Menjaga dan Membangun Hubungan Yang Harmonis - Khutbah Idul Fitri Masjid Nabawi Madinah
Diringkas dari khotbah
Idul Fitri Masjid Nabawi 1444 H oleh Syaikh Abdul Bari ats-Tsubaity.
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ
الجَنَّةَ جَزَاءً عَمَلَ المَبْرُوْرِ، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَنَشْكُرُهُ
عَلَى كُلِّ خَيْرٍ وَفَضْلٍ مَيْسُوْرٍ، وَنَشْهَدُ أَنْ إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَهُوَ العَفُوُّ الغَفُوْرُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ
نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ عَبَدَ رَبَّهُ بِيَقِيْنٍ
فَقَلْبُهُ بِحُبِّهِ مَنْصُوْرٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
مَنْ أَحَبَّهُمْ فَهُوَ مَنْصُوْرٌ مَأْجُوْرٌ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى
اللهِ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ
الحَمْدُ
Kaum Muslimin Jama'ah Sholat Idul Fitri
Rahimakumullah…
Pada hari Id ini dan hari-hari Id semuanya,
rasa bahagia kita bersemi kembali. Perasaan suka cita dan saling mengasihi pun terbarui. Dan
pembicaraan kita pada khotbah kali ini adalah tentang persahabatan dan
keharmonisan hubungan.
Dulu, lebih dari 14 abad
yang lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Kota Madinah.
Setiap sudut kota menjadi bercahaya, nama Madinah menjadi mulia karena kenabian
yang mendatanginya. Sebelumnya, kota ini diliputi perselisihan dan permusuhan
panjang. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang memutus
permusuhan yang sengit itu. Menghapus buruknya dengki di tengah penduduknya.
Dan beliau satukan mereka di atas rasa cinta.
Perubahan kondisi seperti
ini tidaklah mengherankan, karena di tengah mereka dibacakan Alquran. Mereka
juga merasakan petunjuk Nabawi. Sehingga dengan cepat kondisi mereka berubah.
Hati mereka bersatu dan raga-raga mereka saling berlemah lembut. Persatuan
mereka adalah teladan dalam sejarah. Bagaimana masyarakat yang sebelumnya
saling membenci berubah menjadi saling mencintai. Mereka yang sebelumnya
berperang menjadi saling berkasih sayang. Sebelumnya berpecah menjadi bersatu. Dan Allah abadikan persatuan mereka ini dalam
firman-Nya,
وَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مَّآ أَلَّفْتَ
بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ
“dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.” (Quran Al-Anfal: 63)
Alquran memberikan
gambaran bagaimana persaudaraan dan kedekatan yang tulus di tengah para sahabat
Nabi dengan firman Allah Ta’ala,
وَٱلَّذِينَ
تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ
إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟
وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
“Dan orang-orang yang telah menempati kota
Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan
mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (Quran
Al-Hasyr: 9).
Ini profil persaudaraan seiman di tengah
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Persaudaraan yang menjadi
teladan dalam membangun masyarakat dan peradaban di masa kita sekarang. Padahal
sebelumnya masyarakat jazirah Arab hidup dalam kondisi berpecah belah. Dari
sisi fisik mereka ditimpa musibah berupa kelaparan dan kemiskinan. Dari sisi
moral dan sosial mereka mengalami musibah kebodohan dan kemerosotan akhlak.
Kemudian melalui Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah ganti kondisi
buruk tersebut dengan kebaikan yang sempurna.
Mereka orang-orang Arab
ini menguasai dunia dengan Alquran dan syariat Islam. Allah mudahkan jalan
untuk mereka. Allah jadikan hati mereka bersatu. Fanatisme kesukuan semua
tunduk di bawah payung negara Islam. Dengan itu semua terbentuklah
kelamh-lembutan dan keharmonisan di antara mereka.
Ketika metode Nabawi dan risalah samawi ini diterapkan dalam membina masyarakat, masyarakat pun akan menjadi komunitas yang bertauhid. Kelompok orang yang terbimbing dengan iman. Masyarakat yang meneladani kehidupan Nabi Muhammad, mereka akan menjadi masyarakat yang kuat persatuannya, kokoh nilai-nilanya, mereka tidak mudah tertipu dengan konspirasi dan menelan mentah-mentah isu yang dapat memecah belah.
