Didiklah anak-anak kalian sesuai dengan Zamannya, Shahihkah Atsar Tersebut?
Pertanyaan:
Apakah benar ucapan ini
"Didiklah anak-anak kalian sesuai dengan Zamannya" adalah perkataan
Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi wa sallam ataukah perkataan Ali Radhiyallahu
‘anhu?
Berikut tanggapan kami:
Setelah kami berusaha
menelusuri perkataan ini, maka kami dapati redaksi Arabnya sebagai berikut:
لا تؤدبوا
أولادكم بأخلاقكم، لأنهم خلقوا لزمان غير زمانكم
“Janganlah kalian
mendidik anak-anak kalian menurut akhlak kalian, karena mereka diciptakan bukan
di zaman kalian”.
Ada juga dengan redaksi
di bawah ini:
لا تربوا
أولادكم كما رباكم آباؤكم، فقد خلقوا لزمان غير زمانكم
“Janganlah kalian
mendidik anak-anak kalian sebagaimana bapak-bapak kalian mendidik kalian,
karena mereka (anak kalian) diciptakan bukan di zaman kalian”.
Ada juga yang mengatakan
dengan redaksi:
"Didiklah anak-anak
kalian sesuai dengan Zamannya".
Semuanya ini, disandarkan kepada ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu. Adapula yang menyandarkan kepada ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu.
CATATAN KAMI:
Kami tidak mendapati ada
yang menisbatkan perkataan ini kepada Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam
kecuali di buku-buku atau tulisan orang-orang di tanah air Indonesia. Maka kami
katakan, bahwa TIDAK BENAR jika ini disandarkan kepada Nabi Shollallahu 'alaihi
wa sallam. Menyandarkan kepada Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam, bukan hanya
PALSU, tapi Lâ ashla lahu (TIDAK ADA ASALNYA DARI NABI) dan menyebarkannya
dengan mengatasnamakan Nabi termasuk DUSTA atas nama Nabi Shollallahu 'alaihi
wa sallam.
Di dalam situs islamQA
yang diasuh Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Munajjid hafizhahullahu menerangkan
bahwa perkataan ini juga tidak diketahui ada sanadnya berasal dari Ali bin Abi
Thâlib radhiyallahu ‘anhu maupun dari sahabat lainnnya (termasuk ‘Umar), bahkan
tidak pula ada buktinya berasal dari salah seorang salaf shalih.
Sesungguhnya, lafazh ini
berasal dari para Filsuf Yunani seperti Socrates ataupun Plato, dengan lafazh,
لا تكرهوا
أولادكم على آثاركم، فإنهم مخلوقون لزمان غير زمانكم
“Janganlah kalian memaksa
anak-anak kalian mengikuti atsar (jejak/cara) kalian, karena mereka diciptakan
di zaman yang bukan zaman kalian.”
Perkataan ini disandarkan
kepada Socrates oleh Ibnul Qoyyim dalam Ighâtsul Lahafân (II/265) dan
as-Syahrastani dalam al-Milal wan Nihal (II/144).
Dan disandarkan kepada
Plato oleh Al-Amir Usamah bin Munqidz dalam Lubâbul Âdâb (hal 237) dan Muhammad
bin al-Hasan bin Hamdun dalam at-Tadzkirah al-Hamduniyah (I/256).
Perkataan ini jika
dimutlakkan, maka TIDAK BENAR. Karena perkara ADAB SYAR’I dan AKHLAQ MULIA
tidaklah berkaitan dengan waktu dan tempat, semisal kejujuran, amanah,
meninggalkan kemaksiatan dan melazimi ketaatan, semua ini tidak ada korelasinya
dengan waktu dan tempat.
Sesungguhnya orang yang
berpendapat seperti ini meyakini konsep RELATIVITAS AKHLAQ dan RELATIVITAS
KEBAIKAN dan KEBURUKAN (maksudnya kebaikan dan keburukan itu nisbi/relatif),
dan tentu saja pendapat seperti ini adalah pendapat yang BATIL lagi TERTOLAK.
Kerena Nabi kita Shollallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang baik” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani).
