Bertakwa di Masa Muda - Khutbah Jum'at
Berikut ini adalah teks khutbah dengan tema Bertakwa di Masa Muda yang disampaikan oleh Al Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., MA.
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ،
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ
مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ
اللهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هدى مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عليهِ وَسلَّم، وَشَرَّ
الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلَالةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ،
أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَد فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Sesungguhnya di antara kondisi, atau masa yang
diperhatikan oleh syariat adalah masa muda. Syariat sangat memberikan perhatian
khusus terhadap masa muda seseorang. Hal ini sebagaimana Nabi Muhammad Shollallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang tujuh golongan yang akan dinaungi
pada hari kiamat kelak.
Pada hari kiamat kelak, matahari akan
didekatkan dalam jarak satu mil, sehingga manusia pada hari itu sangat
kewalahan dan berdesak-desakan, sampai sebagian ulama mengatakan bahwa manusia
tatkala itu tidak memiliki tempat berdiri kecuali hanya tempat mereka berpijak
kala itu. Dekatnya matahari dari ubun-ubun manusia membuat keringat masing-masing
orang bercucuran.
Meskipun kondisi
demikian, ternyata ada beberapa golongan yang mendapatkan naungan dari Allah Subhanahu
wa ta’ala, yang tidak ada naungan selain naungan-Nya pada hari itu. Di antara
orang yang mendapatkan naungan tersebut adalah sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shollallahu
‘alaihi wa sallam,
شَابٌّ نَشَأَ
فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ
“Pemuda yang tumbuh dalam
ketaatan (ibadah) kepada Rabbnya.” (HR. Bukhari No. 660)
Inilah pemuda spesial
yang digambarkan oleh Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Kebanyakan
para pemuda di zaman ini, mereka menghabiskan masa muda mereka untuk
bersenang-senang, bergembira belaka, melampiaskan syahwat mereka. Akan tetapi,
pemuda yang menghabiskan masa muda mereka untuk ketaatan dan ibadah kepada
Allah Subhanahu wa ta’ala, maka dialah pemuda spesial tersebut.
Dalam sebuah hadis yang
pada sanadnya terdapat sedikit kelemahan, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
bahwasanya Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ
لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
“Sesungguhnya Allah benar-benar takjub (kagum) dengan pemuda yang tidak memiliki shabwah (kenakalan).” (HR. Ahmad No. 17371, Syu’aib al-Arnauth mengatakan bahwa hadis ini hasan lighairih)
Ma’asyiral muslimin yang
dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ketahuilah bahwa saking
begitu spesialnya masa muda, sampai-sampai masa muda itu akan ditanya secara
khusus pada hari kiamat kelak oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Nabi Muhammad Shollallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَزُولُ
قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ
خَمْسٍ، عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ،
وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا
عَلِمَ
“Tidak akan bergeser kaki Anak Adam pada hari
Kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal; tentang umurnya
untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan, tentang
hartanya dari mana dia peroleh dan ke mana dia infakkan, dan tentang apa yang
telah dia lakukan dengan ilmunya.” (HR. Tirmidzi No. 2416, dinyatakan hasan
oleh Syekh al-Albani)
Perhatikanlah sabda Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi
wa sallam ini. Setelah Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan
tentang umur secara umum, beliau mengkhususkan penyebutan masa muda. Kita tentu
tahu bahwa masa muda merupakan bagian daripada umur, akan tetapi karena masa
muda adalah masa yang spesial, masa yang akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa
ta’ala kelak, sehingga dia disebutkan secara khusus.
Mengapa masa muda adalah
masa yang spesial? Karena masa muda adalah masa di mana seseorang mencapai
kekuatan terbaiknya. Masa muda adalah masa di mana seseorang mencapai puncak
dari kekuatannya. Allah Subhanahu
wa ta’ala berfirman,
﴿اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ
ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ
ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ﴾
“Allah telah menciptakan kalian dari keadaan
lemah, kemudian Dia menjadikan kalian setelah keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan kalian setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang
Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS. Ar-Rum: 54)
Selain itu, masa muda
merupakan masa yang spesial karena masa muda merupakan masa yang paling panjang
di antara masa yang akan dilalui oleh setiap orang. Sebagian ulama mengatakan
bahwa masa muda seseorang itu sejak seorang balig hingga berumur 40 tahun. Jika
seseorang rata-rata balig di usia 15 tahun, maka masa muda seseorang bisa
mencapai kurang 25 tahun. Sebagian ulama juga mengatakan bahwa masa muda itu
adalah dari usia balig hingga umur 50 tahun, sehingga masa muda dalam pandangan
ini bisa mencapai 35 tahun.
