Amalan Ringan Yang Memberatkan Timbangan - Yaumul Mizan
![]() |
Kabeldakwah.com |
Amalan Ringan Yang
Memberatkan Timbangan
Sebenarnya semua amal
yang baik, yang dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan koridor atau aturan
syariat. Pasti akan memberatkan timbangan ketika di akhirat nanti. Apapun nama
dan jenis amalan tersebut.
Namun disini kami sebutkan secara spesifik diantara amalan yang ringan untuk dilakukan namun dapat memberatkan neraca timbangan kebaikan ketika di akhirat nanti.
1. Dzikir subhanallahi wa bihamdih, subhanallahil
‘azhim
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَلِمَتَانِ
حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِى
الْمِيزَانِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Dua
kalimat yang dicintai oleh Ar Rahman, ringan diucapkan di lisan, namun berat
dalam timbangan (amalan) yaitu subhanallahi wa bihamdih, subhanallahil ‘azhim
(Maha Suci Allah, segala pujian untuk-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Mulia).”
(HR. Bukhari no. 7563 dan Muslim no. 2694)
Dzikir di lisan adalah ibadah yang paling ringan. Oleh karenanya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ
يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
“Hendaknya lisanmu senantiasa basah dengan dzikir pada
Allah.” (HR. Tirmidzi no. 3375 dan Ibnu Majah
no. 3793. Al Hafizh Abu Thohir menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Diantara keutamaan dzikir ini disebutkan dalam sebuah
hadits,
عن
أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
«مَنْ قَالَ:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ، حُطَّتْ خَطَايَاهُ
وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ»
Abu Hurairah -raḍiyallāhu
'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
"Siapa yang
mengucapkan 'Subḥānallāh wa biḥamdihi' seratus kali sehari, maka dosa-dosanya
dihapuskan walaupun sebanyak buih di lautan." (Muttafaqun ’alaihi)
Hadits ini menunjukkan
bahwa Nabi ﷺ mengabarkan, siapa yang
mengucapkan 'Subḥānallāhi wa biḥamdihi' seratus kali dalam sehari, maka
dosa-dosanya akan dihapus dan diampuni walaupun sebanyak buih putih yang
mengapung di permukaan ketika ia terombang ambing oleh ombak dilautan.
Para ulama menjelaskan, adapun
dosa yang diampuni adalah dosa-dosa yang kecil adapun dosa besar maka harus
dengan tobat.
Imam Bukhari sangatlah cerdas. Kitab shahihnya (Sohih
Bukhari), ia awali dengan hadits niat yang menuntut kita untuk ikhlas dalam
beramal. Sedangkan penutup kitab shahihnya, beliau tutup dengan hadits ini
untuk menunjukkan bahwa penutup kehidupan adalah dengan dzikir pada Allah. Ini
menunjukkan akan baiknya akhir amalan seseorang. Kita juga memohon pada Allah
husnul khotimah, akhir hidup yang baik.
Kemudian ada yang
menarik, imam bukhori menyebutkan hadits pertama yaitu tentang niat adalah
hadits ghorib, kemudian pentupnya itu juga hadits ghorib, seolah-olah Imam
Al-Bukhari dengan isyarat yang begitu halus ingin mengarahkan pembaca kepada
sebuah hadits yang berisi:
بدأ
الإسلام غريباً وسيعود غريباً كما بدأ فطوبى للغرباء
“Agama ini dimulai dengan
keadaan asing, dan diakhiri dengan keadaan asing, maka sungguh beruntung
orang-orang asing tersebut.” (HR. Muslim)
Beliau seolah-olah
memberikan isyarat bahwa agama ini akan berakhir dengan keadaan asing, begitu
juga Shahih al-Bukhari yang menjadi bagian penting dari agama ini akan menjadi
asing di akhir zaman, dan orang akan lebih senang dengan hadits-hadits palsu.
