Sisi Gelap Ahmad bin Zaini Dahlan: Propaganda yang Menjatuhkan Dakwah Sunnah dan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab
Kabeldakwah.com |
Daftar Isi:
Biografi Ahmad bin Zaini Dahlan
Karya-Karya Ahmad bin Zaini Dahlan
Kritik Ulama terhadap Ahmad bin Zaini Dahlan
Bukti Kecenderungan Rafidhah Ahmad bin Zaini Dahlan
Biografi Ahmad bin Zaini Dahlan
Ahmad bin Zaini Dahlan
(wafat 1304 H) adalah seorang tokoh yang dikenal sebagai pemimpin oposisi
terhadap dakwah Salaf di Hijaz, khususnya di Makkah dan Madinah. Ia memanfaatkan kedudukannya sebagai Mufti
Mazhab Syafi'i di Makkah untuk menyebarkan propaganda anti-Salafi, bahkan
menulis beberapa karya yang bertujuan mencoreng nama baik Syekh Muhammad bin
Abdul Wahhab رحمه الله dan para pengikutnya.
Tuduhan yang ia sebarkan tidak hanya berdampak di Hijaz, tetapi juga menyebar
luas ke kalangan jamaah haji dari berbagai negara, menciptakan kesalahpahaman
besar terhadap dakwah tauhid yang dibawa oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab رحمه الله.
Namun, ada sisi lain dari
Ahmad bin Zaini Dahlan yang jarang dibahas secara terbuka. Banyak ulama
menyoroti bahwa ia memiliki kecenderungan kuat terhadap paham Rafidhah
(Syi'ah), meskipun secara lahiriah ia mengaku sebagai pengikut Mazhab Syafi'i.
Karya-Karya Ahmad bin Zaini
Dahlan
Ahmad bin Zaini Dahlan
menulis sejumlah buku yang mengandung kritik tajam terhadap dakwah Salaf.
Karyanya juga suka dipakai oleh kaum di Indonesia yang suka dengan propaganda
menjatuhkan dakwah sunnah.
Berikut beberapa karyanya
yang terkenal:
1. Al-Durar Al-Saniyyah
Fi Al-Radd 'Ala Al-Wahabiyyah
Kitab ini adalah salah
satu karya utamanya yang memuat berbagai tuduhan terhadap Muhammad bin Abdul
Wahhab رحمه الله. Buku ini
telah dicetak berulang kali, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki
pandangan negatif terhadap Salafi. Isinya sarat dengan penyimpangan fakta,
tuduhan palsu, dan retorika emosional yang tidak didukung oleh dalil-dalil yang
kuat.
2. Fitnah Wahhabiyyah
Dalam kitab ini, Dahlan
mencoba menggambarkan gerakan dakwah tauhid yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul
Wahhab رحمه الله sebagai
gerakan yang membawa fitnah besar di dunia Islam.
3. Khulasah Al-Kalam Fi
Amr Balad Al-Haram
Buku ini berisi narasi
yang mendiskreditkan dakwah Salafi dengan fokus pada isu-isu yang berkaitan
dengan Mekkah dan Madinah.
4. Asna Al-Mathalib Fi
Najah Abi Thalib
Buku ini menjadi salah
satu indikasi kuat kecenderungan Dahlan terhadap paham Rafidhah. Dalam buku
ini, ia dengan penuh semangat membela keyakinan bahwa Abu Thalib, paman Nabi
Muhammad صلى الله
عليه وسلم, masuk surga. Pandangan ini bertentangan dengan akidah Ahlus
Sunnah wal Jama'ah yang didasarkan pada dalil-dalil sahih bahwa Abu Thalib
meninggal dalam keadaan tidak beriman.
Kritik Ulama terhadap Ahmad
bin Zaini Dahlan
Banyak ulama dari
berbagai wilayah seperti Najd, Irak, dan India secara terang-terangan menolak
karya-karya Ahmad bin Zaini Dahlan. Mereka tidak hanya mengkritik isi karyanya,
tetapi juga memaparkan bukti-bukti penyimpangan akidah yang ada dalam tulisan-tulisannya.
1. Syaikh Shalih
Al-Fauzan حفظه الله
Dalam kitabnya Al-Bayan
wa Al-Isyhar, Syaikh Al-Fauzan menyebutkan bahwa karya-karya Dahlan diibaratkan
seperti bangkai yang hanya dikonsumsi oleh orang-orang yang putus asa.
