Muharram, Bulan Mulia yang di Nodai - Khutbah Jum'at
Khutbah Pertama:
الحمد لله القائل في
القرآن العظيم: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا
فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ
حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا
الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
أشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله القائل: السنة اثنا عشر شهرا
منها أربعة حرم ثلاث متواليات ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين
جمادى وشعبان
أما بعد: إن أصدق
الحديث كتاب الله وأحسن الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الامور محدثاتها
وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
Kaum muslimin rahimakumullah
Bulan Muharram -yang Alhamdulillah kita sudah
berada di dalamnya- adalah salah satu bulan haram yang dimaksudkan oleh firman
Allah ta’ala, surat at Taubah ayat 36, yang telah khotib bacakan dalam
muqaddimah. Allah berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ
الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
“Sesungguhnya bilangan
bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu
Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” (QS. at-Taubah:
36)
Ini sebagaimana
dijelaskan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau:
السنة اثنا عشر
شهرا منها أربعة حرم ثلاث متواليات ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين
جمادى وشعبان
“Di dalam satu tahun ada dua belas bulan dan
di antaranya terdapat empat bulan yang mulia, tiga di antaranya berturut-turut:
Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, dan Rajab yang berada di antara bulan
Jumada ats-Tsani dan Sya’ban.” (HR. al-Bukhari, no.4385)
Kaum muslimin, rahimakumullah
Dengan ini, tak diragukan
bahwa “Muharrom adalah termasuk bulan haram”.
Bulan Muharom adalah bulan yang mulia. Bahkan,
bulan yang paling mulia setelah bulan ramadhan. Rosulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah ditanya oleh Abu Dzar, “Bulan apakah yang paling mulia? maka
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Seutama-utama bulan adalah bulan
Allah yang kalian menyebutnya “Al-Muharram”.(Dirwayatkan oleh imam an Nasai di
dalam Sunannya).
Kaum muslimin, rahimakumullah
Banyak hal yang
menunjukkan kemuliaan atau keutamaan bulan ini. Di antaranya, yaitu:
1. Dilarangnya seseorang
melakukan kezhaliman pada bulan tersebut.
Hal ini seperti
ditunjukkan oleh zhahir ayat, Allah berfirman, فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ (maka janganlah kamu menganiaya diri kamu
dalam bulan tersebut). Namun, -kaum muslimin rahimakumullah– hal ini tidak
berarti bahwa kezhaliman boleh dilakukan pada bulan-bulan lainnya.
2. Pahala amal sholeh
lebih besar dibandingkan bulan-bulan lainnya. Dan demikian pula Dosa yang
dilakukan pada bulan tersebut.
Inilah penafsiran al
Hafizh Ibnu Katsir
Semoga Allah
merahmatinya- terhadap firman Allah ta’ala, Surat at taubah ayat 36 di atas.
Beliau rahimahullah mengatakan, “Di bulan-bulan yang Allah tetapkan di dalam
setahun kemudian Allah khususkan dari bulan-bulan tersebut empat bulan, yang
Allah menjadikan sebagai bulan-bulan yang mulia dan mengagungkan kemuliaannya,
dan menetapkan perbuatan dosa di dalamnya sangat besar, begitu pula dengan amal
shalih pahalanya begitu besar.
3. Puasa di bulan ini
merupakan puasa yang paling utama setelah puasa di Bulan Ramadhan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
أَفْضَلُ
الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ
بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama
setelah puasa Ramadhan adalah (puasa di) bulan Allah al-Muharram. Dan sholat
yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam.” (HR. Muslim).
4. Penyandaran bulan ini
kepada Allah, dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ (bulan Allah
Al-Muharram).
Ibnu Rojab al-Hambali
mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut Muharram dengan
“Syahrullah” (Bulan Allah). Penyandaran bulan ini kepada Allah menunjukkan
kemuliaan dan keutamaannya.
5. Terdapat hari khusus
(yaitu: hari ‘Asyura) yang bila mana seseorang berpuasa pada saat itu, maka
kesalahan setahun sebelumnya terhapuskan.
Abu Qatadah Al-Anshari
radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
ditanya mengenai puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab:
يُكَفِّرُ
السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Ia (yakni: Puasa
‘Asyura) akan menghapus dosa-dosa sepanjang tahun yang telah berlalu.” (HR.