Kita meyakini bahwa generasi terbaik adalah
para salaf shalih, dan kaum muslimini akan berada di atas kebaikan selama
mereka beradab dengan adabnya para salaf, mencontoh jalan hidup mereka dan
mengambil petunjuk mereka. Karena metodenya para salaf sejatinya, junior mereka
mengambil dari senior mereka, dan pelajar mereka mengambil dari guru mereka,
sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Katsir:
كَانَ ابْنُ
مَسْعُودٍ يُشَبَّهُ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَدْيِهِ
وَدَلِّهِ وَسَمْتِهِ، وَكَانَ عَلْقَمَةُ يُشْبِهُهُ، وَكَانَ إِبْرَاهِيمُ
يُشْبِهُ عَلْقَمَةَ، وَكَانَ مَنْصُورٌ يُشْبِهُ إِبْرَاهِيمَ، وَكَانَ سُفْيَانُ
يُشْبِهُ مَنْصُورًا، وَكَانَ وَكِيعٌ يُشْبِهُ سُفْيَانَ، وَكَانَ أَحْمَدُ
يُشْبِهُ وَكِيعًا، وَكَانَ أَبُو دَاوُدَ يُشْبِهُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ
“Adalah Ibnu Mas’ûd itu menyerupai Nabi Shollallahu
'alaihi wa sallam di dalam tuntunan, petunjuk dan karakter. ‘Alqomah menyerupai
Ibnu Mas’ûd, Ibrâhîm menyerupai ‘Alqomah, Manshûr menyerupai Ibrâhîm, Sufyân
menyerupai Manshûr, Wakî menyerupai Sufyân, Ahmad menyerupai Waki’ dan Abû
Dâwud menyerupai Ahmad bin Hanbal.” (al-Bidâyah wan Nihâyah XIV/618)
Berkenaan dengan ini Imam
adz-Dzahabi menerangkan:
تفقه أَبُو
دَاوُد بِأَحْمَد بن حنبل ولازمه مُدَّة، وَكَانَ يُشَبَّهُ بِهِ كَمَا كَانَ
أَحْمد يشبه بشيخه وَكِيع وَكَانَ وَكِيع يشبه بشيخه سُفْيَان وَكَانَ سُفْيَان
يشبه بشيخه مَنْصُور وَكَانَ مَنْصُور يشبه بشيخه إِبْرَاهِيم وَكَانَ إِبْرَاهِيم
يشبه بشيخه عَلْقَمَة وَكَانَ عَلْقَمَة يشبه بشيخه عبد الله بن مَسْعُود رضي الله
عَنهُ ، وروى أَبُو مُعَاوِيَة عَن الْأَعْمَش عَن إِبْرَاهِيم عَن عَلْقَمَة أَنه
كَانَ يشبه عبد الله بن مَسْعُود بالنبي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم في هَدْيه ودله
“Abû Dâwud mendalami ilmu dan bermulazamah
cukup lama kepada Ahmad bin Hanbal sehingga beliau pun menyerupainya. Ahmad bin
Hanbal menyerupai gurunya, Waki’. Waki’ menyerupai gurunya, Sufyân. Sufyân
menyerupai gurunya, Manshûr. Manshûr menyerupai gurunya, Ibrâhîm. Ibrâhîm
menyerupai gurunya, ‘Alqomah. ‘Alqomah menyerupai gurunya, ‘Abdullah bin Mas’ûd
radhiyllahu ‘anhu. Abu Mu’awiyah meriwayatkan dari al-A’masy, dari Ibrâhîm,
dari ‘Alqomah, bahwa ‘Abdullâh bin Mas’ûd menyerupai Nabi Shollallahu 'alaihi
wa sallam di dalam petunjuk dan tuntunannya.” (Thobaqot Syâfi’iyah II/296)
Perkataan ini boleh diambil faidahnya di dalam
urusan ‘adah (kebiasaan), perangai dan murû`ah (kewibawaan) yang tidak
berkaitan dengan nash syar’i (dalam urusan dunia saja, bukan agama).
Jadi, hanya berkaitan
dengan kebiasaan dan úrf (tradisi) manusia. Karena ini perkara yang
berubah-ubah sesusai dengan perubahan waktu dan tempat.
Dalam hal ini sepatutnya
seorang pendidik tidak memaksa anaknya dengan kebiasaan atau tradisi yang
berbeda dengan zamannya selama tidak menyelisihi nash syar’i atau dalam perkara
duniawi bukan agama.
Adapun adab dan akhlaq
yang syar’i, baik itu terhadap Allah dengan cara mentauhidkan-Nya, dan terhadap
Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam dengan cara meneladani beliau, lalu
menjadikan mereka cinta dengan hal ini, memotivasi dan mendorong mereka untuk
berpegang dengan adab dan akhlaq yang syar’i ini, dengan cara lemah lembut tapi
tetap tegas, dengan cara targhib (mendorong) dan tarhib (mengancam),
melakukannya dengan hikmah dan sabar, maka ini adalah kewajiban yang harus
dikerjakan pendidik.
والله تعالى
أعلم.
Disarikan dari: https://islamqa.info/ar/answers/192789
Cinere, 24 Oktober 2020 /
8 Rabi’ul Awwal 1442
Penulis: Ust. Abu
Salma Muhammad
Posting Komentar untuk "Didiklah anak-anak kalian sesuai dengan Zamannya, Shahihkah Atsar Tersebut?"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.