Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Lebih Dekat Siapakah Ashaabul A’raf? - Hari Akhirat

Mengenal Lebih Dekat Siapakah Ashabul A’raf?

من هم أصحاب الأعراف

- Siapakah Ashabul A’raf?

- Bagaimanakah Nasib Akhir Mereka?

- Apakah Al-A’raf adalah tempat terakhir ketiga selain surga dan neraka?

- Apakah Al-A’raf hanya tempat yang menjadi persinggahan sementara?

- Lantas apa faidah Allah ciptakan Al-A’raf?

 -------------------------------

Definisi Ashabul Al-A’raf

Al-Ashaab adalah bentuk jamak dari kata As-Soohib. Yang artinya adalah sahabat atau teman dekat. Namun didalam kalimat ini, ashab berarti Al Ahlu yang bermakna Seseorang yang tinggal di suatu tempat atau secara singkatnya disebut sebagai penghuni.

Adapun Al-A’raf, ini adalah bentuk jamak dari kata Urf, yang akar katanya ‘arafa-ya’rifu-ma’rifah; mengetahui atau mengenal. Makna dari al-A’raf itu sendiri adalah sebuah tempat yang tinggi. Setiap tempat yang menjulang tinggi, orang Arab menamainya ‘urf dan bentuk jama’nya a’raf. Disebut demikian karena orang yang naik ke a’raf bisa mengenali banyak orang dengan jelas (Tafsir at-Thabari surat al-A’raf [7]: 46)

Adapun makna yang lain ada yang mengatakan bahwa Urf (bentuk tunggal dari kata a’raf) adalah suatu dinding yang menjulang tinggi.

Ibnu Jarir berkata bahawa yang dimaksud disini adalah dinding sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya,

فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ

“Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa”. (Qs. Al-Hadid :13)

Mujahid berkata: “Yang dimaksud a’raf adalah pembatas antara syurga dan neraka.”

Ibnu Abbas berkata: “Ia adalah sebuah pagar".

As-Suudi berkata: “Dinamakan a’raf kerana penghuninya mengetahui keadaan manusia (yang ada di syurga dan di neraka).” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/119)

Dalil adanya Al’Araf

Dijelaskan dalam QS. al-A’raf: 46-49 sebagai berikut:

وَبَيۡنَهُمَا حِجَابٞۚ وَعَلَى ٱلۡأَعۡرَافِ رِجَالٌ يَعۡرِفُونَ كُلَّۢا بِسِيمَىٰهُمۡۚ وَنَادَوۡاْ أَصۡحَٰبَ ٱلۡجَنَّةِ أَن سَلَٰمٌ عَلَيۡكُمۡۚ لَمۡ يَدۡخُلُوهَا وَهُمۡ يَطۡمَعُونَ  ٤٦

Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A`raf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Seperti dalam surah ali imran ayat 106:

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَٰنِكُمْ فَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ

Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".

-----

Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salam `alaikum“. Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).

۞وَإِذَا صُرِفَتۡ أَبۡصَٰرُهُمۡ تِلۡقَآءَ أَصۡحَٰبِ ٱلنَّارِ قَالُواْ رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا مَعَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ  ٤٧

Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zhalim itu“.

وَنَادَىٰٓ أَصۡحَٰبُ ٱلۡأَعۡرَافِ رِجَالًا يَعۡرِفُونَهُم بِسِيمَىٰهُمۡ قَالُواْ مَآ أَغۡنَىٰ عَنكُمۡ جَمۡعُكُمۡ وَمَا كُنتُمۡ تَسۡتَكۡبِرُونَ  ٤٨

Dan orang-orang yang di atas A`raf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu“.

أَهَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ أَقۡسَمۡتُمۡ لَا يَنَالُهُمُ ٱللَّهُ بِرَحۡمَةٍۚ ٱدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡكُمۡ وَلَآ أَنتُمۡ تَحۡزَنُونَ  ٤٩

(Allah bertanya kepada penghuni neraka): “Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka (penghuni A’raf) tidak akan mendapat rahmat Allah?” (Kepada penghuni A’raf itu dikatakan): “Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati.” (QS. al-A’raf [7] : 46-49)

Perbedaan pendapat mengenai siapakah orang yang menempati Ashabul A’raf?

1. Kaum yang mati berperang di jalan Allah dalam keadaan bermaksiat kepada orang tuanya. Maksiatnya kepada orang tua menjadikan ia terhalang dari syurga, jihadnya di jalan Allah menjadikan ia terhalang untuk memasuki neraka. Pendapat ini dikuatkan dengan sebuah riwayat dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. (HR. Tabrani, Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyatakan bahawa hadits ini adalah hadits munkar (lihat As-Silsilah Ad-Da’ifah- Mukhtasharah 6/ 292, no 2791)

2. Anak zina. Ini adalah diriwayatkan dari Salih maula At-Tuamah dari Ibnu Abbas.

3. Kaum yang salih, yang ahli ilmu fiqh dan ulama, keberadaan mereka di sana adalah dalam rangka menghibur diri mereka saja. Ini adalah diriwayatkan dari Al-Hasan dan Mujahid.

4. Kaum yang mana ayah mereka meredhai sementara ibunya tidak, begitu juga sebaliknya. Ini adalah diriwayatkan oleh Abdul Wahab bin Mujahid dari Ibrahim.

5. Orang yang mati pada zaman fatrah (zaman kekosongan Nabi). Dan mereka tetap dalam agama mereka, ini diriwayatkan dari Abdul Aziz bin Yahya.

