Hilangnya Amanah dari Hati Manusia - Tanda-Tanda Hari Kiamat Yang Sudah Terjadi Dan Sedang Terjadi Ke - 2
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
اِنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَـةٌ اَكَادُ اُخۡفِيۡهَا لِتُجۡزٰى كُلُّ نَفۡسٍۢ
بِمَا تَسۡعٰى
Sungguh, hari
Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas
sesuai dengan apa yang telah dia usahakan. (QS. Thoha: 15)
وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلا كَلَمْحِ الْبَصَرِ
“Tidak adalah kejadian kiamat
itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi).” (QS. An Nahl: 77)
Yang
Kedua: Hilangnya Amanah dari Hati Manusia
Berkaitan dengan Sifat Amanah, sifat amanah merupakan sifat yang terpuji lagi mulia, maka oleh sebabitulah manusia memang dari awal sudah mengambil suatu keputusan yang sangat berat konsekuensinya. Keputusan untuk memikul amanah. Maka tidak heran jikalau Hilangnya Amanah dari Hati Manusia termasuk salah satu tanda-tanda hari kiamat yang sedang terjadi dan terus berlangsung terjadinya.
Perlu kita ingat
kembali bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ
فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ
إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zhalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzaab: 72)
Dalam sebuah
hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, menjelaskan bahwa salah satu tanda
hari Kiamat adalah apabila amanah telah disia-siakan, ia berkata:
بَيْنَمَا النَّـبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ
يُحَدِّثُ القَوْمَ، جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ، فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ، فَقَالَ بَعْضُ
القَوْمِ: سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ لَمْ
يَسْمَعْ، حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيْـثَهُ، قَالَ: أَيْنَ -أُرَاهُ-
السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ؟ ، قَالَ: هَا أَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ:
فَإِذَا ضُـيِّعَتِ الأَمَانَـةُ، فَانْـتَظِرِ السَّاعَةَ ، قَالَ:
كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ،
فَانْـتَظِرِ السَّاعَةَ
Tatkala Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada dalam sebuah majelis (dan) berbicara
dengan sekelompok orang, datanglah kepadanya seorang sahabat (dari sebuah perkampungan)
dan berkata, “Kapankah hari kiamat?”. Namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tetap melanjutkan pembicaraannya, maka sebagian orang ada yang berkata,
“Ia (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) mendengar ucapannya, namun ia
tidak menyukainya”. Dan sebagian yang lain berkata: “Bahkan beliau tidak
mendengarnya,” hingga akhirnya Rasulullah selesai dari pembicaraannya, dan
beliau pun bersabda, “Mana orang yang (tadi) bertanya?” Orang itu
berkata,”Inilah saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda,”Apabila amanah
telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat!” Orang itu kembali bertanya, “Bagaimanakah
menyia-nyiakan amanah itu?” Rasulullah bersabda, “Apabila suatu perkara
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat!” (Shahiih
al-Bukhari, kitab ar-Riqaaq, bab Raf’ul Amaanah (XI/333, dalam al-Fat-hul)
Di dalam hadits tersebut
terdapat penjelasan bahwa amanah akan diangkat dari hati, sehingga seseorang
menjadi pengkhianat padahal sebelumnya dia adalah orang yang terpercaya. Hal
ini hanyalah terjadi pada orang yang telah hilang rasa takutnya kepada Allah,
lemah imannya, bergaul dengan orang yang selalu khianat sehingga dia menjadi
seorang pengkhianat.
Di antara bentuk
nyata hilangnya amanah adalah memberikan berbagai urusan, berupa kepemimpinan,
khilafah, peradilah, dan pekerjaan dengan berbagai macamnya kepada yang bukan
ahlinya, yaitu (bukan) kepada orang yang mampu untuk melaksanakannya dan juga
menjaganya.
