Krisis Manhaj VS Krisis BBM
Krisis BBM,
krisis keamanan, krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan paling permanen konon
krisis manhaj.
Menimba ilmu,
bersahabat, bermajlis, ngakak ngakak bersama orang orang sekuler, yahudi,
nasrani penyembah berhala, bahkan ateis itu bisa saja menjadi bukti kekokohan
manhaj.
Namun belajar
jurus kepada selain master pujaan hatinya, pasti merusak manhaj, walaupun sang
pendekar tersebut beragama islam, minimal sikapnya itu merusak kemapanan.
Apakah seperti
ini yang disebut manhaj kokoh?
Penasran dengan apa itu manhaj? Simak baik baik gambaran berikut:
Manhaj secara
bahasa artinya adalah jalan alias metodologi.
Jadi manhaj
salaf artinya halan atau metodologi kaum salam.
Dalam urusan
apa? Ya dalam beragama secara kafah/menyeluruh; Memahami dalil dalil agama,
mengamalkannya, mendakwahkannya, menyikapi kawan dan juga lawan.
Dan tentu unsur
manhaj terbesar ialah yang berkaitan dengan metode beriman kepada Allah, rasul
dan rukun iman lainnya, alias aqidah.
Demikian secara
global, dan bila dirinci maka dalam setiap urusan ada jalan/manhaj yangbteah
diajarkan dan dicontohkan kaum salaf.
Diantaranya
dengan menerapkan konsep keadilan, alias memposisikan segalanurusan secara
proporsional.
Karenanya dalam
segala bab ilmu, ulama’ sedari dahulu memilah menjadi rukun, wajib, sunnah,
syarat, pembatal dan lainnya.
Satu kesesatan
nyata bila rukun shalat disikapi sama dengan sunnah sunnah shalat, akubatnya
orang yang sengaja meninggalkan sunnah dianggap batal shalatnya atau sebaiknya
meninggalkan rukun shalat dengan sengaja dianggap bagaikan meninggalkan sunnah
shalat.
Dengan demikian,
bisa jadi anda salah dalam satu permasalahan, bisa salah memahami, dalah
mengamalkan, mengajarkan, salah menyikapi kawan atau lawan, termasuk salah
dalam memprioritaskan sebagian hal, baik pada level pemahaman, praktek, dakwah,
atau sikap.
Karenanya, bila
ada yang mengatakan manhajnya benar atau salah, perlu ditanya lebih lanjut?
Manhaj dalam urusan apa?
Khowarij
misalnya sesat manhajnya karena salah metode dalam memahami dan mengaplikasikan
dalil dalil yang bersifat ancaman (wa’iid), sedangkan murjiah sesat manhajnya
dalam memahami dalil dalil yang membawa kabar gembira (wa’du).
Sekte Qadariyah
dan Jabriyah sesat dalam memahami dan mengaplikasikan tentang qadha’ dan qadar
Allah Azza wa Jalla.
Sayang saat ini,
kata manhaj sering diucapkan secara global alias “hantam kromo”, akibatnya
terjadi kekacauan, bisa berupa penyempitan arti kata manhaj, atau pengaburan
artinya.
Saat ini kata
manhaj seakan hanya sebatas urusan menyikapi pihak yang berbeda atau
bersebrangan, atau dalam urusan akidah saja, adapun urusan beramal/muamalah,
ibadah persona, akhlaq kepada sesama, tazkiyatunnufus, dan lainnya terkesan
jauh dari tema manhaj.
Salah satu
indikasinya, tema manhaj dianggap tabu atau “berbahaya” bila disampaikan kepada
publik secara terbuka.
Dan diantara
indikatornya, adanya pemisahan antara ilmu ushul fiqih, mushthalah hadits,
fiqih, akidah dan lainnya dari pembahasan manhaj, seakan ilmu ilmu tersebut
betul betul terpisah dari manhaj, padahal manhaj adalah metode alias ilmu alat
atau kendaraan, sedangkan ilmu ilmu tersebut merupakan ilmu tujuan (inti) atau
muatan.
Dengan demikian
manhaj yang dipisahkan dari ilmu ilmu tersebut bagaikan kendaraan tanpa muatan.
Padahal prinsip
utama kaum salaf ialah beragama berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah sesuai
dengan manhaj salafusshaleh.
Sebagaimana Al
Qur’an dan As Sunnah diajarkan secara terbuka, maka sepatutnya tema manhaj juga
diajarkan secara luas agar masyarakat dapat beragama dengan benar dan mampu
meneladani kaum salaf dengan benar.
Betul, ada tema
tema dalam Al Qur’an, As Sunnah dan juga manhaj yang tidak layak disampaikan
kepada semua orang, karena faktor waktu, tempat atau oknum yang menyampaikan
atau yang menyimaknya, namun itu bukan alasan untuk menutup rapat pembahasan
tentang manhaj.
Posting Komentar untuk "Krisis Manhaj VS Krisis BBM"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.