Pernyataan ini menggambarkan betapa rendahnya nilai ilmiah dari karya-karya Dahlan
menurut pandangan ulama yang berpegang pada Al-Qur'an dan Sunnah.
2. Para Ulama Najd
Ulama-ulama dari Najd,
termasuk Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رحمه الله dan pengikutnya, membantah
tulisan Dahlan dengan karya-karya ilmiah yang menjelaskan kebatilan tuduhannya.
Mereka menyoroti bahwa banyak klaim dalam tulisan Dahlan yang tidak didukung
oleh bukti valid dan hanya didasarkan pada prasangka buruk.
3. Syaikh Al-Alusi (Ulama
Irak)
Dalam beberapa
tulisannya, Syaikh Al-Alusi رحمه
الله mengkritik keras pandangan-pandangan Dahlan yang dianggap
menyimpang dari akidah Ahlus Sunnah.
Bukti Kecenderungan Rafidhah
Ahmad bin Zaini Dahlan
Kitab Asna al-Mathalib fi
Najah Abi Thalib karya Ahmad bin Zaini Dahlan menimbulkan kontroversi karena
isinya yang membela keimanan Abu Thalib, paman Nabi Muhammad ﷺ. Pandangan ini bertentangan
dengan keyakinan mayoritas Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yang berdasarkan hadis
sahih, meyakini bahwa Abu Thalib meninggal dalam keadaan tidak beriman.
Beberapa ulama
kontemporer telah mengkritisi kitab ini, di antaranya:
1. Syaikh Muhammad Basyir
Al-Sahsawani Al-Hindi: Dalam karyanya Shiyanatul Insan 'an Waswasati Syaikh
Dahlan, beliau membantah berbagai klaim Ahmad Zaini Dahlan, termasuk
pandangannya tentang keimanan Abu Thalib. Syaikh Al-Sahsawani menilai bahwa
Dahlan seringkali menyampaikan informasi yang tidak akurat dan cenderung
memihak kelompok tertentu.
2. Syaikh Muhammad Rasyid
Ridha: Dalam pengantar kitab Shiyanatul Insan, Syaikh Rasyid Ridha menyebut
bahwa Ahmad Zaini Dahlan dalam risalahnya seringkali melakukan kebohongan dan
kedustaan atas Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, serta menunjukkan kebodohan
dengan menyalahkan yang sebenarnya benar.
3. Syaikh Shalih
Al-Fauzan: Dalam mukadimah kitab Ta'yid Al-Malik Al-Mannan, Syaikh Al-Fauzan
menyatakan bahwa Ahmad Zaini Dahlan menulis buku yang sarat dengan kesesatan
dan kedustaan terhadap para pendakwah tauhid, khususnya Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab.
Kritikan-kritikan ini
menunjukkan bahwa pandangan Ahmad Zaini Dahlan dalam Asna al-Mathalib fi Najah
Abi Thalib tidak diterima oleh sebagian ulama kontemporer, yang menilai bahwa
pandangannya menyimpang dari akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Buku ini bertujuan untuk membela Abu Thalib
dan mengklaim bahwa ia meninggal dalam keadaan beriman, padahal terdapat banyak
dalil sahih yang menunjukkan sebaliknya, di antaranya sabda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم:
إِنَّ أَبَا طَالِبٍ
فِي ضَحْضَاحٍ مِنَ النَّارِ، وَلَوْلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ
مِنَ النَّارِ
"Sesungguhnya Abu
Thalib berada di tempat yang dangkal dari neraka. Jika bukan karena aku,
niscaya ia akan berada di kerak neraka yang paling bawah." (HR. Muslim, no. 209)
Pendapat Sahabat:
Ibnu Abbas رضي الله
عنه: Menyatakan bahwa Abu Thalib tetap berada di neraka karena
tidak beriman, meskipun beliau mendapat keringanan karena syafaat Nabi صلى الله عليه وسلم. Dalam hal ini, beliau masih berada di tempat yang lebih
ringan dibandingkan orang kafir lainnya.
Abu Hurairah رضي الله عنه: Menguatkan bahwa meskipun Abu
Thalib mendapat keringanan, beliau tetap berada di neraka dan tidak bisa
terlepas dari hukuman.
Pendapat Tabi'in:
Ikrimah: Beliau
menjelaskan bahwa hadis ini menunjukkan bahwa meskipun Abu Thalib tidak
beriman, syafaat Nabi صلى
الله عليه وسلم memberikan keringanan baginya, tetapi tidak berarti bahwa
beliau tidak berada di neraka.
