Hati Yang Mengagungkan Allah - Khutbah Jum'at
Kabeldakwah.com |
Hati Yang Mengagungkan
Allah.Pdf
Oleh: Ustadz Abu Yahya
Badrusalam Lc Hafidzahullah
Khutbah Pertama:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ
نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ
لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى
كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ
أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Kaum Muslimin Jamaah Jumat Rahimani wa
rahimakumullah…
Sesungguhnya hati yang senantiasa mengagungkan
Allah, itulah hati yang paling khusyuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati
yang menyadari bahwa Rabbnya Maha Agung, lalu hatinya mengagungkan Allah
seagung-agungnya. Sehingga tidak ada yang lebih besar dari Allah. Berkonsekuensi, sehingga
Allah yang paling besar yang ia ingat.
Maka pada waktu itu, hati
seperti ini adalah hati yang Allah berikan taufik kepadanya. Tidak ada lagi
sesuatu yang lebih nikmat di hatinya dari mengingat Allah, Rabbul ‘Izzati wal
Jalalah. Tidak ada yang lebih nikmat di hatinya dari bermunajat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu,
kewajiban seorang hamba adalah mengagungkan Allah seagung-agungnya. Itu yang
senantiasa kita ucapkan ketika shalat, kita ucapkan “Allahu akbar,” Allah yang
paling besar. Maka ketika hati kita sangat membesarkan Allah, tidak ada di hati
kita yang lebih besar dari Allah, pasti anggota badannya akan khusyuk, akan
khusyuk hatinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi ketika ada yang lebih
besar di hatinya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tidak akan bisa
khusyuk di dalam shalatnya.
Oleh karena itu, jadikan
Allah yang terbesar dalam ingatan kita. Allah berfirman:
وَلَذِكْرُ اللَّهِ
أَكْبَ
“Dan mengingat Allah itu
yang paling besar.” (QS. Al-‘Ankabut[29]: 45)
Seorang mukmin, mengingat
selain Allah adalah hakikatnya penyakit untuk hatinya, sebagaimana para ulama
berkata:
ذِكْرُ النَّاسِ دَاءٌ،
وَذِكْرُ اللهِ دَوَاءٌ
“Mengingat manusia itu
adalah penyakit, sedangkan mengingat Allah itu obat hati.”
Seorang mukmin tidak ada
yang lebih indah di hatinya dari mengingat Tuhannya, mengingat Allah Rabbul
‘Izzati wal Jalalah. Sehingga pada waktu itu, ucapannya selalu dzikir kepada
Allah. Sehingga pada waktu itu, ucapannya pun terbimbing. Karena lisan yang senantiasa
mengingat Allah, pasti lisannya dibimbing oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lisan
yang senantiasa mengingat Allah, dan hati yang merasa indah dan merasa nikmat
dengan mengingat Allah, maka lisannya akan dijauhkan oleh Allah dari ghibah,
Allah akan menjauhkan lisannya dari dusta, Allah akan menjadikan lisannya tidak
ingin mengucapkan kecuali apa yang Allah ridhai untuknya.
Kenapa ada seseorang yang
senang sekali lisannya menyakiti orang? Kenapa ada orang yang senang sekali
lisannya menggibah manusia, menjelek-jelekkan orang lain? Karena lisannya
jarang ia berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Akibat lisannya berpaling
dari mengingat Allah, Allah memberikan sanksi sehingga lisannya lebih senang
melakukan sesuatu yang Allah tidak sukai. Sehingga akhirnya ketika ia membaca
Al-Qur’an terasa berat baginya. Tapi ketika bernyanyi, bagi dia itu terasa
indah di hatinya.
Maka saudaraku, jadikan
lisan kita terbiasa mengingat Allah. Jadikan Allah yang paling besar di hati
kita. Dan tanda orang yang membesarkan Allah adalah mengagungkan
perintah-perintah Allah. Orang yang mengagungkan Allah, dia akan mengagungkan
larangan-laranganNya.
