Pernak Pernik Iri dan Dengki
Dengki itu bertingkat-tingkat.
Pertama: Karena kecintaan kepada dunia
Kedua: adalah ta'azzuz (merasa paling mulia).
Ketiga: takabbur atau sombong.
Keempat: merasa ta'ajub dan heran terhadap kehebatan
dirinya.
Kelima: takut mendapat saingan.
Keenam, ambisius dalam hal kepemimpinan (hubbur riyasah).
Ketujuh, kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba
Allah.
Bahaya Dengki (Al Hasadu)
"Janganlah kalian
saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu persaingan yang tidak sehat),
saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula saling menelikung transaksi
orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah
saudara muslimnya yang lain, ia tidak menzhaliminya, tidak mempermalukannya, tidak
mendustakannya dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di sini
-seraya Nabi SAW menunjuk ke dadanya tiga kali. Telah pantas seseorang disebut
melakukan kejahatan, karena ia melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas
sesama muslim yang lain adalah haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.
" (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
Di tengah hiruk pikuk
kehidupan sosial-politik dan tarik menarik kepentingan saat ini, sungguh kita
patut merenungkan secara mendalam wasiat Nabi SAW di atas. Kita sadar dan
seluruh masyarakat dunia tahu, bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah
muslim. Bahkan Indonesia adalah negara muslim yang terbesar penduduknya di
dunia. Tetapi mengapa dalam kehidupan sehari-hari, dalam hampir semua sektor
kehidupan, khususnya dalam hubungan sosial, umat Islam Indonesia, termasuk
sebagian kalangan penuntut ilmu, mempertontonkan akhlak yang justeru tidak
Islami?
Jika didiagnosa dengan
pendekatan iman, maka sebab dan sumber segala penyakit sosial umat adalah
penyakit hati. Dan salah satu penyakit hati yang sangat ganas serta berbahaya
bagi kesehatan hati adalah penyakit dengki. Bahayanya lagi, penyakit dengki ini
tidak bekerja sendirian, tetapi -untuk memperparah penyakit hati yang
diserangnya- ia melahirkan penyakit-penyakit turunan, sebagaimana disebutkan
Nabi SAW di atas, yaitu saling menfitnah, saling membenci, saling memusuhi dan
seterusnya.
Secara umum dengki atau
iri hati bisa diartikan kebencian terhadap orang lain yang memiliki kenikmatan
atau keutamaan yang melebihi dirinya.
Bahkan terkadang pula,
sampai benci terhadap nikmat apapun yang diterima orang lain, meskipun dirinya
memiliki kenikmatan tersebut, bahkan lebih banyak. Misal, dengki kepada kawan
yang baru naik jabatan, dengki kepada tetangga yang baru saja beli mobil,
dengki kepada saudara yang semua anaknya sarjana dan berpenghasilan tinggi dst.
Kehidupan modern yang serba materialistis saat ini, -di mana segala sesuatu,
hingga keberhasilan, diukur dengan uang dan materi- lebih berpeluang untuk
membuka 'kran hati' untuk saling mendengki.
Dengki itu bertingkat-tingkat.
Pertama, ada pendengki yang
berusaha menghilangkan nikmat yang diperoleh orang yang didengkinya, dengan
ucapan seperti fitnah dan perbuatan, meskipun dia tidak mengharapkan nikmat
tersebut pindah kepada dirinya.
Kedua, ada pendengki yang
selain berusaha menghilangkan nikmat dari orang yang didengkinya, ia juga
berusaha memindahkan nikmat tersebut kepada dirinya. Kedua macam dengki
tersebut adalah dengki yang sangat tercela. Dan dosa dengki itulah yang
merupakan dosa iblis. Iblis dengki kepada Adam karena Allah memberi keutamaan
kepada Adam atas segenap malaikat dengan menyuruh para malaikat sujud (sebagai
penghormatan) kepada Adam, mengajarkannya nama segala sesuatu dan
menempatkannya di Surga. Demikianlah lalu iblis dengan kedengkiannya berusaha
mengeluarkan Adam dari Surga.
Ketiga, ada orang yang bila
mendengki orang lain, ia tidak melanjutkan dengki itu dalam bentuk ucapan
maupun perbuatan. Dan demikian itulah tabiat yang sekaligus kelemahan manusia;
hampir selalu menginginkan memiliki apa yang dimiliki orang lain. Menurut
riwayat dari Al-Hasan, selama tidak dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan, iri
hati jenis ini tidak berdosa. Namun tentu, sebaiknya ia hilangkan perasaan
dengki dan iri tersebut dari dalam hatinya, hingga tidak menjadi penyakit.