Intinya, masa muda
merupakan masa yang spesial karena waktunya sangat panjang. Seseorang dalam
masa mudanya bisa melakukan apa saja yang ingin dia lakukan. Jika seseorang
menjadikan masa mudanya untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka
dia akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa di akhirat kelak.
Ma’asyiral muslimin,
sungguh menyedihkan tatkala kita melihat di zaman sekarang, di mana para anak
muda terombang-ambing dalam ketidakpastian tujuan hidup, terombang-ambing dalam
kemaksiatan, tenggelam dalam kegelapan, dan jauh dari nilai-nilai Islam.
Ketahuilah bahwa setan
menjadikan anak-anak muda sebagai target utama mereka dalam menjalankan misi
busuk mereka. Sebagaimana yang kita ketahui, seseorang akan berjalan di masa
tuanya sebagaimana dia berjalan di masa mudanya. Maka tatkala seseorang di masa
mudanya bimbang, terus-menerus terjatuh dalam kemaksiatan, maka dikhawatirkan
di masa tuanya dia tetap melanjutkan keburukan-keburukan yang dia lakukan di
masa mudanya. Sebagaimana perkataan seorang penyair,
يَنْشَأُ
نَاشِئُ الْفِتْيَانِ مِنَّا عَلَى مَا كَانَ عَوَّدَهُ أَبُوْهُ
“Sesungguhnya anak muda
berkembang sesuai dengan apa yang dibiasakan oleh ayahnya.”
Jika seseorang berkembang
di masa muda dalam suatu maksiat, maka dikhawatirkan di masa tuanya pun dia
akan terus melakukan demikian, karena terbiasa melakukannya ketika di masa
mudanya.
Ma’asyiral muslimin, oleh
karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an tentang
contoh-contoh anak muda yang luar biasa, di mana masa muda mereka dijadikan
sebagai sarana untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, dan tegar dalam
menghadapi segala macam ujian, rintangan, dan cobaan.
Di antara pemuda yang
sangat hebat itu adalah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Ketika itu, hanya dia
sendiri yang beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala di negerinya. Nabi
Ibrahim ‘Alaihissalam menyerukan tauhid, sementara seluruh penduduk selain
dirinya di negeri tersebut adalah kafir dan musyrik, bahkan ayahnya pun yang
sangat dia cintai adalah seorang musyrik. Keteguhan dan ketegaran Nabi Ibrahim
‘Alaihissalam tersebut menjadikan dia dicintai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
sampai-sampai Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan,
﴿إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا
لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴾
“Sungguh, Ibrahim adalah
umat (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia
bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah).” (QS. An-Nahl:
120)
Nabi Ibrahim
‘Alaihissalam disebut umat padahal dia sendirian. Hal tersebut tidak lain
karena dia memiliki sifat-sifat yang luar biasa, sifat-sifat yang hebat, yang
membuat dia tegar di atas tauhid meskipun sendirian. Dialah Nabi Ibrahim
‘Alaihissalam, yang dengan beraninya dia menghancurkan patung-patung dan
berhala-berhala yang disembah oleh penduduk negerinya.
Dikisahkan, ketika
penduduk negeri pergi melakukan perayaan di luar kota, maka Nabi Ibrahim
‘Alaihissalam tidak ikut, lalu dia menghancurkan patung-patung kaumnya
tersebut. Ketika kaumnya kembali, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang
perkataan mereka,
﴿قَالُوا مَن فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا
إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ﴾
“Mereka berkata,
‘Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya
dia termasuk orang-orang yang zalim’.” (QS.
Al-Anbiya’: 59)
﴿قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ
يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ﴾
“Mereka berkata, ‘Kami
dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim’.”
