Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Santri Mencuri - Semangat di Tengah Duka: Perjuangan Seorang Santri dalam Menuntut Ilmu (Part 2)

Kabeldakwah.com

Semangat di Tengah Duka: Perjuangan Seorang Santri dalam Menuntut Ilmu

<== Part 1

==> Part 3

Setelah sekian kali gagal menghubungi ayah kandung seorang santri, akhirnya saya berhasil berbicara dengannya dan mengatur pertemuan. Ayahnya telah pergi meninggalkan keluarganya bersama istri barunya tanpa memberikan tanggung jawab sedikit pun kepada anaknya. Ketika saya kembali dari liburan kenaikan kelas, ibu santri tersebut datang dengan menangis. Dengan suara terbata-bata, ia menyampaikan bahwa dirinya sudah tidak sanggup lagi membayar SPP anaknya. Padahal, pihak sekolah telah memberikan keringanan hingga 50%, namun tetap saja ia tidak mampu.

Saya sangat prihatin, terutama karena santri ini menunjukkan semangat belajar yang luar biasa. Perkembangannya begitu pesat dalam berbagai bidang, seperti tahfidz, bahasa, ilmu syar'i, serta ibadahnya yang sangat tekun. Ia rajin berpuasa Senin-Kamis, qiyamul lail, dan menjalankan shalat sunnah lainnya. Melihat kondisi ini, saya pun berkata kepada ibunya, "Baik, Ibu. Saya bebaskan ananda dari biaya SPP. Tapi, mohon tetap berikan uang jajan dan sabun untuknya, agar ia tidak kesulitan."

Namun, apa yang saya dengar setelahnya semakin membuat hati ini tersayat. Ternyata uang jajan santri ini hanya berasal dari neneknya yang sudah lanjut usia, dengan jumlah yang sangat terbatas—hanya Rp100.000 untuk satu bulan. Saya pun berusaha menemui ayahnya hingga akhirnya berhasil bertemu di jalan. Saat itu, ia menolak diajak berbicara di rumahnya. Dalam percakapan kami, ia berjanji akan membantu biaya sekolah anaknya. Namun, hingga hari ini, tidak ada satu rupiah pun yang dikirimkannya. Bahkan, ia memblokir nomor kami dan mengganti nomor teleponnya.

Di sisi lain, saya juga mencari ibunya. Namun, dari pengakuan para tetangga, ia terlilit utang hingga akhirnya pergi ke luar kota. Keadaan santri ini semakin berat. Ia tidak mendapatkan dukungan dari siapa pun, kecuali seorang nenek yang sudah renta. Lebih memilukan lagi, selama dua bulan terakhir, ia belajar tanpa memiliki buku paket. Meskipun demikian, ia tetap semangat dan mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Hasil ujian bulanannya pun tetap menunjukkan nilai yang baik. Karena itu, saya akhirnya memutuskan untuk memberikannya buku meskipun belum dibayar.

Seiring waktu, saya mulai memperhatikan bahwa santri ini jarang makan makanan selain dari yang diberikan oleh pondok. Sepatunya sudah bolong di bagian depan, dan ia tidak pernah melaundry pakaiannya. Semua ia cuci sendiri, termasuk sprei dan barang-barang lainnya. Uang Rp100.000 yang ia miliki ternyata juga harus digunakan untuk membeli sabun.

Meski dalam kondisi sulit, ia tetap memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia sering membantu teman-temannya dalam pekerjaan fisik seperti mengangkat barang dan membersihkan ruangan. Dari situlah, ia mendapat sedikit jajanan yang diberikan oleh teman-temannya. Ia juga terlihat sangat antusias saat ada kegiatan market day, karena di situlah ia bisa mendapatkan jajanan gratis dari keuntungan penjualan. Ia melakukan semua proses produksi hingga menjual tanpa merasa lelah sedikit pun.

Saya sering mengatakan kepadanya, "Kamu harus tetap sekolah. Buktikan bahwa kamu adalah orang yang kuat dan hebat dengan belajar. Abaikan semua keadaan yang kamu alami saat ini. Ustadz juga dulu hidup dalam kesulitan, tapi Ustadz yakin bahwa jika Allah menginginkan kebaikan bagi seorang hamba-Nya, maka Allah akan memahamkan hamba tersebut dengan agamanya."

Semoga kisah santri ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang dalam keadaan apa pun, karena Allah selalu memberikan jalan bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.

Ditulis oleh: Wahab Rajasam

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Ryzen Store dan Jasa Pembuatan Barcode BBM Se-Nusantara Indonesia

Posting Komentar untuk "Kisah Santri Mencuri - Semangat di Tengah Duka: Perjuangan Seorang Santri dalam Menuntut Ilmu (Part 2)"