Hukum Mencukur Rambut bagian Tengkuk Leher
Dalam artikel sebelumnya
(klik di
sini), telah sedikit disinggung tentang bahasan mencukur rambut tengkuk.
Maka di sini akan kami bahas bagaimana penjelasan ulama mengenai hal ini.
Para ulama berbeda
pendapat mengenai hukum mencukur rambut tengkuk.
Satu pendapat mengatakan
haram. Disebutkan bahwa hal ini merupakan pendapat Ahmad, sebagaimana dikatakan
oleh Ibnu Muflih rahimahumallaah:
وَيُكْرَهُ حلقُ
القفا من غير حاجة، نح عليه، وقال أيضاًَ: هو من فعل المجوس: ((مَنْ تَشَبَّهَ
بِقَوْمٍِ فَهُوَ مِنْهُمْ))، وهذا يقتضي التحريم
“Dimakruhkan mencukur
rambut tengkuk tanpa ada keperluan. Dan beliau (Ahmad) juga berkata: ‘Hal itu
termasuk perbuatan orang-orang Majusi, (sedangkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:) Barangsiapa yang meniru/menyerupai suatu kaum, maka ia
termasuk golongan mereka’. Ini menunjukkan pengharaman” (Aadaabusy-Syar’iyyah,
3/333; tahqiq: Syu’aib Al-Arna’uth dan ‘Umar Al-Qayyaam).
Asy-Syaikh Muhammad bin
Ibraahiim rahimahullah menguatkan pendapat ini (lihat: http://www.islamqa.com/ar/ref/10516).
Pendapat lain mengatakan
makruh. Pendapat ini dipegang oleh Maalik, sebagian Syaafi’iyyah, dan satu
riwayat dari Ahmad.
Ibnu ‘Abdil-Barr
rahimahullah berkata:
قد كان مالك
رحمه الله يكره حلق القفا وما أدري إن كان كرهه مع حلق الرأس أو مفردا
“Adalah Maalik rahimahullah memakruhkan mencukur rambut tengkuk, dan aku tidak tahu apakah kemakruhannya itu bersamaan dengan mencukur rambut atau tidak” (At-Tamhiid).
Al-Munaawiy rahimahullah berkata:
وحده, لأنه نوع
من القزع وهو مكروه تنزيهاً
“Dengan menyendirikannya, karena ia termasuk
bagian dari qaza’ yang hukumnya makruuh tanziih” (Faidlul-Qadiir, no. 9459).
Ath-Thabaraaniy rahimahullah berkata saat
mengomentari atsar ‘Umar radliyallaahu ‘anhu tentang pelarangan mencukur bulu
tengkuk:
معناه عندي والله
أعلم أنه عليه السلام استقبح أن يفرد حلق القفا دون حلق الرأس
“Maknanya menurutku – wallaahu a’lam –
bahwasannya beliau (‘Umar) ‘alaihis-salaam memandang buruk menyendirikan
mencukur rambut tengkuk tanpa mencukur rambut kepala” (Al-Mu’jamush-Shaghiir, 1/167).
Penulis Al-Inshaaf berkata:
فائدة: يكره حلق
القفا مطلقا على الصحيح من المذهب: زاد فيه جماعة منهم المصنف والشارح لمن لم يحلق
رأسه ولم يحتج إليه لحجامة أو غيرها نص عليه وقال أيضا هو من فعل المجوس ومن تشبه
بقوم فهو منهم.
“Faedah:
Dimakruhkan mencukur rambut tengkuk secara mutlak menurut pendapat yang benar
dalam madzhab (Hanaabilah). Namun sekelompok ulama Hanaabilah diantaranya
penulis dan pensyarah menambahkan (mentaqyid) bagi orang yang tidak mencukur
kepalanya/botak (sehingga masuk dalam larangan qazaa’), tidak bermaksud
dengannya untuk berbekam, dan yang lainnya. Hal ini dikatakan oleh
Ahmad. Dan beliau (Ahmad) juga berkata: ‘Ia termasuk perbuatan Majusiy. Dan
barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (Al-Inshaaf,
1/110).
Pembahasan:
Jika mencukur rambut
rambut tengkuk ini tidak diikuti dengan mencukur rambut kepala, maka ini masuk
dalam larangan qaza’.