(QS. Al-Anbiya’: 60)
Kita tentu tidak tahu
berapa umur Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam ketika itu, namun kaumnya mengatakan
bahwa waktu itu Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam adalah seorang pemuda, sehingga bisa
jadi usia Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam tatkala itu belasan tahun, atau dua
puluhan tahun. Intinya, Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam di masa mudanya bertindak
karena Allah, berbicara karena Allah, sehingga Allah Subhanahu wa ta’ala
menjadikan dia sebagai contoh bagi kita seluruhnya tentang seorang pemuda yang
luar biasa, yang Allah Subhanahu wa ta’ala sampai memerintahkan kepada Nabi
Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim
‘Alaihissalam. Allah Subhanahu
wa ta’ala berfirman,
﴿ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ
مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴾
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad),
‘Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif (lurus), dan bukanlah dia termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan’.” (QS. An-Nahl: 123)
Di antara kisah pemuda lain yang Allah Subhanahu
wa ta’ala sebutkan adalah kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Allah Subhanahu wa ta’ala
mengabadikan di dalam Al-Qur’an kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam sebagai seorang
pemuda yang digoda dengan godaan yang luar biasa, yang mungkin tidak seorang
pun dari kita yang mampu untuk menghadapi godaan tersebut. Yaitu Nabi Yusuf
‘Alaihissalam digoda oleh wanita yang sangat cantik, yang kecantikannya menjadi
lambang kecantikan pada masa itu, dan wanita tersebut merias dirinya sehingga
kecantikannya berada di atas kecantikan itu sendiri, dan konon namanya adalah
Zulaikha. Dengan penampilan wanita tersebut, Nabi Yusuf ‘Alaihissalam digoda
dalam tempat yang tertutup, tidak ada seorang pun yang bisa melihat mereka, dan
pintu-pintu terkunci rapat. Ketika syahwat Nabi Yusuf ‘Alaihissalam sudah mulai
tergerak, namun karena ketakwaannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, Nabi
Yusuf ‘Alaihissalam mampu untuk lari dari godaan yang sangat berta tersebut,
dan dia pun meninggalkan Zulaikha.
Ketika Nabi Yusuf ‘Alaihissalam kabur dari
godaan Zulaikha, maka berita tersebut menjadi buah bibir di kalangan para
wanita di kota Mesir. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
﴿وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ
امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَن نَّفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا
لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ﴾
“Dan wanita-wanita di kota berkata, ‘Istri
al-‘Aziz telah merayu pemudanya untuk menundukkan dirinya (kepadanya),
sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya
kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata’.” (QS. Yusuf: 30)
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala
menyebut Nabi Yusuf ‘Alaihissalam dengan sebutan “pemuda”. Allah Subhanahu wa
ta’ala mencontohkan bagaimana seorang pemuda yang diberi ujian yang sangat
hebat, sampai Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan contoh bagi anak-anak muda
zaman sekarang, bahwasanya telah ada seorang pemuda yang diuji dengan ujian
yang sangat berat, dialah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam, yang diselamatkan oleh
Allah Subhanahu wa ta’ala karena ketakwaan dan keikhlasannya. Namun kita tahu
bahwa anak-anak muda di zaman sekarang ini diuji dengan ujian yang jauh lebih
ringan daripada ujian tersebut, namun banyak dari para pemuda yang tidak
berhasil menghadapi ujian tersebut.
Di antara pemuda spesial yang Allah Subhanahu
wa ta’ala juga sebutkan di dalam Al-Qur’an adalah para pemuda Ashabul Kahfi.
Mereka adalah tujuh pemuda yang beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, dan
hanya mereka yang beriman di negeri mereka, dan selain mereka seluruhnya
musyrik dan kafir kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Suatu ketika, mereka
ditangkap dan dihadapkan di depan raja. Maka dengan keberanian, mereka berbicara di hadapan sang
raja dengan berkata,
﴿رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
لَن نَّدْعُوَ مِن دُونِهِ إِلَهًا لَّقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا﴾
“Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan
bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau
demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS.
Al-Kahfi: 14)
Mendengar perkataan
Ashabul Kahfi tersebut, mereka pun mendapatkan ancaman, sehingga akhirnya
mereka pun kabur ke sebuah gua. Di gua tersebut mereka diberikan karamah oleh
Allah Subhanahu wa ta’ala, sehingga mereka pun tidur selama 309 tahun. Intinya, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman
tentang mereka,
﴿إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ
وَزِدْنَاهُمْ هُدًى﴾
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS.