Dalil Wajibnya
Menunaikan Amanah dan Akibat dari Melalaikan Amanah:
1. Hadits Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu, yang menerangkan Melalaikan Amanah adalah salah
satu tanda-tanda orang munafik, ia berkata:
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: آيـَةُ المُـنَافِقِ
ثَلاَثٌ، إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ؛ وَإِذَا وَعَدَ أَخْـلَفَ؛ وَإِذَا اؤْتُـمِنَ
خَانَ
Dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tanda orang munafik ada tiga:
apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia menyelisihi janjinya, dan
apabila diberi amanah (kepercayaan) ia berkhianat”. (Shahih al Jami’ ash
Shaghir, karya al Albani (1332-1420 H), Al Maktab al Islami)
2. Hadits Anas
bin Malik Radhiyallahu anhu, yang menjelaskan amanah dan menepati janji
merupakan salah satu sifat orang yang beragama / beriman, ia berkata:
مَا خَطَبَنَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلاَّ
قَالَ: لاَ إِيْـمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَـةَ لَهُ، وَلاَ دِيْـنَ لِمَنْ لاَ
عَهْدَ لَـهُ
Tidaklah
Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada kami, melainkan beliau
bersabda: “Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki (sifat) amanah, dan
tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janjinya”. (As Silsilah as
Shahihah, karya al Albani (1332-1420 H), Maktabah al Ma’arif, Riyadh)
3. Hadits Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu, yang menjelaskan wajibnya menunaikan amanah kepada
pemiliknya, ia berkata:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَدِّ
الأَمَانَـةَ إِلَى مَنِ ائْـتَمَنَكَ، وَلاَ تَـخُنْ مَنْ خَانَكَ
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tunaikanlah amanah kepada orang yang
engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang
yang telah mengkhianatimu.” (HR Abu Dawud (3/290 no. 3535), at Tirmidzi (3/564 no. 1264), dan
lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh asy Syaikh al Albani –rahimahullah– di
dalam Shahih Sunan Abi Dawud, Shahih Sunan at Tirmidzi, Shahih al Jami’ (240),
as Silsilah ash Shahihah (1/783 no. 423-424), dan Irwa-ul Ghalil (5/381 no.
1544)
Lantas
Siapakah yang layak Untuk diberi Amanah?
Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
اِنَّ خَيۡرَ
مَنِ اسۡتَـاْجَرۡتَ الۡقَوِىُّ الۡاَمِيۡنُ
“Sesungguhnya orang terbaik yang
engkau ambil sebagai pekerja ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (QS. Al Qashash: 26)
Kuat = Ahli dalam bidangnya,
mampu untuk menjalankan tanggung jawabnya.
Al Amiin (dapat dipercaya) =
Seorang yang Amanah karena rasa takutnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan
tidak takut dengan tekanan manusia, sehingga dia tidak menukar keimanan dan
rasa takutnya kepada Allah dengan sesuatu yang murah dari materi dunia.”
Jamaah….
Kita lihat kembali dizaman ini banyak
terjadi kasus yang salah dibilang benar dan yang benar dibilang salah..
Abdullah bin
‘Amr bin al ‘Ash Radhiyallahu ’anhuma, yang menerangkan salah satu tanda hari
kiamat adalah datangnya sebuah zaman, yang pada saat itu, orang yang amanah
(jujur) dianggap pengkhianat, dan pengkhianat dianggap orang yang amanah
(jujur). Dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
… وَالَّذِيْ
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِـيَدِهِ، لاَ تَـقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يُـخَوَّنَ
الأَمِـيْنُ وَيُؤْتَـمَنَ الخَائِنُ، حَتَّى يَظْهَرَ الفُحْشُ وَالتَّـفَحُّشُ
وَقَطِـيْعَةُ الأَرْحَامِ وَسُوْءُ الجِوَارِ…
”…Dan demi
(Dzat) yang jiwa Muhammad berada di tangannya, tidak akan terjadi hari kiamat
sampai orang yang amanah (jujur) dianggap atau dituduh pengkhianat, dan seorang
pengkhianat dianggap / diakui sebagai orang yang Amanah….” (HR Ahmad (2/199 no.
6872), dan lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh asy Syaikh al Albani
rahimahullah di dalam as Silsilah ash Shahihah (5/360))
Posting Komentar untuk "Hilangnya Amanah dari Hati Manusia - Tanda-Tanda Hari Kiamat Yang Sudah Terjadi Dan Sedang Terjadi Ke - 2"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.