Al-Hasan al-Basri: Beliau
menegaskan bahwa Abu Thalib memang berada di neraka, namun syafaat Nabi صلى الله عليه وسلم membuat
tempatnya di neraka lebih ringan.
Pendapat Tabi'ut Tabi'in:
Qatadah: Mengatakan bahwa
Abu Thalib mendapat keringanan berkat syafaat Nabi صلى الله عليه وسلم, tetapi beliau tetap berada di
neraka.
Pendapat Imam Mazhab:
1. Imam Malik:
Berpendapat bahwa meskipun Abu Thalib mendapat keringanan, beliau tetap tidak
bisa terlepas dari neraka, karena beliau meninggal dalam keadaan tidak beriman.
2. Imam Abu Hanifah:
Beliau menyatakan bahwa Abu Thalib mendapatkan keringanan berkat syafaat Nabi صلى الله عليه وسلم, namun tetap
berada di neraka karena tidak beriman.
3. Imam Syafi'i:
Menegaskan bahwa syafaat Nabi صلى
الله عليه وسلم memberikan keringanan bagi Abu Thalib di neraka, tetapi beliau
tetap di neraka.
4. Imam Ahmad: Beliau
juga berpendapat bahwa Abu Thalib berada di neraka, tetapi mendapat keringanan
berkat syafaat Nabi صلى
الله عليه وسلم.
Selain itu, Ahmad bin
Zaini Dahlan juga dikenal menyisipkan unsur-unsur Rafidhah dalam tulisannya,
meskipun secara lahiriah ia mengaku sebagai pengikut Mazhab Syafi'i. Hal ini
menunjukkan adanya upaya untuk menutupi keyakinannya yang sebenarnya demi mendapatkan
dukungan dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Jadi, Ahmad bin Zaini
Dahlan adalah sosok yang kontroversial dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai
tokoh utama yang menentang dakwah Salafi dan menyebarkan propaganda yang
merugikan dakwah tauhid. Namun, karya-karyanya banyak ditolak oleh ulama-ulama
besar karena sarat dengan penyimpangan, kebohongan, dan tuduhan yang tidak
berdasar.
Lebih jauh,
kecenderungannya terhadap paham Rafidhah semakin menegaskan bahwa ia bukanlah
representasi sejati dari Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Oleh karena itu, umat Islam
perlu berhati-hati terhadap tulisan-tulisan Ahmad bin Zaini Dahlan, khususnya
yang berkaitan dengan kritik terhadap dakwah Salafi, karena banyak mengandung
penyimpangan dari Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih.
Referensi:
1. Syaikh Shalih
Al-Fauzan حفظه الله - Al-Bayan wa
Al-Isyhar
2. Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab رحمه
الله
3. Syaikh Al-Alusi رحمه الله - Tulisannya tentang kritik
terhadap Ahmad bin Zaini Dahlan
4. Syaikh Muhammad Basyir
Al-Sahsawani Al-Hindi - Shiyanatul Insan 'an Waswasati Syaikh Dahlan
5. Syaikh Muhammad Rasyid
Ridha - Shiyanatul Insan
6. Imam Muslim - Sahih Muslim, Hadis no. 209
7. Ahmad bin Zaini Dahlan - Al-Durar
Al-Saniyyah Fi Al-Radd 'Ala Al-Wahabiyyah (Karya-karya yang mengkritik dakwah
Salafi)
8. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Tuwayjiri -
"Al-Ajwibat Al-Mufidah 'Ala As'ilat Al-Khataa' Al-Shufiyyah"
9. Syaikh Abdul Aziz bin Baz رحمه الله - "Al-Iqna' fi Al-Aqidah wa
Al-Sunnah"
10. Syaikh Sa'di رحمه
الله - "Tafsir As-Sa'di"
11. Syaikh Al-‘Uthaymeen رحمه الله - "Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah"
12. Syaikh Ibn Jibrin رحمه الله - "Radd 'Ala Al-Khata' wa Al-Dalalah
fi Al-Aqidah"
13. Syaikh Al-Albani رحمه
الله - "As-Silsilah As-Sahihah"
14. Syaikh 'Abd Allah bin Jibrin رحمه الله - "Qawlul Haqq fi Radd Ala Al-Khata'
wa Al-Bid'ah”
Ditulis oleh: Abu
Muhammad Al Fatih (6 Januari 2025)
Posting Komentar untuk "Sisi Gelap Ahmad bin Zaini Dahlan: Propaganda yang Menjatuhkan Dakwah Sunnah dan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.