dan indah semakin menambah kualitas keceriaan di hari raya.

Ketiga, disunahkan mandi. Kesunahan mandi di hari raya berlaku bagi siapa saja yang mendapati hari raya. Orang tua, dewasa sampai anak-anak, yang hadir ikut sholat ied maupun yang tidak, yang sedang suci maupun sedang haid atau nifas. Hanya di hari ini, wanita haid sekalipun diperkenankan mandi sunah dengan niat ibadah (ta'abbud), hal yang dilarang di luar Ied fitri.

Keempat, haram berpuasa di hari raya. Hari raya adalah hari makan dan minum sebagai ekspresi kegembiraan dan suka cita, berpuasa di hari ini akan sangat kontras dengan nuansa kegembiraan.

Kelima, di hari raya Siti Aisyah begitu asik menikmati gelaran nyanyi dan tabuh-tabuhan duff budak Habsyi. Gelaran yang direstui nabi.

Keenam, dianjurkan menyampaikan tahniah sesama muslim, yaitu ungkapan-ungkapan suka cita di hari raya. Ungkapan-ungkapan baik di hari nan fitri ini sangat dianjurkan.

Ketujuh, di hari ini hendaknya setiap orang tidak menampakkan kegelisahan dan keresahan, tidak juga menciptakan kesedihan yang membuat orang lain ikut bersedih.

Kedelapan, disunahkan tausi'ah ala 'iyal atau memberi kelapangan dan kegembiraan pada keluarga. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, bisa dengan berbagi hadiah, berbagi uang, maupun bingkisan, dsb.

Serta hal-hal lain yang dikerjakan dalam menyemarakkan hari raya Iedul Fitri.

Kualitas kesenangan dan suka cita tersebut hendaknya jangan diganggu dengan berkurangnya roja` kepada Alloh akan diterimanya amal ibadah selama puasa.

Selama kita berupaya keras menghadirkan puasa sebaik mungkin, kekurangan-kekurangan yang didapati selama menjalaninya tidak lantas menghalangi kita menaruh harapan tinggi akan diterimanya amal.

Beribadah dengan roja lebih baik dibanding beribadah yang hanya diselimuti dengan khouf.

Diterimanya amal bukan sekedar sempurna tidaknya menjalankan puasa, lebih dari itu bagaimana kita menunjukkan upaya serius menjalaninya.

Dengan upaya serius itu, kita tidak dianggap sedang menggampangkan ibadah, tidak pula dianggap teledor dalam melaksanakannya (غير مقصر).

Kekurangan-kekurangan selama puasa terjadi murni karena keterbatasan yang kita miliki bukan karena keteledoran dan menggampangkan.

Dzat yang paling layak disematkan untuk husnudhon hanyalah Alloh swt.

Salah satu sangkaan baik kepada Alloh adalah berprasangka diqobulnya ibadah puasa kita setelah serius melakoninya.

Beribadah disertai roja lebih utama dari pada ibadah yang disertai khouf.

Terakhir, ekspresi suka cita di hari raya tidak semestinya dinodai dengan melanggar batasan-batasan syar'i. Di hari Idul fitri semua yang halal tetap halal, dan semua yang haram tetap haram.

Idul Fitri tidak sedang menghalalkan yang haram. Momen Idul Fitri sedang menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram.

Memakai pakaian bagus memang dianjurkan, tapi pakaian yang menonjolkan lekuk tubuhnya menjadi terlarang.

Menghiasi diri dengan mandi, potong kuku dan wangi-wangian memang ditekankan, tapi wangi-wangian dan make up yang berlebihan menjadi tidak baik.

Saat Idul fitri membolehkan menampakkan apa yang boleh diperlihatkan, namun saat Idul fitri pun melarang menampakkan apa yang terlarang ditampakkan.

Bersilaturahmi dan saling berkunjung memang baik dan dianjurkan, tapi bersentuhan dengan sembarang wanita menjadi tidak baik dan tidak dianjurkan.

Merayakan hari Idul Fitri adalah perintah syariah, maka semua agenda turunannya pun harus dalam bingkai syariah.

 

Khutbah 2

اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Author: A Deni

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Ryzen Store dan Jasa Pembuatan Barcode BBM Se-Nusantara Indonesia

Posting Komentar untuk "Suka Cita di Hari Raya, Diqobul di Akhir Puasa - Khutbah Idul Fitri"