Mencukur Rambut Bayi dan Larangan Tadmiyyah
Daftar Isi
Mencukur Rambut Bayi
كل غلام رهينة
بعقيقته تذبح عنه يوم سابعه ويحلق ويسمى
“Setiap anak tergadai dengan ’aqiqahnya yang
disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya, dicukur (rambutnya), dan diberi
nama”.[1]
Hadits ini menunjukkan disyari’atkannya
mencukur rambut pada hari ketujuh, tepat pada saat hari pelaksanaan ‘aqiqah.
Ash-Shan’aniy berkata:
وفي قوله في
حديث سمرة "ويحلق" دليل على شرعية حلق رأس المولود يوم سابعه، وظاهره
عام لحلق رأس الغلام والجارية. وحكى المازري كراهة حلق رأس الجارية، وعن بعض
الحنابلة تحلق لإطلاق الحديث. وعن بعض الحنابلة تحلق لإطلاق الحديث
“Dalam sabda beliau shallallaahu ‘alaihi
wasallam pada hadits Samurah: ‘wa yuhlaqu’ ; merupakan bukti disyari’atkan
mencukur rambut kepala bayi pada hari ketujuh. Dan dhahirnya, hal itu umum
mencakup mencukur rambut kepala bayi laki-laki maupun perempuan. Dihikayatkan
bahwa Al-Maziriy membenci mencukur rambut kepala bayi perempuan. Dan dari
sebagian ulama Hanabilah, disyari’atkan mencukur rambut bayi laki-laki dan
perempuan sesuai dengan kemutlakan hadits”.[2]
Pendapat Al-Maziriy patut
untuk disisihkan karena tidak ada dalil yang mendukungnya.
Dalam mencukur rambut, maka dilarang untuk melakukan qaza’, sebagaimana hadits ‘Abdullah bin ’Umar radliyallaahu ’anhuma (ia berkata):
أن رسول الله
صلى الله عليه وسلم نهى عن القزع
“Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ’alaihi
wasallam melarang qaza’ “.[3]
Dalam riwayat Ahmad disebutkan:
أن النبي صلى
الله عليه وسلم رأى صبيا قد حلق بعض شعره وترك بعضه فنهى عن ذلك وقال احلقوا كله
أو اتركوا كله
“Bahwasannya Nabi shallallaahu ’alaihi
wasallam melihat seorang anak-anak yang dicukur sebagian rambutnya dan
dibiarkan sebagian yang lainnya. Maka beliau melarangnya dengan bersabda: “Cukurlah
seluruhnya atau biarkan seluruhnya”.[4]
Para ulama berbeda
pendapat tentang makna qaza’. Namun dengan melihat seluruh penjelasan yang ada,
maka larangan qaza’ ini ada empat macam:
- Mencukur rambut kepala
pada bagian-bagian tertentu secara acak.
- Mencukur bagian tengah
kepala dan membiarkan kedua belah sisinya.
- Mencukur kedua belah
sisi kepala dan membiarkan bagian tengahnya.
- Mencukur bagian depan
dan membiarkan bagian belakang.
Disunnahkan bershadaqah
perak seberat rambut yang dicukur.
عن علي بن أبي
طالب قال: عق رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الحسن بشاة وقال يا فاطمة احلقي
رأسه وتصدقي بزنة شعره فضة قال فوزنته فكان وزنه درهما أو بعض درهم
Dari ’Ali bin Abi Thalib ia berkata:
Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam meng-’aqiqahi Al-Hasan dengan kambing.
Beliau berkata: “Wahai Fathimah, cukurlah rambut kepalanya, dan bershadaqahlah
perak seberat timbangan rambutnya”. ’Ali berkata: “Maka aku menimbangnya dimana berat rambut
tersebut adalah satu dirham atau setengah dirham”.[5]
Larangan Tadmiyyah
Tadmiyyah adalah tradisi
masyarakat jahiliyyah yang melumurkan darah hewan ’aqiqah ke kepala si bayi.
Ada beberapa hadits yang menyebutkan perintah tadmiyyah, namun hadits-hadits
ini jauh sekali dari kata shahih.[6]
Bahkan ada riwayat shahih
yang melarang tradisi jahiliyyah ini.