Maka ketika seseorang
meremehkan perintah Allah, meremehkan larangan Allah, itu pertanda hatinya
tidak mengagungkan Allah. Hati tidak membesarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebab kalaulah ia mengagungkan Allah, membesarkan Allah, dia akan menjaga
perintah Allah; dia akan menjaga shalat yang Allah perintahkan kepadanya, dia
akan jaga semua yang Allah perintahkan. Dan ia pun takut untuk memaksiati
Allah, walaupun dia ketika sendirian, dia tetap takut. Karena hatinya
membesarkan Allah, karena tidak ada yang lebih ia takuti dari Allah, karena
sesuatu yang paling besar di hatinya hanyalah Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalalah.
Maka saudaraku, banyak
manusia bertanya, “Bagaimana bisa khusyuk dalam shalat saya? Saya sulit sekali
untuk bisa khusyuk. Terasa hambar di hati saya untuk shalat, untuk beribadah,
untuk berdzikir kepada Allah. Mengapa hal itu terjadi?” Maka jawabannya satu:
karena hatinya telah berpaling dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, hatinya dipenuhi
oleh cinta dunia, hatinya dimakmurkan oleh dunia. Kalaulah hatinya dimakmurkan
dengan mengingat Allah, mencintai Allah, takut kepada Allah, pastilah hatinya
akan khusyuk, shalatnya pun akan terasa nikmat di hatinya. Bahkan tidak ada
sesuatu yang paling nikmat kecuali shalat, bermunajat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Akan tetapi, saudaraku,
ketika hati telah dimakmurkan dengan cinta dunia, hati akan senantiasa merasa
nikmat dengan mengingat dunia. Dan saat itulah, mengingat Allah tak lagi terasa
nikmat di hatinya. Na’udzu billah..
أقول قولي هذا واستغفر
الله لي ولكم
Khutbah Pertama:
الحمد لله والصلاة
والسلام على رسول الله، نبينا محمد وآله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله
وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Jamaah jumat yang semoga
dirahmati Allah…
Saudaraku… Padahal dzikir
itu sangat ringan di lisan-lisan kita. Siapa di antara kita yang tidak bisa
mengucapkan “Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar”? Semua kita mampu itu, saudaraku.
Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
كَلِمَتَانِ
خَفِيفَتَانِ علَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ في المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إلى
الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ العَظِيمِ
“Ada dua kalimat yang ringan sekali di lisan
kita, dan berat timbangannya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla, dan dicintai oleh
Ar-Rahman: ‘Subhanallahi wabihamdih, subhanallahil ‘adzim (Maha Suci Allah
dengan memujiNya, dan Maha Suci Allah yang Maha Besar dan Agung.)” (HR. Muslim)
Lisan sangat ringan, tapi
ini masalahnya berhubungan dengan hati kita. Ketika hati mengagungkan Allah,
ketika hati cinta kepada Allah, maka akan sangat terasa ringan. Karena ia
merasakan kenikmatan saat ia berdzikir kepada Ar-Rahman. Tapi ketika hati tidak
mengagungkan Allah, hati kita dimakmurkan oleh cinta dunia, maka
kalimat-kalimat yang ringan itu terasa berat di lisan-lisan kita. Karena Allah telah cabut kenikmatannya di hati
kita, saudaraku.
Maka apabila kita tidak
merasakan kenikmatan saat berdzikir kepada Allah, itulah musibah yang menimpa
agama dan keimanan kita. Ternyata Allah tidak suka kita berdzikir kepadaNya,
akibat kita senantiasa lebih mencintai dunia, mencintai kehidupan yang ternyata
fana dan tidak akan kekal.
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات
اللهم تقبل أعمالنا يا
رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا
رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
عباد الله:
إِنَّ اللَّـهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله
العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله
أكبَر.
Edit Tambahan Muqaddimah dan Do'a Abu Ilyas
ini merupakan transkrip rekaman khutbah Jum’at
yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah,
Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 14 Rabi’ul Awal 1445
H / 29 September 2023 M.
(Sebagian disadur dari: https://www.radiorodja.com/53421-khutbah-jumat-hati-yang-mengagungkan-allah)
Posting Komentar untuk "Hati Yang Mengagungkan Allah - Khutbah Jum'at"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.