Al-Kahfi: 13)
أَقٌولُ قَوْلِي
هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ
ذَنْبٍ وَخَطِيئَةٍ فَأَسْتَغْفِرُهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى
إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشْهَدُ أَن
لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ،
أَللَّهُمَّ صَلِى عَلَيهِ وعَلَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ
Ma’asyiral muslimin, masa muda adalah masa
emas, masa spesial, sehingga Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam
memberikan perhatian terhadap masa muda secara khusus. Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu
wa ta’ala menakdirkan orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad Shollallahu
‘alaihi wa sallam di awal dakwahnya kebanyakan adalah para pemuda. Kehadiran merekalah yang
membuat agama Islam ini tersebar ke seluruh penjuru di muka bumi ini. Merekalah
para pemuda yang beriman kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam di
kota Mekkah.
Oleh karenanya, ketika
Ibnu Katsir menafsirkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
﴿إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ
وَزِدْنَاهُمْ هُدًى﴾
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS.
Al-Kahfi: 13)
Ibnu Katsir menyebutkan bahwasanya demikian
pula orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa
sallam, rata-rata mereka adalah pemuda. Abu Bakar yang kala itu lebih muda
daripada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam, Utsman bin Affan yang
umurnya masih berkisar 30-an tahun, Ali bin Abi Thalib yang masih sepuluh atau
belasan tahun, dan masih banyak lagi para pemuda lainnya.
Kemudian, ketika Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi
wa sallam berhijrah ke kota Madinah, siapakah yang beriman kepada beliau?
Rata-rata anak muda pula. Sa’ad bin Mu’adz, pimpinan suku al-‘Auz, meninggal
dalam usia sekitar 36 atau 37 tahun. Usia yang masih muda, yang Nabi Muhammad Shollallahu
‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa kematiannya membuat arasy Allah Subhanahu
wa ta’ala bergetar. Demikian pula Sa’ad bin Ubadah, pimpinan suku Khazraj, dia
masuk Islam dalam usia yang masih muda.
Ma’asyiral muslim, oleh
karenanya, seharusnya ini menjadi perhatian kita semua para orang tua. Ingatlah
bahwasanya kita memiliki anak-anak, dan semuanya adalah tanggung jawab kita,
yang Allah Subhanahu wa ta’ala akan tanyakan pada hari kiamat kelak. Allah Subhanahu
wa ta’ala telah memerintahkan kepada kita untuk memperhatikan mereka, menyuruh
mereka kepada kebaikan, dan mencegah mereka dari segala bentuk maksiat dan
kemungkaran. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
﴿يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala
tidak hanya memerintah seseorang untuk menjaga dirinya sendiri dari api neraka,
akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan untuk seseorang kepala
keluarga untuk tidak bersikap egois dengan juga menjaga keluarga mereka dari
api neraka.
Allah Subhanahu wa ta’ala
juga telah berfirman,
﴿وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا﴾
“Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”
(QS. Thaha: 132)
Jadi, seseorang tidak
boleh membiarkan istri dan anak-anaknya begitu saja tanpa pengajaran untuk
bertakwa dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Jangan seseorang
membiarkan istri dan anak-anaknya mengikuti segala keinginan mereka dengan
menganggap bahwa mereka memiliki jati diri masing-masing.
Ketahuilah bahwa zaman
sekarang sudah sangat jauh berbeda dari zaman terdahulu. Zaman sekarang
kerusakan ada di mana-mana, bahkan kerusakan tersebut bisa masuk dengan
mudahnya ke dalam rumah-rumah kita. Maka dari itu, hendaknya kita sebagai orang
tua waspada, jangan sampai ada penyesalan di kemudian hari disebabkan masa muda
anak-anak kita yang diambil alih dan dihancurkan oleh setan dan iblis.
Kita tahu dan meyakini
bahwasanya hidayah tentunya hanya di tangan Allah Subhanahu wa ta’ala, namun hendaknya
kita terus berusaha semaksimal mungkin. Hendaknya kita senantiasa bertakwa
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, dan mengingat bahwasanya anak-anak yang Allah
Subhanahu wa ta’ala titipkan kepada kita akan dimintai pertanggungjawaban dari
diri kita semua.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ،
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ
حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا
تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا
وَمَوْلَاهَا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا
وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا
قَدَّمْنا وَمَا أَخَّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ
أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا، أنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأنْتَ الْمُؤَخِّرُ لا إله إلاَّ
أنْتَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Oleh: DR. Firanda
Andirja, Lc. MA.
Posting Komentar untuk "Bertakwa di Masa Muda - Khutbah Jum'at"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.