أن النبي صلى
الله عليه وسلم رأى صبيا قد حلق بعض شعره وترك بعضه فنهى عن ذلك وقال احلقوا كله
أو اتركوا كله
Bahwasannya Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam
melihat seorang anak-anak yang dicukur sebagian rambutnya dan dibiarkan
sebagian yang lainnya. Maka beliau melarangnya dengan bersabda: “Cukurlah
seluruhnya atau biarkan seluruhnya” (Diriwayatkan oleh Ahmad 2/88; shahih –
lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 1123).
Asy-Syaikh Ibnu Jibriin rahimahullaah pernah
ditanya: “Apa hukum mencukur rambut tengkuk bagi laki-laki ?”. Maka beliau
menjawab:
لا يجوز ذلك
فإنه من القزع، وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم: "احلقوه كله أو اتركوه
كله" ونهى عن القزع، ويعم ذلك الرجال والصبيان.
“Tidak boleh, karena ia
termasuk qaza’. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: ‘Cukurlah
semuanya atau biarkanlah semuanya’. Dan beliau melarang al-qaza’, dan itu umum
bagi laki-laki (dewasa) ataupun anak-anak” (lihat fatwa beliau:
http://ibn-jebreen.com/ftawa.php?view=vmasal&subid=3162&parent=786).
An-Nawawiy rahimahullah
menyebutkan ijma’ bahwa larangan di sini (yaitu: al-qaza’) dibawa kepada makna
makruh tanziih (Nailul-Authaar, 1/190).
Yaitu, makruh yang tidak
sampai pada derajat haram.
Namun jika al-qaza’ ini
menyerupai orang-orang kafir, maka kemakruhan ini menjadi haram. Asy-Syaikh Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsaimin
rahimahullah berkata:
والقزع كله
مكروه، لأن النبي صلى الله عليه وسلم رأي صبيّاً حلق بعض رأسه فأمر النبي صلى الله
عليه وسلم، أن يحلق كله أو يترك كله، لكن إذا كان قزعاً مشبهاً للكفار فإنه يكون
محرماً، لأن التشبه بالكفار محرم، قال النبي صلى الله عليه وسلم من تشبه بقوم فهو
منهم
“Al-qaza’ itu secara keseluruhan adalah
makruh, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seorang anak
yang dicukur sebagian rambutnya. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan agar dicukur semuanya atau dibairkan semuanya. Akan tetapi bila
al-qaza’ itu menyerupai orang-orang kafir, ia menjadi haram, karena Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa yang menyerupai satu
kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (lihat:
http://www.islamway.com/?iw_s=Fatawa&iw_a=view&fatwa_id=11416).
Dan salaf telah mengatakan bahwa mencukur
rambut tengkuk termasuk perbuatan menyerupai orang-orang Majusiy/’Ajam.
عن المعتمر بن
سليمان التيمي قال: "كان أبي إذا جز شعره لم يحلق قفاه"، قيل له لم؟
قال: "كان يكره أن يتشبه بالعجم".
Dari Al-Mu’tamir bin Sulaimaan, ia berkata:
“Ayahku apabila memotong rambutnya, ia tidak mencukur (habis) rambut
tengkuknya”. Dikatakan kepadanya: “Mengapa ?”. Ia menjawab: “Karena ia membenci
menyerupai orang-orang ‘Ajam” (Iqtidlaa’ Ash-Shiraathil-Mustaqiim, 1/207)
عن الهيثم بن
حميد، قال: "حف القفا من شكل المجوس"
“Mencukur habis rambut tengkuk termasuk cara
orang-orang Majusiy” (idem).
وقال المروزي:
سألت أبا عبد الله - يعني أحمد بن حنبل - عن حلق القفا ؟ فقال: هو من فعل المجوس،
ومن تشبه بقوم فهو منهم.....
”Berkata Al-Marwaziy: ’Aku bertanya kepada Abu
’Abdillah – yaitu Ahmad bin Hanbal – tentang mencukur bulu tengkuk ?’. Maka beliau menjawab:
’Itu merupakan perbuatan orang-orang Majusi. Barangsiapa yang menyerupai suatu
kaum, maka ia termasuk golongannya’....( Jilbab Mar’atil-Muslimah oleh
Al-Albani hal. 187).
Jika seseorang mencukur
kepalanya (botak) sekaligus rambut tengkuknya, maka ini tidak mengapa (karena
tidak termasuk qaza’).