2. Akhlak yang Mulia
Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
شَىْءٌ أَثْقَلُ فِى مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
وَإِنَّ اللَّهَ لَيَبْغَضُ الْفَاحِشَ الْبَذِىءَ
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan
seorang mukmin selain akhlak yang baik. Sungguh, Allah membenci orang yang
berkata keji dan kotor.” (HR. Tirmidzi, no. 2002. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
سُئِلَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ
الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ
أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke
dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.”
Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka,
jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR.
Tirmidzi, no. 2004 dan Ibnu Majah, no. 4246. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini sahih).
Didunia ini tidak ada yang senang dengan orang yang
berakhlak buruk. Orang yang berakhlak buruk pun tidak suka dengan orang yang
akhlaknya buruk.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu
Qatadah bin Rib’i al-Anshari radhiallahu ‘anhu:
وعَنِ
أَبِى قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِىٍّ الأَنْصَارِىِّ أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ
فَقَالَ: مُسْتَرِيحٌ، وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا
الْمُسْتَرِيحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ قَالَ: الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ
مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ، وَالْعَبْدُ
الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
Dari Abu Qatadah bin Rib’i al-Anshari, dia menceritakan
bahwa ada jenazah yang (dipikul) melewati Rasulullah ﷺ, maka beliau bersabda, “Orang yang beristirahat, dan orang yang
diistirahatkan darinya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah
(maksud) orang yang beristirahat, dan orang yang diistirahatkan darinya?”
Beliau menjawab, “Seorang hamba yang Mukmin beristirahat dari kepayahan dan
gangguan dunia menuju rahmat Allah. Sedangkan hamba yang fajir (jahat), maka
banyak manusia, bumi, pepohonan, dan binatang, beristirahat darinya”. (HR.
Bukhari dan Muslim).
3. Kalimat Syahadat
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُصَاحُ
بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ
فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلاًّ كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ
ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ
لاَ يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ
أَلَكَ عُذْرٌ أَلَكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ لاَ. فَيَقُولُ
بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ
فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ
الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ.
فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِى كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِى كِفَّةٍ فَطَاشَتِ
السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ
“Ada seseorang yang
terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu
dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika
dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau
mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali
wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah yang mencatat hal ini berbuat zalim
kepadamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau punya uzur atau ada kebaikan di
sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak.” Allah pun
berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Sehingga kamu
tidak termasuk orang zalim pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bithoqoh
(kartu sakti) yang bertuliskan syahadat ‘laa ilaha ilallah wa anna muhammadan
‘abduhu wa rosulullah’. Lalu ia bertanya, “Apa kartu ini yang bersama dengan
catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya
engkau tidaklah zalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu
daun timbangan dan kartu ampuh ‘laa ilaha illallah’ di daun timbangan lainnya.
Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu
ampuh ‘laa ilaha illalah’ tadi. (HR. Ibnu Majah, no. 4300; Tirmidzi, no. 2639
dan Ahmad, 2:213. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih.
Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qawiy yaitu kuat dan
perawinya tsiqqah termasuk perawi kitab sahih selain Ibrahim bin Ishaq
Ath-Thaqani. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Syaikh Sulaiman At-Tamimi rahimahullah, “Siapa saja yang
mengucapkan kalimat laa ilaha illallah dengan penuh ikhlas dan yakin, serta ia
mengamalkan konsekuensi dari kalimat tersebut, juga ia istiqamah di dalamnya,
dialah yang termasuk orang-orang yang tidak memiliki rasa takut dan rasa sedih
(terhadap apa yang ditinggalkan di dunia dan dihadapi nanti di akhirat, -pen).”
(Taisir Al-‘Aziz Al-Hamid, 1:240)
Allah berfirman:
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِن سُوٓءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُۥٓ أَمَدًۢا بَعِيدًا ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ
"(ingatlah) Pada hari ketika setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas segala kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; Ia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan hari itu, dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya." (QS. Ali Imran: 30)
Oleh: Ahmadi Assambasy
(Sebagian diterjemahkan dari kitab Silsilatu Mausuatil
Akhiroh Karya Syekh Dr. Mahir Ahmad Asshufy)
Posting Komentar untuk "Amalan Ringan Yang Memberatkan Timbangan - Yaumul Mizan"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.