Dalam beberapa riwayat
yang dha'if (lemah) disebutkan, dengki jenis ketiga ini ada dua macam:
1. Ia tidak sanggup
menghilangkan perasaan dengki dan iri itu dari dalam dirinya. Ia kalah dengan
dirinya sendiri. Ia berusaha menepis, tapi perasaan dengki dan iri itu masih
timbul tenggelam dalam hatinya. Namun ia tidak melanjutkannya dalam bentuk
ucapan maupun perbuatan. Iri jenis ini tidak membuatnya berdosa.
2. Ia sengaja membisikkan
perasaan iri dan dengki itu ke dalam hatinya. Ia mengulang-ulang bisikan itu,
dan hatinya menikmati bisikan tersebut, sehingga mengangankan agar nikmat itu
hilang dari saudaranya. Tetapi dia tetap tidak melanjutkan dengkinya itu, baik
dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Keadaan seperti ini adalah sama dengan
orang yang berkeinginan kuat melakukan maksiat. Tentang dosa dengki jenis ini,
para ulama berbeda pendapat. Tetapi yang jelas, secara realitas, orang yang
mendengki pada tahap ini, sangat sulit bisa selamat dari ucapan-ucapan yang
menunjukkan dia memendam kedengkian. Karena itu, ia bisa terjerumus kepada
dosa.
Keempat, ada lagi iri hati yang
tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tetapi ia berusaha keras
bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Jika nikmat tersebut bersifat
duniawi, maka tidak ada kebaikannya sama sekali. Iri hati seperti inilah yang
juga ditunjukkan oleh orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia, seperti
yang dilakukan orang-orang kepada Qarun. Allah berfirman:"(Mereka
berkata), 'Duhai seandainya kami memiliki sebagaimana yang diberikan kepada
Qarun." (Al-Qashash: 79).
Jika nikmat itu bersifat
ukhrawi, maka ia adalah kebaikan. Sebagaimana disebutkan oleh Nabi SAW:
"Tidak boleh dengki dan iri hati kecuali dalam dua hal; yaitu iri hati
terhadap orang yang dikaruniai harta dan dia selalu menginfakkannya pada malam
dan siang hari. (juga iri) kepada orang yang diberi kepandaian membaca
Al-Qur'an, dan dia membacanya setiap malam dan siang."(HR. Bukhari dan
Muslim).
Dan inilah yang dinamakan
ghibthah (keinginan). Disebut dengan hasad/iri (tetapi yang baik) sebagai
bentuk peminjaman istilah belaka (isti'arah).
Buruknya Dengki
Dalam bahasa sarkasme,
orang pendengki adalah orang yang senang melihat orang lain dilanda bencana,
dan itu disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalu berkait berkelindan.
Dari sini kita tahu, betapa jahat seorang pendengki, ia tidak rela melihat
orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat orang lain bergelimang
lara. Allah menggambarkan sikap dengki ini dalam firmanNya: "Bila kamu
memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa
kesusahan maka mereka girang karenanya." (Ali Imran: 120)
Dengki juga merupakan
sikap orang-orang ahli Kitab, Allah berfirman: "Kebanyakan orang-orang
ahli Kitab menginginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran
setelah kamu beriman, disebabkan oleh kedengkian (hasad) yang ada dalam jiwa
mereka."(Al-Baqarah: 109)
Kedengkian
saudara-saudara Yusuf kepada dirinya, mengakibatkan sebagian mereka ingin
menghabisi nyawa saudaranya sendiri, Yusuf Alaihis Salam, Allah mengisahkan
dalam firmanNya: "(Yaitu) ketika mereka berkata: Sesungguhnya Yusuf dan
saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai ayah kita daripada kita sendiri,
padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita
adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu
daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan
sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik." (Yusuf: 8-9)
Terhadap orang-orang
pendengki tersebut Allah dengan sangat keras mencela: "Apakah mereka
dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah telah berikan
kepadanya?" (An Nisa': 54)
Sebab-sebab Dengki
Pertama: Karena kecintaan
kepada dunia
Rasa dengki pada dasarnya
tidak timbul kecuali karena kecintaan kepada dunia. Dan dengki biasanya banyak
terjadi di antara orang-orang terdekat; antarkeluarga, antarteman sejawat,
antartetangga dan orang-orang yang berdekatan lainnya. Sebab rasa dengki itu
timbul karena saling berebut pada satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada
orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada ikatan sama
sekali. Jika dikaitkan dengan teori-teori sosial, maka faktor timbulnya rasa
dengki juga hampir sama dengan faktor timbulnya konflik. Menurut teori konflik,
konflik hanya terjadi pada orang-orang yang saling berdekatan, baik dalam hal
pekerjaan, jabatan, kekeluargaan dan sebagainya.