Muslim no. 1162)
Adapun mengenai cara
berpuasa ‘Asyura ada 3 cara -sebagaimana dijelaskan oleh para ulama:
1. Hanya berpuasa tanggal
10
2. Berpuasa pada tanggal
9 dan 10
3. Berpuasa pada tanggal
9,10,11
Ketiga cara tersebut
boleh dilakukan.
6. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mencari keutamaannya dengan melakukan amal shaleh, di
antaranya dengan berpuasa.
Bahkan, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menjaga puasa pada hari ‘Asyura.
Ubaidillah bin Abu Yazid
meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas ditanya tentang puasa
‘Asyuro. Beliau mejawab:
مَا عَلِمْتُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَامَ يَوْمًا يَطْلُبُ فَضْلَهُ
عَلَى الأَيَّامِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ
“Tidaklah aku mengetahui bahwa Rasulullah
berpuasa pada suatu hari di mana beliau mencari keutamaannya atas hari-hari
yang lainnya kecuali hari ini.” (HR. Muslim, no.2718).
Ibnu Abbas juga berkata:
ما رأيت النبي
صلى الله عليه وسلم يتحرى صيام يوم فضَّله على غيره إلا هذا اليوم يوم عاشوراء
“Tidaklah aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam lebih menjaga puasa pada hari yang diutamakannya dari hari yang lain
kecuali hari ini, yaitu ‘Asyura.” (HR. al Bukhori dan Muslim).
7. Pada bulan ini,
terdapat suatu hari di mana terjadi peristiwa agung dan pertolongan yang nyata.
Allah menampakkan
kebenaran atas kebatilan, di mana Allah menyelamatkan Musa beserta kaumnya dan
Allah menenggelamkan Fir’aun berserta kaumnya.
Ibnu Abbas radhiallahu
anhuma menuturkan:
أنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ
الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ فَقَالُوا
هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ
فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى
بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
“Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-
mendatangi kota Madinah, lalu didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa di hari
‘Asyura. Maka beliau pun bertanya kepada mereka, “Hari apakah ini, hingga
kalian berpuasa?” mereka menjawab, “Hari ini adalah hari yang agung, hari
ketika Allah memenangkan Musa dan Kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun serta
kaumnya. Karena itu, Musa puasa setiap hari itu untuk menyatakan syukur, maka kami
pun melakukannya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kami
lebih berhak dan lebih pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian.” kemudian
beliau pun berpuasa dan memerintahkan (para sahabat) agar berpuasa di hari itu.
(HR. Al-Bukhari no. 3145, dan Muslim
no. 1130). Dalam riwayat imam Ahmad bersumber dari Abu Hurairah terdapat
tambahan, yaitu:
وهو اليوم الذي
استوت فيه السفينة على الجودي فصامه نوح شكرا ً.
“Ia adalah hari di mana kapal (yakni: kapal
Nabi Nuh) berlabuh di atas bukit Judi (yakni: suatu bukit yang terletak di
Armenia sebelah selatan, berbatasan dengan Mesopotamia-ed), maka nabi Nuh
berpuasa pada hari itu sebagai bentuk rasa syukur (kepada Allah).”
أقول قولي هذا وأستغفر
الله لي ولكم
Khutbah Kedua:
الحمد لله حمدا كثيرا
طيبا مباركا فيه كما يحب ربنا ويرضاه. والصلاة والسلام علي نبينا محمد وعلى آله
وصحبه. أما بعد: (يايها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم
مسلمون)
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. ali Imron:
102).
Kaum muslimin,
rahimakumullah
Sungguh sangat
menyedihkan tatkala kita menyaksikan beberapa fenomena di Negeri kita
Indonesia, bahkan di belahan bumi lainnya yang memperlihatkan kepada kita perilaku sebagian orang atau
kelompok orang yang menisbatkan dirinya kepada Islam justru menodai kemuliaan
bulan Muharram yang mulia ini. Banyak bentuknya, namun 2 hal saja yang ingin
saya sampaikan pada khutbah kedua ini:
1. Keyakinan sebagian
saudara kita kaum muslimin bhawa “Bulan Muharom adalah Bulan Kesialan
Keyakinan seperti ini
adalah keyakinan yang keliru yang akan menodai kemuliaan bulan yang mulia ini.
Sungguh sangat menyedihkan ternyata keyakinan ini banyak menjangkiti keyakinan
banyak masyarakat di negeri kita, Indonesia dan tidak mustahil menjangkiti
keyakinan sebagian orang yang ada di
penjuru dunia.
