Menjauhi Tempat-tempat Maksiat
Dalil-dalil yang memerintahkan menjauhi tempat maksiat
Akibat mendatangi tempat maksiat
Doa Pun Tidak Terealisasi
Salah satu syarat taubat adalah bertekad untuk tidak mengulangi dosa yang pernah dilakukan. Semangat ini tercermin dalam doa kita ketika setiap kali menjalankan sholat; “Ya Allah jauhkanlah antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat”.
Semangat di atas tidak
terealisir selama kita masih berhubungan dengan tempat-tempat maksiat. Dalam
sebuah hadits yang panjang tentang seseorang yang telah membunuh 100 orang yang
meminta fatwa kepada seorang alim tentang peluang untuk diterima taubatnya,
yang dijawab "ya masih ada kesempatan dan siapakah yang dapat
menghalanginya bertaubat? Pergilah ke dusun itu karena disana terdapat
orang-orang yang taat beribadah kepada Allah maka berbuatlah sebagaimana
perbuatan mereka dan janganlah kembali ke negerimu karena negerimu adalah
negeri tempat penjahat" (HR Bukhari Muslim).
Dalil-dalil yang
memerintahkan menjauhi tempat maksiat
1. Menjauhi majelis yang
mengolok-ngolok ajaran Allah (pertunjukan yang melecehkan ayat-ayat Allah,
pertunjukan sihir, akrobat dan forum kajian menentang Allah dan rasul-Nya).
Dan bila kamu melihat
mereka mengejek ayat-ayat Kami maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka
mengalihkan pembicaraannya. Dan jika kamu dilupakan oleh setan maka janganlah
sekali lagi duduk setelah peringatan ini bersama orang-orang yang zhalim (QS Al
An'am: 68)
Sungguh beruntung
orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya dan
mereka yang berpaling dari sesuatu yang tidak berguna" (QS Al Mu'minun: 1 -
3).
1. Menjauhi tempat-tempat
pengumbar syahwat (pelacuran, diskotik, dansa, bioskop dan tempat khalwat).
Janganlah kamu mendekati
zina. Sesungguhnya ia termasuk perbuatan fasihah dan seburuk-buruk jalan"
(QS Al Isra:32)
Rasulullah bersabda:
Janganlah salah seorang
diantara kamu berduaan dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya"
(HR Bukhari Muslim).
Rasulullah bersabda:
jauhilah olehmu duduk-duduk di jalan jika kalian tidak mau maka berikanlah
hak-hak jalan itu yaitu menahan pandangan, menolak gangguan, menjawab salam dan
amar ma'ruf nahi munkar" (HR Bukhari Muslim).
2.Menjauhi majelis ghibah
dan menggunjing
Imam Nawawi dalam
Riyadhus Shalihin memberi judul dalam salah satu babnya: haram mendengar ghibah
dan perintah kepada siapa saja yang mendengarnya untuk menolak atau membantah
atau meninggalkan majelisnya. Berdasarkan hadits: barang siapa yang
mempertahankan kehormatan saudaranya yang dicemarkan orang lain maka Allah
menolak api neraka dari mukanya pada hari kiamat" (HR Tirmidzi)
3.Menjauhi majelis bid'ah
Rasulullah bersabda:
Jauhilah olehmu sesuatu
yang baru (dalam ajaran agama) karena setiap yang baru itu bid'ah dan setiap
yang bid'ah adalah sesat" (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
4. Menjauhi tempat
perdukunan dan ramalan bintang (zodiak, astrologi atau horoskop)
Rasulullah bersabda:
Barang siapa yang
mendatangi dukun (kahin) kemudian ia bertanya tentang sesuatu dan
membenarkannya maka tidak diterima shalatnya 40 hari" (HR Muslim).
Rasulullah bersabda:
Barang siapa mengambil
ilmu ramalan bintang maka ia berarti mengambil satu cabang dari sihir dan
sihirnya akan bertambah jika penggunaan ilmu nujumnya bertambah (HR Abu Daud).