6. Kaum yang beramal kerana Allah tetapi mereka riya’ dalam amalnya. (Zadul Masiir, juz 2/484). Pendapat ini tertolak, kerana mana mungkin ikhlas dan riya’ berkumpul dalam satu masa.

7. Suatu kaum yang melakukan dosa kecil, akan tetapi dosa itu tidak terhapus dengan sakit dan musibah ketika mereka di dunia. Dan mereka juga tidak melakukan dosa-dosa besar. Maka dosa-dosa kecil itu menghalangi mereka untuk masuk syurga.

Namun dari semua pendapat yang ada, pendapat yang lebih sohih adalah:

8. Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa’di berkata: “Pendapat yang sahih iaitu mereka (ashabul a’raf) adalah orang yang kebaikan dan keburukannya seimbang (sama)”. (Taisiriul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Manaan, 1/290)

Al-Hafizh Ibn Katsir menjelaskan sama dalam Tafsir Ibn Katsir:

وَاخْتَلَفَتْ عِبَارَاتُ الْمُفَسِّرِينَ فِي أَصْحَابِ الْأَعْرَافِ مَنْ هُمْ، وَكُلُّهَا قَرِيبَةٌ تَرْجِعُ إِلَى مَعْنًى وَاحِدٍ، وَهُوَ أَنَّهُمْ قَوْمٌ اسْتَوَتْ حَسَنَاتُهُمْ وَسَيِّئَاتُهُمْ. نَصَّ عَلَيْهِ حُذَيْفَةُ، وَابْنُ عَبَّاسٍ، وَابْنُ مَسْعُودٍ، وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ، رَحِمَهُمُ اللَّهُ

Berbeda-beda penjelasan ulama tafsir tentang Ashhabul-A’raf siapakah mereka? Tetapi semuanya berdekatan dan merujuk pada satu makna yang sama, yakni mereka yang seimbang amal kebaikan dan amal kejelekannya. Yang menegaskan demikian adalah Hudzaifah, Ibn ‘Abbas, Ibn Mas’ud, dan yang lainnya bukan hanya seorang dari salaf dan khalaf. Semoga Allah merahmati mereka semuanya (Tafsir Ibn Katsir surat al-A’raf [7] : 49).

Faidah Allah menciptakan Al-A’raf di Akhirat

Diantara hikmah ataupun faidah dari Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan tempat di antara surga dan neraka yang kita kenal dengan nama Al-A’raf yaitu:

1. Memberikan pelajaran mengenai adanya pemisahan dan pengamatan bagi Ashabul A’raf:

Sebagaimana yang telah kita ketahui, Al-A'raf adalah tempat yang memisahkan antara penghuni surga dan penghuni neraka. Maka dari sini, para penghuni Al-A'raf bisa melihat kondisi orang-orang di kedua tempat tersebut, sehingga mereka mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang ganjaran dan hukuman.

2. Menunjukkan adanya harapan dan kesempatan:

Penghuni Al-A'raf adalah orang-orang yang amal baik dan buruknya seimbang, sehingga mereka belum ditentukan masuk surga atau neraka. Keberadaan di Al-A'raf memberikan mereka harapan untuk akhirnya bisa masuk surga, setelah mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah.

3. Menunjukkan adanya pembelajaran dan peringatan:

Melalui keberadaan Al-A'raf, umat manusia diajarkan bahwa setiap amal akan diperhitungkan dengan cermat. Tidak ada yang terlewatkan dalam timbangan amal, dan ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya menjalani hidup dengan amal yang baik.

4. Keputusan Allah yang Maha Adil:

Al-A'raf menunjukkan keadilan Allah dalam memutuskan nasib setiap individu berdasarkan amal perbuatannya. Tidak ada yang didzalimi, dan setiap orang mendapatkan balasan yang sesuai dengan amalannya.

5. Kesempatan untuk Refleksi Diri:

Penghuni Al-A'raf memiliki kesempatan untuk merenungkan amal perbuatannya dan memohon rahmat Allah. Ini menunjukkan bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, memberikan kesempatan bagi manusia untuk memperoleh ampunan-Nya.

6. Penghormatan Terhadap Penghuni Surga dan Peringatan untuk penghuni Neraka:

Penghuni Al-A'raf juga dapat berkomunikasi dengan penghuni surga dan neraka, memberi salam kepada penghuni surga dan memberikan peringatan kepada penghuni neraka. Ini mengajarkan pentingnya saling menghormati dan memberikan nasihat dalam kebaikan.

KESIMPULAN

Ashabul a’rof adalah orang-orang mukmin yang memiliki timbangan yang sama dalam keburukan dan kebaikan di akhirat kelak. al-a’raf adalah tempat tinggi antara surga dan neraka dimana orang-orang ini tinggal sebelum masuk surga. Ashabul a’raf pada akhirnya akan masuk ke dalam surga. Tanpa ada rasa takut dan besedih hati.

Allah berfirman kepada ashabul a’raf ini,

ادْخُلُواْ الْجَنَّةَ لاَ خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلاَ أَنتُمْ تَحْزَنُونَ

“Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu tidak pula akan bersedih hati.” (QS. Al-A’raf: 49)

Oleh: Ahmadi Assambasy

(Sebagian diterjemahkan dari kitab Silsilatu Mausuatil Akhiroh Karya Syekh Dr. Mahir Ahmad Asshufy)

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Ryzen Store

Posting Komentar untuk "Mengenal Lebih Dekat Siapakah Ashaabul A’raf? - Hari Akhirat"