Mereka lebih mengenal
bulan ini dengan nama “bulan Syuro“. Oleh karena itu banyak sekali diadakan
acara-acara selamatan pada bulan ini dengan maksud menolak kesialan, dalam
anggapan mereka. Karena keyakinan ini, mereka takut untuk mengadakan pernikahan
padanya, atau kegiatan-kegiatan yang mereka anggap penting lainnya. Mereka
khawatir jika melakukan hal-hal tersebut akan ditimpa kesialan atau musibah dan
bencana.
Model keyakinan seperti
ini adalah model keyakinan orang-orang arab Jahiliyyah. Bedanya, kalau bulan
sial menurut orang Jahiliyyah adalah bulan Shsfar, adapun bulan sial menurut
sebagian masyarat Indonesia adalah bulan “Muharram atau Syuro”.
Semua ini sangat
bertentangan dengan ajaran islam, bahkan perbuatan dan keyakinan-keyakinan itu
bisa mengeluarkan seseorang dari keislaman jika terpenuhi syarat-syaratnya dan
terbebas dari penghalang-penghalang yang mencegahnya.
2. Ratapan dan Kesedihan
Ini adalah bentuk yang
lain dari hal yang akan menodai kemuliaan bulan yang mulia ini.
Pada hari kesepuluh dari
bulan ini, yang dikenal dengan Asyuro, al-Husain bin Ali bin Abu Thalib (semoga
Allah meridhoi keduanya) meninggal dunia, di tahun 61 H.
Kematian al-Husain ini
menyebabkan fitnah besar di tengah kaum muslimin.
Peristiwa itu mengakibatkan
terjadinya keburukan di tengah manusia. Sehingga muncullah kelompok yang jahil
lagi zalim, kelompok yang mulhid (kafir) lagi munafik atau dhoolah (sesat) lagi
khawiah (melampaui batas), menampakkan loyalitas semu kepada ahlulbait dan
menjadikan hari Asyuro sebagai hari berkabung, kesedihan dan ratapan. Pada hari
itu mereka menampakkan syi’ar jahiliah seperti menampar-nampar wajah,
mencabik-cabik pakaian dan berbelasungkawa dengan cara jahiliah.
Perbuatan mereka itu
menyelisihi syari’at Allah. Yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya ketika
tertimpa musibah yaitu bersabar, mengembalikannya kepada Allah dan mengharap
balasan pahala, sebagaimana yang Allah ta’ala firmankan:
وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ
رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157
“Dan kabarkanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” . Mereka
Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah: 155-157). Di dalam hadits
shahih Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا
مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
“Bukanlan dari (ajaran)
kami siapa yang menampar-nampar wajah, mencabik-cabik pakaian dan berdoa dengan
doa jahiliah (ketika ditimpa musibah).” (HR. al-Bukhari).
Kaum muslimin,
rahimakumullah
Apa yang mereka lakukan
tersebut di atas, mereka mengangpapnya bahkan menyakininya sebagai salah satu
cara pendekatan diri kepada Allah ta’ala dan dapat menghapus seluruh dosa
mereka yang terjadi pada tahun sebelumnya. Mereka tidak sadar kalau apa yang
mereka lakukan jusru mengharuskan penolakan dan menjauhkan mereka dari rahmat
Allah ta’ala. Sangat benar yang Allah ta’ala
firmankan dalam kitab-Nya:
أَفَمَنْ
زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآَهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ
يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan)
menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik,
(sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka Sesungguhnya Allah
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya;
Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. Faathir: 8).
قُلْ هَلْ
نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا 103 الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا 104
“Katakanlah: “Apakah akan
Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. al-Kahfi:
103,104).
Akhirnya, semoga Allah
ta’ala memberikan hidayah kepada mereka sehingga kembali kepada jalan Allah
yang lurus yang telah disampaikan oleh RasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan, semoga pula Allah ta’ala melindungi kita dan saudara-saudara kita -kaum muslimin-
di seluruh penjuru dunia dari terjerumus ke dalam hal-hal yang akan menodai
kemuliaan Bulan Muharram yang mulia.
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى
آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ،
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،, والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ،
اللهم إِنَّا
نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
رَبَّنَا لاَ
تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ
تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا لاَ
تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلى
الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَآخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Oleh: AMAR ABDULLAH BIN SYAKIR
Posting Komentar untuk "Muharram, Bulan Mulia yang di Nodai - Khutbah Jum'at"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.