Berbeda dengan pecinta
dunia, orang-orang yang mencintai akhirat, yang mencintai untuk mengetahui
Allah, malaikat, nabi-nabi dan kerajaanNya di langit maupun di bumi maka mereka
tidak akan dengki kepada orang yang mengetahui hal yang sama. Bahkan
sebaliknya, mereka malah mencintai dan bergembira terhadap orang-orang yang
mengetahuiNya. Karena maksud mereka adalah mengetahui Allah dan mendapatkan
kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. Dan karena itu, tidak ada kedengkian di
antara mereka.
Kecintaan kepada dunia
yang mengakibatkan dengki antarsesama disebabkan oleh banyak hal. Di antaranya
karena permusuhan. Ini adalah penyebab kedengkian yang paling parah. Ia tidak
suka orang lain menerima nikmat, karena dia adalah musuhnya. Diusahakanlah agar
jangan ada kebajikan pada orang tersebut. Bila musuhnya itu mendapat nikmat,
hatinya menjadi sakit karena bertentangan dengan tujuannya. Permusuhan itu
tidak saja terjadi antar orang yang sama kedudukannya, tetapi bisa juga terjadi
antara atasan dan bawahannya. Sehingga sang bawahan, misalnya selalu berusaha
menggoyang kekuasaan dan wibawa atasannya. Atau sebaliknya, sang atasan selalu
menindas dan mendzalimi bawahannya.
Kedua: adalah ta'azzuz
(merasa paling mulia).
Ia keberatan bila ada
orang lain melebihi dirinya. Ia takut bila koleganya mendapatkan kekuasaan,
pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.
Ketiga: takabbur atau
sombong.
Ia memandang remeh orang
lain dan karena itu dia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut
bila orang lain memperoleh nikmat, berbalik dan tidak mau tunduk padanya.
Termasuk dalam sebab ini adalah kedengkian orang-orang kafir Quraisy kepada
Nabi SAW, yang seorang anak yatim tapi kemudian dipilih Allah untuk menerima
wahyuNya. Kedengkian orang-orang kafir Quraisy itu dilukiskan Allah dalam
firmanNya: "Dan mereka berkata:'Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan
kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekkah dan Thaif) ini?"
(Az Zukhruf: 31) Maksudnya, orang-orang kafir Quraisy itu tidak keberatan
mengikuti Muhammad, andai saja beliau itu keturunan orang besar, tidak dari
anak yatim atau orang biasa.
Keempat: merasa ta'ajub dan
heran terhadap kehebatan dirinya.
Hal ini sebagaimana yang
biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah para rasul Allah.
Mereka heran manusia yang sama dengan dirinya, bahkan yang lebih rendah
kedudukan sosialnya, lalu menyandang pangkat kerasulan, karena itu mereka
mendengkinya dan berusaha menghilangkan pangkat kenabian tersebut, sehingga
mereka berkata: "Adakah Allah mengutus manusia untuk menjadi Rasul?"
(Al Mu'minun: 34).
Allah menjawab keheranan
mereka dengan firmanNya: "Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa
datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki
dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudaha-mudahan kamu
bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat?" (Al A'raaf: 63)
Kelima: takut mendapat
saingan.
Bila seseorang
menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan
dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu,
setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi. Bila tidak,
dan persaingan terjadi secara sportif, ia takut kalau dirinya tersaingi dan
kalah.
Dalam hal ini bisa kita
misalkan dengan apa yang terjadi antardua wanita yang memperebutkan seorang
calon suami, atau sebaliknya. Atau sesama murid di hadapan gurunya, seorang
alim dengan alim lainnya untuk mendapatkan pengikut yang lebih banyak dari
lainnya, dsb.
Keenam, ambisius dalam hal
kepemimpinan (hubbur riyasah).
Hubbur riyasah dengan
hubbul jah (senang pangkat-kedudukan) adalah saling berkaitan. Ia tidak menoleh
terhadap kelemahan dirinya, seolah-olah dirinya tak ada tolok bandingnya. Jika
ada orang di pojok dunia yang ingin menandinginya, tentu itu menyakitkan hatinya,
ia akan mendengkinya dan menginginkan lebih baik orang itu mati saja atau
paling tidak hilang pengaruhnya.