Akibat mendatangi tempat
maksiat
Mendatangi tempat maksiat
mengakibatkan kurang terkontrolnya pintu-pintu maksiat dalam diri seseorang
yang dapat meracuni hatinya. Para ulama mengatakan bahwa ada 4 faktor yang
dapat meracuni hati:
1.Berlebihan dalam
memandang
Allah berfirman:
Katakanlah (Muhammad)
kepada orang-orang beriman agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga farji
mereka, itulah yang lebih bersih bagi mereka. (QS An Nur: 24-25).
Pandangan yang berlebihan
dapat menjadikanyang dipandang terlihat baik dan akan terbayang-bayang di
hatinya. Akibatnya terjadi kerusakan dalam hati, antara lain:
a) Masuknya setan bersama
dengan pandangan karena pada saat itu hati sedang kosong.
b) Hati menjadi sibuk
memikirkan obyek pandangannya sehingga melupakan kemaslahatannya (hati). Para
ulama berkata bahwa antara mata dan hati terdapat lorong dan jalan. Jika
matanya rusak maka rusaklah hati sehingga seperti tempat sampah untuk menampung
kotoran-kotoran dan najis yang berasal dari mata sehingga tidak mungkin lagi
untuk berma'rifah kepada Allah, mencintai Nya, bertaubat kepada Nya,
berinteraksi dengan Nya dan mendekatkan diri pada Nya.
c) Buta hati. Karenanya
tidak mampu membedakan antara yang hak dan yang bathil. Seorang shalih berkata,
barang siapa yang memakmurkan lahiriahnya dengan mengikuti sunnah dan
bathiniahnya selalu bermuraqabah (merasa diawasi Allah), menahan pandangannya
dari yang haram dan menahan keinginannya dari subhat serta memakan makanan
halal maka firasatnya tidak salah.
2.Berlebihan dalam ucapan
Rasulullah bersabda:
Barang siapa yang beriman
pada hari akhir hendaklah berkata yang baik atau diam (HR Bukhari Muslim)
Dalam hadits yang lain,
Semua ucapan bani Adam
akan membuat mudharat baginya tidak bermanfaat baginya kecuali amar ma'ruf nahi
munkar dan dzikir kepad Allah (HR Tirmidzi)
Dan sabdanya lagi,
Barang siapa yang
memberikan jaminan kepadaku apa yang ada di antara kumis dan jenggot dan antara
kedua pahanya aku jamin masuk surga (HR Bukhari).
1. Berlebihan dalam makan
Berlebihan dalam makan
akan menyebabkan beberapa keburukan seperti menggerakkan anggota badan untuk
bermaksiat dan membuatnya berat untuk beribadah dan taat. Betapa banyaknya
maksiat yang disebabkan oleh berlebihan makan dan betapa banyak ketaatan yang
terhalang olehnya. Maka barang siapa yang menjaga perutnya berarti ia telah
menjaga diri dari keburukan yang banyak.
Rasulullah SAW bersabda:
Tidaklah bani Adam
memenuhi kantong yang lebih jelek daripada kantong perutnya. Cukuplah baginya
sesuap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya (HR Tirmidzi).
Ibrahim bin Adham
berkata: barang siapa yang dapat mengendalikan perutnya maka ia bisa mengendalikan
agamanya.
2. Berlebihan dalam bergaul
Hendaknya seseorang
berhati-hati dalam bergaul; bergaul dengan kadar yang tepat untuk tiap-tiap
golongan manusia yang diajaknya bergaul.
a) Ada yang harus
didekati terus menerus seperti para ulama dan orang-orang shalih.
b) Ada yang
ditemui/didekati jika diperlukan seperti orang-orang yang mempunyai keakhlian
khusus dalam masalah keduniaan (tehnik, ekonomi, kemasyarakatan dll).
c) Ada yang diperlakukan
seperti orang yang sakit, sesuai dengan tingkatan penyakitnya. Mereka tetap
dipergauli dengan baik dan diobati dengan syarat tidak menularkan
penyakitannya.
d) Ada yang diperlakukan
seperti racun yang tidak perlu didekati bahkan harus dimusuhi. Mereka itulah
para penganjur kemaksiatan dan pemimpin yang durhaka.
Maraji':
An Nawawi, Riyadus
Shalihin
Ahmad Faiz, Tazkiyatun Nufus
Posting Komentar untuk "Menjauhi Tempat-tempat Maksiat"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.