عن عائشة قالت:
كانوا في الجاهلية إذا عقوا عن الصبي خضبوا قطنة بدم العقيقة فإذا حلقوا رأس الصبي
وضعوها على رأسه فقال النبي صلى الله عليه وسلم: ( اجعلوا مكان الدم خلوقا )
Dari ’Aisyah ia berkata: “Dulu pada masa
Jahiliyyah, jika mereka meng-’aqiqahi seorang anak, mereka mencelupkan kapas
dengan darah hewan ‘aqiqah dimana ketika mereka mencukur rambut kepala anak
tersebut, mereka oleskan pada kepalanya. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam berkata: “Gantilah darah (yang dioleskan pada kepala anak) dengan
khuluuq (wewangian)”.[7]
عن يزيد بن عبد
المزني: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال يعق عن الغلام ولا يمس رأسه بدم
Dari Yazid bin ’Abd Al-Muzanniy: Bahwasannya
Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam pernah bersabda: “Disembelih ’aqiqah untuk
anak dan tidak boleh diusap kepalanya dengan darah”.[8]
Asy-Syaukani berkata:
وقد كره الجمهور
التدمية واستدلوا عن ذلك بما أخرجه ابن حبان في صحيحه عن عائشة....
“Jumhur ’ulamaa membenci at-tadmiyyah. Mereka berdalil akan hal
itu dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya dari
’Aisyah.....”.[9]
Al-Albani berkata:
أضف إلى ما سبق
أن تدمية رأس الصبي عادة جاهلية قضى عليها الاسلام
“Tadmiyyah merupakan
tradisi orang-orang Jahiliyyah. Lalu tradisi tersebut dihapuskan oleh Islam...”.[10]
Allaahu a’lam.
Oleh: Abul Jauzaa’ Dony
Arif Wibowo
[1] Telah lewat takhrij-nya.
[2] Subulus-Salam oleh Muhammad bin Isma’il
Ash-Shan’aniy 4/135, tahqiq: ‘Ishamuddin Ash-Shabaabathiy dan ‘Imaad As-Sayyid;
Daarul-Hadits, Cet. Thn. 1425, Cairo.
[3] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5921 dan
Muslim no. 2120.
[4] Diriwayatkan oleh Ahmad 2/88; shahih – lihat
Silsilah Ash-Shahiihah no. 1123.
[5] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 1519;
hasan. Takhrij selengkapnya bisa dilihat pada Irwaaul-Ghaliil 4/402-406 no.
.1175.
[6] Diantaranya adalah:
1. Hadits Samurah bin Jundub radliyallaahu
‘anhu, dari Rasulullah shallallaah ‘alaihi wasallam:
كل غلام رهينة
بعقيقته تذبح عنه يوم السابع ويحلق رأسه ويدمى
“Setiap anak tergadai dengan ‘aqiqahnya yang
disembelih pada hari ketujuh, dicukur rambut kepalanya, dan kepalanya dilumuri
darah (yudammaa)”.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2837. Hadits
ini sebenarnya shahih, kecuali lafadh “wa yudammaa” (sebagaimana dikatakan oleh
Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/196. Lafadh ini syadz. Yang
mahfudh adalah dengan lafadh “wa yusamma” (dan dinamai) sebagaimana yang
terdapat dalam no. 2838.. Silakan lihat Irwaaul Ghaliil 4/387-388.
2. Hadits Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma,
dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam, beliau bersabda:
سبعة من السنة
في الصبي يوم السابع: ......ويلطخ بدم عقيقته.....
“Ada tujuh perkara yang termasuk sunnah untuk
anak pada hari ketujuh kelahirannya: “……, melumuri (kepalanya) dengan darah
hewan ’aqiqah, ………………..”.
Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam
Al-Ausath no. 558 (tahqiq: Thariq bin ‘Awwdlillah). Sanad hadits ini dla’if
pada rawi yang bernama Rawwad bin Al-Jarrah. Ia seorang yang bercampur hafalannya
di akhir usianya. Lihat Majma’ul-Bahrain oleh Al-Haitsami 3/334 no. 1913
(tahqiq: ‘Abdul-Quddus bin Muhammad Nadzir).
[7] Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban no. 5308, Abu
Ya’la no. 4521, Al-Bazzar no. 1239, dan Al-Baihaqi 9/303. Hadits ini shahih,
perawinya adalah tsiqat, para perawi Shahihain; kecuali Yusuf bin Sa’id. Ia dipakai oleh
An-Nasa’i, dan ia merupakan perawi tsiqah. Lihat takhrij Asy-Syaikh Syu’aib
Al-Arna’uth terhadap Shahih Ibni Hibban 12/124-125 (Muassasah Ar-Risalah, Cet.
2/1414, Beirut).
[8] Diriwayatkan
oleh Ibnu Majah no. 3166. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahiihah
no. 2452. Lihat pula
Irwaaul-Ghaliil 4/388-399.
[9] Nailul-Authaar, 5/133.
[10] Irwaaul-Ghaliil, 4/388.
Posting Komentar untuk "Mencukur Rambut Bayi dan Larangan Tadmiyyah"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.