Persatuan seperti ini
tidak bisa dinilai dengan materi. Dan ini adalah amanah bagi setiap generasi
untuk menjaga dan mewujudkannya. Karena ancaman perpecahan itu nyata.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
سَيُصِيْبُ
أُمَّتِي دَاءُ الأُمَمِ، فَقَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا دَاءُ الأُمَمِ؟
قَالَ: الأَشْرُ، وَالْبَطْرُ والتَّكَاثُرُ وَالتَّنَاجُشُ فِي الدُّنْيَا
وَالتَّبَاغُضُ وَالتَّحَاسُدُ حَتَّى يَكُوْنَ الْبَغْيُ
“Umatku akan ditimpa
penyakit berbagai umat.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja
penyakit umat-umat (terdahulu)?” Rasulullah berkata, “Kufur nikmat,
menyalahgunakan nikmat, saling berlomba memperbanyak dunia, saling berbuat
najsy (mengelabui dalam penawaran), saling memusuhi, dan saling
hasad-menghasadi hingga timbulnya sikap melampaui batas (kezaliman).” (HR. Al-Hakim, 4:168 dan Ath-Thabrani dalam
Al-Mu’jam Al-Awsath, 2/275/9173).
Dengan demikian kedudukan
dan peranan keharmonisan masyarakat itu sangat penting. Pengaruhnya pun sangat
besar. Karena itu, setiap individu harus berusaha mewujudkannya dalam ucapan
dan perbuatan. Keharmonisan masyarakat di sini dapat berwujud saling cinta,
saling lemah lembut, dan saling memaafkan.
Di antara bentuk praktek
yang dituntunkan Nabi untuk menumbuhkan keharmonisan di tengah masyarakat
adalah dengan cara memperhatikan shaf dalam shalat. beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
اسْتَووا ولاَ
تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ
“Luruskanlah (shaff
kalian) dan jangan bercerai-berai sehingga akan tercerai berai hati kalian” (HR.
Muslim).
Maksudnya, hati kalian
akan saling tercerai-berai dengan permusuhan, kedengkian, hasad, dan dengki.
Lurus dan rapinya shaf adalah di antara kiat merekatkan hati. Sebaliknya,
shaf-shaf shalat yang tidak rapi di antara jalan yang membuat hati menjadi
berselisih dan bercerai-berai.
Demikian juga dengan
syariat zakat. Syariat ini adalah wujud empati dan perhatian terhadap sesama.
Syariat ini baru saja kita amalkan di bulan Ramadhan kemarin. Sejarah sendiri
menyaksikan tidak ada suatu momen yang memperlihatkan begitu besarnya ekspresi
empati dan perhatian terhadap sesama melebihi momen Ramadhan.
اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ وَلِلهِ الحَمْدُ
Kaum Muslimin Jama'ah Sholat Idul Fitri
Rahimakumullah…
Keretakan hubungan di masa sekarang, bahkan
bisa kita lihat terjadi di tengah keluarga. Ada yang
menghalang-halangi agar terwujud persatuan keluarga. Bahkan ada yang
menumbuhkan sengketa di tengah mereka.
Demikian juga terjadi
dalam kehidupan bertetangga. Antara sesama tetangga saling membelakangi. Bahkan
terjadi, seorang tetangga tidak mengenal siapa tetangganya. Kalau kondisinya
seperti ini, jauh sekali di antara mereka akan menunaikan hak tetangganya
masing-masing. Imbasnya, rapuhlah persatuan, keharmonisan, dan kasih sayang di
tengah masyarakat Islam.
Lebih jauh dari itu,
karena ketidak-pedulian sesama mereka, akan meningkatlah tindak kriminalitas.
Para pencuri akan bebas beraksi. Pengedar narkoba menjajalkan dagangan haram
mereka. Demikian juga para pemikir-pemikir rusak akan bebar mengkampanyekan
ide-ide sesat mereka. Semua orang-orang yang merusak akan mendapatkan tempat
yang aman gara-gara persatuan dan keharmonisan masyarakat yang rapuh. Mereka
bebas memperluas pengaruh mereka di tengah masyarakat dalam kondisi aman dan
nyaman.
اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ وَلِلهِ الحَمْدُ
Kaum Muslimin Jama'ah Sholat Idul Fitri
Rahimakumullah…
Hari Id adalah kesempatan bagi kita semua
membangun dan memperbarui kembali kehidupan yang erat dan harmonis di tengah
lingkungan masyarakat kita. Kesempatan kembali bagi kita untuk menunaikan hak-hak
tetangga yang selama ini kita sepelekan. Momen besar bagi kita merajut
persatuan bangsa, memperbaiki akhlak pribadi dan masyarakat.
Membangun keharmonisan
hubungan masyarakat adalah di antara tujuan besar dari adanya syariat hari
raya. Kebahagiaan dan suka cita hari raya adalah kesempatan besar untuk
menghapus rasa hasad dan dengki kepada sesama. Hari raya adalah kesempatan bagi
kita untuk menyebarkan salam, berlaku dermawan, saling sapa dan senyum, hati
yang bebas dari prasangka buruk, berucap dengan kalimat yang baik dan pantas,
membuat orang lain bahagia, memuliakan anak yatim dan akhlak-akhlak mulia
lainnya dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Kemudian hari raya juga
adalaha kesempatan kita untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat aman dan
tentram di masyarakat dan negeri kita. kalau kita melihat negeri-negeri kaum
muslimin di tempat lain. Banyak dari mereka yang kehilangan tempat tinggal
karena bencana alam, karena penjajahan, dan karena kezaliman.
Kemudian yang terpenting
adalah membangun kebersamaan dan kedekatan dengan orang tua. Memperbarui dan
semakin menumbuhkan cinta. Abdullah bin Amr bin al-Ash menceritakan:
جاء رجلٌ إلى
رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ فقال جِئتُ أُبَايِعُك علَى الهِجرةِ
وتركتُ أبويَّ يبكِيانِ فقال : ارجِع إليهِما فأضْحِكْهُما كما أبكيْتَهُما
“Ada seorang laki-laki menemui Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, ‘Aku datang menemui Anda untuk berbaiat
hijrah. Dan aku meninggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis’.
Rasulullah bersabda, ‘Kembalilah dan temuilah keduanya. Buat keduanya tertawa
sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis’.” (HR. Abu Dawud 2528).
Kaum Muslimin Jama'ah Sholat Idul Fitri
Rahimakumullah…
Keluarga adalah
orang-orang yang paling berhak merasakan manisnya membangun keharmonisan
hubungan di hari raya. Berinteraksilah kepada mereka dengan interaksi yang
baik. Kunjungi mereka. Bergembira dan tertawalah bersama mereka. Bangun kedekatan ruhani bersama mereka. Allah
Ta’ala berfirman,
وَأُو۟لُوا۟ ٱلْأَرْحَامِ
بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ
Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah
satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah.” (Quran Al-Ahzab: 6).
Kemudian perhatikan juga
tetangga. Karena mereka termasuk orang yang paling layak kita bangun hubungan
dekat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ماَ زَالَ
جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِي بِالْجَارِ حَتى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثه
“Jibril senantiasa berwasiat kepadaku agar
berbuat baik kepada tetangga sampai saya mengira bahwa dia (Jibril) hendak
memberikan warisan kepadanya.” (HR. Bukhari).
Jika kita mencintai
seseorang tampakkan, ekspresikan, bahkan sampaikan padanya kalau kita
mencintainya karena Allah. Jangan disembunyikan di hati saja. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا أحبَّ
الرجلُ أخاه فلْيخبره أنه يحبُّه
“Jika seseorang mencintai
saudaranya, sampaikan padanya kalau ia mencintainya.” (HR. Al-Bukhari).
Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah menggandeng tangan sahabatnya, Muadz bin Jabal radhiallahu
‘anhu, kemudian beliau mengatakan,
يَا مُعَاذُ !
وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ،
“Hai Muadz, Demi Allah, sungguh aku
mencintaimu.” (HR. Abu Dawud).
Kemudian, di antara kiat untuk menumbuhkan dan
membangun keharmonisan hubungan adalah dengan cara memberi hadiah. Hadiah dapat membangunkan
hati yang tertidur. Membuka hati yang terkunci. Dan memperdalam rasa cinta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menerima hadiah dan memberikan
hadiah balasan.
