Ngalap Berkah yang Tidak Sesuai Syariah
Kabeldakwah.com |
💫 NGALAP BERKAH atau tabarruk adalah kata yang tidak asing lagi di telinga orang Jawa khususnya dan orang Indonesia pada umumnya. Sebab ditilik dari segi sejarah, kerangka budaya suku-suku di Indonesia memang dilatarbelakangi prinsip animisme dan dinamisme.
Setelah Islam masuk ke
nusantara tradisi ini makin marak, karena memang dalam Islam terdapat syariat
tabarruk (mencari berkah)
Tetapi masalahnya banyak
kaum muslimin yang tidak memahami manakah tabarruk yang sesuai syariat dan
manakah tabarruk yang tidak sesuai dengan syariat.
Akibatnya banyak kaum
muslimin yang berbondong-bondong ke tempat keramat atau orang yang disangka
punya berkah seperti kuburan wali, gua, pemandian, pohon, sendang (telaga) dan
sebagainya. Kenyataan ini diperburuk dengan ada orang yang dipandang oleh masyarakat
sebagai kiai atau ulama kemudian malah menganjurkan. Padahal kalau dilihat
seringkali amalan-amalan di tempat tersebut merupakan wajah lain kesyirikan.
✏ Makna Tabarruk
Tabarruk adalah mencari
berkah berupa tambahan kebaikan dan pahala dan setiap yang dibutuhkan hamba
dalam dunia dan agamanya, dengan benda atau wahyu yang barokah. Tabarruk ini
terbagi menjadi dua macam yaitu tabarruk yang syar’i dan yang tidak syar’i.
✏ Tabarruk yang Syar’i dan
yang Tidak Syar’i
Tabbaruk dengan sesuatu
yang syar’i dan diketahui secara pasti atau ada dalilnya bahwa sesuatu tersebut
mendatangkan barokah.
➡1. Tabarruk dengan
perkataan dan perbuatan: membaca Al Quran, berzikir, belajar ilmu agama dan
mengajarkannya, makan dengan berjamaah dan menjilati jari sesudah makan.
➡2. Tabarruk dengan
tempat: I’tikaf di masjid, tinggal di Mekkah, Madinah atau Syam.
➡3. Tabarruk dengan waktu:
semangat beribadah di malam Lailatul Qodar, banyak berdoa di waktu sahur.
➡4. Tabarruk dengan
makanan dan minuman: Meminum madu dan air zam-zam, memakai minyak zaitun,
mengonsumsi habatussauda’ (jintan hitam).
💥 Tabarruk yang tidak
syar’i atau terlarang yaitu tabarruk yang tidak ada dalil syar’inya atau tidak
mengikuti tuntunan syariat.
➡1. Tabarruk dengan
perkataan dan perbuatan: Sholawat atau zikir yang bid’ah.
➡2. Tabbaruk dengan
tempat: Ziarah religius ke kubur para wali.
➡3. Tabarruk dengan waktu:
menghidupkan malam nisfu sya’ban, mengadakan perayaan maulid nabi, Isra’
Mi’raj, Nuzulul Quran dan sebangsanya.
➡4. Tabarruk dengan
makanan dan minuman: minum sisa kiai, berebut tumpeng sekaten.
➡5. Tabarruk dengan
benda-benda: mengambil tanah karbala, berebut kotoran “Kyai Slamet”, sabuk
supranatural.
➡6. Tabarruk dengan zat
orang sholih atau peninggalannya: meminum ludahnya atau keringatnya, berebut
bekas peci atau bajunya, memilih sholat di tempat orang sholih itu sholat,
meminum atau menyimpan sisa air wudhu’ orang sholih, atau dengan menciumi
lututnya.
💥 Mengharap Berkah Kepada
Pohon, Batu dan Sejenisnya Adalah Kesyirikan
Abu Waqid Al-Laitsi
menuturkan, Suatu saat kami pergi keluar bersama Rosululloh sholallahu alaihi
wa sallam ke Hunain, sedang kami dalam keadaan baru saja masuk Islam. Kemudian
kami melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik yang dinamakan Dzatu
Anwath, mereka selalu mendatanginya dan menggantungkan senjata-senjata perang
mereka pada pohon itu untuk mencari berkah. Kami pun berkata: “Ya Rosululloh,
buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana Dzatu Anwath mereka.” Maka
Rosululloh bersabda: “Allahu Akbar, itulah tradisi (orang-orang sebelum kamu).
Dan demi Alloh yang diriku hanya berada di Tangan-Nya, ucapan kalian seperti
perkataan Bani Israil kepada Musa: ‘Buatkanlah untuk kami sesembahan
sebagaimana tuhan orang-orang itu.’ Musa menjawab, ‘Sungguh, kamu adalah kaum
yang tidak mengerti.'” Beliau bersabda lagi, “Sungguh kalian akan mengikuti
tradisi orang-orang sebelum kamu (Yahudi dan Nasrani).” (Hadits shohih, riwayat
At-Tirmidzi)
Mereka para sahabat
meminta kepada Rosululloh untuk bertabarruk dengan pohon tersebut sebagaimana
orang musyrik. Namun jawaban beliau amat keras, beliau malah menyamakan
permintaan itu dengan meminta sesembahan selain Alloh, dan ini adalah _syirik
besar.
✏ Kesimpulan
Dari hadits ini kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa hal-hal yang diperbuat oleh orang-orang yang
meyakini bahwa boleh ngalap berkah dari pohon dan bebatuan, wukuf dan
menyembelih hewan di tempat tersebut merupakan kesyirikan.
Penulis: Ust Dr. Musyaffa' ad Dariny Lc,
M.A.
Posting Komentar untuk "Ngalap Berkah yang Tidak Sesuai Syariah"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.