Ketujuh, kikir dalam hal
kebaikan terhadap sesama hamba Allah.
Ia gembira jika
disampaikan kabar padanya bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya.
Sebaliknya, ia merasa sedih jika diberitakan, si fulan telah berhasil mencapai
kesuksesan dan kepangkatan yang dicarinya. Orang semacam ini senang bila orang
lain terbelakang dari dirinya, seakan-akan orang lain itu mengambil dari milik
dan simpanannya. Ia ingin meskipun nikmat itu tidak jatuh pada dirinya sendiri,
agar ia tidak jatuh pada orang lain. Ia tidak saja kikir dengan hartanya
sendiri, tetapi kikir dengan harta orang lain. Ia tidak rela Allah memberi
nikmat kepada orang lain. Dan inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.
Selain hal-hal di atas, mungkin masih ada sebab-sebab kedengkian lain, tapi
paling tidak, inilah sebab yang banyak terjadi.
Terapi Mengobati Dengki
Hasad atau dengki adalah
penyakit hati yang paling berbahaya. Dan hati tidak bisa diobati kecuali dengan
ilmu dan amal. Ilmu tentang dengki yaitu hendaknya kita ketahui tentang hakekat
hasad yang sangat membahayakan kita, baik dalam hal agama maupun dunia.
Kedengkian itu setitikpun
tidak membahayakan orang yang kita dengki, baik dalam hal agama maupun
dunianya, bahkan ia malah memetik manfaat darinya. Dan nikmat itu tidak akan
hilang dari orang yang kita dengki hanya karena kedengkian kita. Bahkan
seandainya ada orang yang tidak beriman kepada hari Kebangkitan, tentu lebih
baik baginya meninggalkan sifat dengki daripada harus menanggung sakit hati
yang berkepanjangan dengan tiada manfaat sama sekali, apatah lagi jika kemudian
siksa akhirat yang sangat pedih menanti?
Bahkan kemenangan itu ada
pada orang yang didengki, baik untuk agama maupun dunia. Dalam hal agama, orang
itu teraniaya oleh si pendengki, apalagi jika kedengkian itu tercermin dalam
kata-kata, umpatan, penyebaran rahasia, kejelekan, fitnah dsb. Dan balasan itu
akan dijumpainya di akhirat. Adapun manfaatnya di dunia, orang pendengki itu
tujuannya yang terpenting ialah kesusahan orang yang didengkinya.
Kegembiraan orang yang
didengki adalah kesedihan pendengki. Dan itu tidak berpengaruh sama sekali terhadap
kehidupan orang yang didengki.
Terapi amal untuk
menghilangkan sifat dengki yaitu hendaknya kita melakukan apa yang merupakan
lawan dari kedengkian. Misalnya, jika kita merasakan telah timbul iri hati
kepada perbuatan seseorang, hendaknya kita berusaha memuji perbuatan baiknya.
Jika jiwa ingin sombong, hendaknya kita melawannya dengan rendah hati. Jika
dalam hati kita terbetik keinginan menahan nikmat orang lain maka kita harus
berusaha menambahkan nikmat itu untuknya.
Jangan sampai rasa iri
itu kita beri kesempatan tumbuh dalam hati kita. Kita harus berusaha
menghilangkannya. Kita mesti cepat-cepat menggerojok orang yang kita dengki itu
dengan berbagai bentuk kebaikan, mendoakannya, menyiarkan
keutamaan-keutamaannya dst. Sampai orang yang kita dengki itu menjadi saudara
muslim yang kita cintai, sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Sulit
memang, tetapi kita harus usahakan, bila ingin bebas dari sifat dengki dan iri
hati.
Bagaimana dengan orang
yang didengki? Konon, bila ulama salaf mendengar ada orang yang iri pada mereka, mereka
segera memberi kepada orang tersebut berbagai macam hadiah.
Akhirnya mari kita
renungkan kata-kata Ibnu Sirin: 'Saya tidak pernah mendengki kepada seorangpun
dalam urusan dunia, sebab jika dia penduduk Surga maka bagaimana aku
menghasudnya dalam urusan dunia sedangkan dia berjalan menuju Surga. Dan jika
dia penduduk Neraka, bagaimana mungkin aku menghasud dalam urusan dunianya
sementara dia sedang berjalan menuju ke neraka." Rasulullah SAW bersabda:"Jauhilah
dengki, karena dengki itu memakan kebaikan sebagaimana api makan kayu
bakar." (HR. Abu Daud).
Dipublikasikan Oleh: Tim Kabeldakwah.com
Posting Komentar untuk "Pernak Pernik Iri dan Dengki"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.