Sebenarnya, kiat-kiat
membangun keharmoniasan ini dipraktekkan oleh setiap muslim dalam berbagai
kesempatan. Hanya saja hari raya ini
mempertegasnya.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
وَلِلهِ الحَمْدُ
Khutbah Kedua:
اَلحَمْدُ لِلَّهِ
وَفَّقَ لِالصِّيَامِ وَالقِيَامِ وَنَسْأَلُهُ القَبُوْلَ وَالتَّمَامَ وَحُسْنَ
الخِتَامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ القَائِلُ: لَهُم مَّا يَشَآءُونَ فِيهَا
وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ
وَنُصَلِّي وَنُسَلِّمُ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
وَلِلهِ الحَمْدُ
Kita sangat menyadari
bahwa kehidupan manusia tidak akan terlepas dari perselisihan bahkan
perpecahan. Yang hal itu mempengaruhi keharmonisan hubungan mereka. Hal itu
muncul dari buruk sangka dan bisikan setan. Atau karena persaingan dalam
berebut masalah dunia.
Untuk menjaga hubungan
harmonis dan menjaga diri dari hal-hal yang merusaknya, syariat Islam
memberikan petunjuk yang sempurna yaitu meng-islahkan, memperbaiki, dan
mendamaikan antara sesama manusia. Dan Alquran menyifati orang-orang yang
mendamaikan ini dengan sifat yang mulia dan pahala besar. Allah Ta’ala berfirman,
لَّا خَيْرَ فِى
كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ
إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ
فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di
antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka
kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (Quran An-Nisa: 114).
Dan Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam sendiri keluar menghadapi masyarakat yang berselisih. Beliua
mendamaikan dan memperbaiki hubungan. Ada sekelompok orang yang hampir saja
berperang. Kondisi mereka memanas hingga telah saling melempari batu satu dengan
yang lainnya. Beliau mendamaikan kedua kelompok yang bertikai itu. Dari Sahl
bin Saad as-Sa’idi, ai berkata,
أنَّ أهْلَ
قُبَاءٍ اقْتَتَلُوا حتَّى تَرَامَوْا بالحِجَارَةِ، فَأُخْبِرَ رَسولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بذلكَ، فَقَالَ: اذْهَبُوا بنَا نُصْلِحُ بيْنَهُمْ
“Penduduk Quba
bersengketa hingga mereka saling melempari batu. Lalu kondisi ini disampaikan
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengatakan, ‘Ayo pergi
bersamaku, kita damaikan mereka’.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya No.2693).
﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا﴾ (الأحزاب: 56)، وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ
صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا» (رَوَاهُ
مُسْلِم).
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ
الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي،
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ
وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَلِّفْ
بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاهْدِنَا السُبُلَ السَلَامَ. اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ صِيَامَنَا
وَقِيَامَنَا وَأَعِدْ لَنَا رَمَضَانَ أَيَّمًا مَدِيْدَةً وَأَزْمِنَةً
مَدِيْدَةً وَنَحْنُ فِيْ خَيْرٍ وَصِحَّةٍ وَعَافِيَةٍ وَحَيَاةٍ سَعِيْدَةٍ.
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ
مَوْتَانَا وَاشْفِ مَرْضَانَا. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ المُسْلِمِيْنَ
فِي كُلِّ مَكَانٍ وَارْفَعْ عَنْهُمْ البَلَاءَ وَالوَبَاءَ وَالغَلَاءَ
وَالزِّنَى وَالزَلَازِلَ وَالفِتَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ
الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ،
وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ
حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي
أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ،
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى
البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ
وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ
لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ
رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ
اللَّهمَّ إنِّا ظلَمنا
أَنَفسنا ظلمًا كثيرًا ولا يغفرُ الذُّنوبَ إلَّا أنتَ فاغفِر لنا مغفرةً من
عندِكَ وارحَمنا إنَّكَ أنتَ الغفورُ الرَّحيمُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
وَلِلهِ الحَمْدُ
Disadur dari KhotbahJum'at.com
Posting Komentar untuk "Menjaga dan Membangun Hubungan Yang Harmonis - Khutbah Idul Fitri Masjid Nabawi Madinah"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.