Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mendidik Tanpa Melarang - Hafzan Elhadi, Lc. M.Pd.

Kabeldakwah.com

Mendidik Tanpa Melarang

Oleh: Hafzan Elhadi, Lc. M.Pd.

Pola pendidikan yang keliru, diantara contohnya pendidikan dengan menghindari kata “Jangan”. Sekilas terlihat logis dan bijak, tetapi ternyata menjerumuskan.

Konsep pendidikan ini bukanlah berasal dari Islam, tetapi justru dari ilmuan kuffar.

Pendekatan pendidikan anak tanpa melarang banyak dipengaruhi oleh berbagai teori parenting dan psikologi perkembangan, bukan dari satu pencetus tunggal. Namun, beberapa tokoh yang berperan dalam konsep ini antara lain:

1. Maria Montessor

Mengembangkan Montessori Method, yang menekankan kebebasan anak dalam belajar dengan bimbingan, bukan larangan.

Mendorong eksplorasi dan pembelajaran alami berdasarkan minat anak.

2. Jean Piaget

Ahli psikologi perkembangan yang menjelaskan bahwa anak belajar melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

Menekankan pentingnya pengalaman langsung daripada sekadar aturan ketat.

3. Alfie Kohn

Penulis buku Unconditional Parenting, yang menolak penggunaan hukuman dan larangan kaku.

Mengedepankan pendekatan yang lebih empatik dan berbasis kerja sama dengan anak.

4. Jesper Juul

Mengembangkan konsep family coaching yang menekankan hubungan setara antara orang tua dan anak.

Padahal, dalam Islam kita kenal Istilah Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar (Menyuruh kepada yang baik dan Melarang dari yang mungkar), hal ini supaya anak didik kita mengerti aturan, mana yang seharusnya dan mana yang tidak boleh, mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Jika anak-anak tidak dilarang atau tidak dikenalkan dengan aturan yang bersifat larangan sejak kecil, maka mereka cenderung akan berfikiran liberal tanpa aturan, dan orang-orang sekitarnya akan kewalahan menertibkannya, walaupun bagi kedua orangtua memaklumi saja atau bahkan minta dimaklumi kepada orang lain.

Yang terjadi, ketika mereka masuk dalam ruang masyarakat luas, mereka akan liar dan tidak bisa ikut regulasi yang berlaku, terjadilah kekacauan, kenakalan, kejahatan, dan berbagai penyimpangan.

Adapun di dalam Islam, lihatlah rekomendasi Allah kepada Luqman dalam mendidik anaknya:

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَـٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ یَعِظُهُۥ یَـٰبُنَیَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِیمࣱ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! JANGANLAH engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Surat Luqman: 13)

Beliau menggunakan kata ”Jangan” yang diiringi dengan proses memahamkan.

Hadis dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: لَا تَأْكُلُوا بِالشِّمَالِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِالشِّمَالِ

Artinya:

"Aku mendengar Rasulullah bersabda: Janganlah kalian makan dengan tangan kiri, karena setan makan dengan tangan kiri." (HR. Muslim No. 2020)

Dan banyaaak sekali contoh-contoh pendidikan Rasulullah dengan menggunakan kata “JANGAN”.

Semoga bermanfaat dan jangan tertipu dengan pola pendidikan kuffar.

Baarokallahu fiikum…

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Ryzen Store dan Jasa Pembuatan Barcode BBM Se-Nusantara Indonesia

Posting Komentar untuk "Mendidik Tanpa Melarang - Hafzan Elhadi, Lc. M.Pd."