Dan jika ia mencukurnya
karena keperluan, misalnya berbekam, maka ini tidak mengapa. Berbekam telah
ma’tsur dalam riwayat, dan jika dilakukan di bagian tengkuk, maka ia dilakukan
dengan mencukur rambut tengkuk. Kebolehan
ini sebatas kebutuhan.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
ويكره حلق القفا
لمن لم يحلق رأسه ولم يحتج إليه؛ لأنه من فعل المجوس، ومن تشبه بقوم فهو منهم،
فأما عند الحجامة ونحوها فلا بأس
“Dan makruh mencukur rambut tengkuk bagi orang
yang tidak mencukur rambut kepalanya dan tidak punya kebutuhan padanya. Karena ia termasuk
perbuatan orang-orang Majusiy. Adapun melakukannya pada saat berbekam atau
semisalnya, maka tidak mengapa” (Syarhul-‘Umdah, 1/231).
Tidak ada riwayat shahih
yang dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan juga dari shahabat beliau
radliyallaahu ‘anhum tentang bahasan ini. Namun merupakan pendapat sebagian
ulama saja sebagaimana telah disebutkan.
Adapun riwayat:
عن عمر بن
الخطاب رضى الله تعالى عنهما قال نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن حلق القفا
الا للحجامة
Dari ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu
‘anhumaa, ia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang
mencukur rambut tengkuk kecuali jika untuk berbekam”.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh
Ath-Thabaraaniy dalam Ash-Shaghiir 1/166 no. 261 dan Al-Ausath 3/220 no. 2969,
Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kaamil fidl-Dlu’afaa 4/418, dan Abu Nu’aim dalam Akhbaar
Ashbahaan 1/339; semuanya dari Sulaimaan bin ‘Abdirrahmaan: Telah menceritakan
kepada kami Al-Waliid bin Muslim: Telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin
Basyiir, dari Qataadah, dari Al-Hasan, dari Anas bin Maalik, dari ‘Umar bin
Al-Khaththaab, beliau berkata: “…(al-hadits)…”.
Al-Haitsamiy rahimahullah berkata:
رواه الطبراني
في الصغير والأوسط، وفيه سعيد بن بشير، وثقه شعبة وغيره، وضعفه ابن معين وغيره،
وبقية رجاله رجال الصحيح
Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam
Ash-Shaghiir dan Al-Ausath, padanya terdapat Sa’iid bin Basyiir. Ia telah
ditsiqahkan oleh Syu’bah dan yang lainnya, namun didla’ifkan oleh Ibnu Ma’iin
dan yang lainnya. Adapun perawi yang lainnya adalah perawi Ash-Shahiih” (Majma’uz-Zawaaid
5/169).
Sa’iid bin Basyiir adalah perawi yang dla’iif
dalam hapalannya (Taqriibut-Tahdziib, hal. 374 no. 2289).
Ibnu ‘Adiy mengomentari
hadits ini berkata:
وهذا لا يرويه
عن قتادة غير سعيد بن بشير وهو متن منكر عن سعيد رواه الوليد بن مسلم
“Hadits ini tidak diriwayatkan dari Qataadah
kecuali Sa’iid bin Basyiir. Ia adalah matan munkar dari Sa’iid yang diriwayatkan oleh
Al-Waliid bin Muslim” (Al-Kaamil, 4/418).
‘Abdurrazzaaq
meriwayatkan dari Ma’mar, dari Qataadah:
أن عمر بن
الخطاب رأى رجلا قد حلق قفاه ولبس حريرا فقال: من تشبه بقوم فهو منهم
“Bahwasannya ‘Umar melihat seorang laki-laki
yang mencukur rambut tengkuknya dan memakai sutera, maka ia berkata: ‘Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (Al-Mushannaf,
11/453-454 no. 20986).
Sanad riwayat ini juga
lemah. Qataadah tidak pernah bertemu dengan ‘Umar bin Al-Khaththaab
radliyallaahu ‘anhu.
Asy-Syaikh Al-Albaaniy
rahimahullah membawakan beberapa jalan hadits tersebut dalam Adl-Dla’iifah no.
3496 & 4727. Silakan merujuk ke sana, karena terdapat pembahasan yang
sangat bermanfaat.
Itu saja yang dapat
dituliskan, semoga ada manfaatnya.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Oleh: Abul Jauzaa' Dony Arif Wibowo
Posting Komentar untuk "Hukum Mencukur Rambut bagian Tengkuk Leher"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.