Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Air Musta'mal

Air Musta'mal adalah air yang berjumlah sedikit (kurang dari dua kullah) bekas/sisa untuk mengangkat hadats (seperti air bekas wudlu, bekas mandi, dan yang lainnya). Sebagian ulama menganggap air musta’mal ini adalah suci tapi tidak mensucikan. Jika ada orang yang berwudlu atau mandi dengan air musta’mal, maka wudlu atau mandinya tersebut tidak sah. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa air jenis ini adalah suci mutlak, sehingga bisa digunakan untuk bersuci.

Sepengetahuan kami, tidak ada dalil shahih yang melandasi pendapat yang mengatakan bahwa air musta’mal itu suci akan tetapi tidak mensucikan. Bahkan ada beberapa riwayat shahih yang mendukung pendapat yang mengatakan bahwa air musta’mal itu suci secara mutlak.

ومسح رأسه بما بقي من وضوء في يديه

“Dan beliau mengusap kepalanya dengan air bekas tangannya” (HR. Ahmad no. 27061; dla’if)

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata:

أن النبي صلى الله عليه وسلم لقيه في بعض طرق المدينة وهو جنب، فانخنس منه فذهب فاغتسل ثم جاء فقال: ( أين كنت يا أبا هريرة ؟ ) فقال: كنت جنبا ، فكرهت أن أجالسك وأنا على غير طهارة، فقال: سبحان الله إن المؤمن لا ينجس

Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam berpapasan dengannya di salah satu jalan Madinah saat ia junub. Lalu ia menyelinap, kemudian pergi mandi. Lalu datang lagi, maka beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemana engkau tadi wahai Abu Hurairah?”. Ia menjawab: “Saya tadi dalam keadaan junub. Saya tidak senang mendampingi Anda dalam keadaan tidak suci”. Lalu beliau bersabda: “Maha Suci Allah. Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis” (HR. Jama’ah; shahih)

Segi pemahaman hadits di atas adalah bahwa karena orang mukmin itu tidak najis, maka tidak ada alasan air yang tersentuh olehnya menjadi hilang sifat kesuciannya. Bertemunya dua barang yang suci (air dan tubuh orang mukmin), tentu tidak menimbulkan pengaruh terhadap kesuciannya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma ia berkata:

اغتسل بعض أزواج النبي صلى الله عليه وسلم في جفنة فجاء النبي صلى الله عليه وسلم ليغتسل أو يتوضأ فقالت يا رسول الله إني كنت جنبا فقال الماء لا يجنب

“Salah seorang istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mandi dalam sebuah bejana. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam datang hendak mandi atau wudlu (dalam bejana yang sama). Maka ia (istri Nabi) berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tadi junub”. Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya air itu tidak bisa membuat junub” (HR. Ibnu Majah no. 370; shahih)

Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah disebutkan:

أن امرأة من أزواج النبي صلى الله عليه وسلم اغتسلت من الجنابة فتوضأ النبي صلى الله عليه وسلم أو اغتسل من فضلها. فقال الماء لا ينجسه شيء

“Bahwasannya seorang istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mandi junub. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam hendak berwudlu atau mandi dari sisa airnya”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya air itu tidak bisa dinajiskan oleh sesuatu” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 109)

Ibnul-Mundzir berkata:

روي عن علي وابن عمر وأبي أمامة وعطاء والحسن ومكحول والنخعي: أنهم قالوا فيمن نسي مسح رأسه فوجد بللا في لحيته: يكفيه مسحه بذلك، قال: وهذا يدل على أنهم يرون المستعمل مطهرا

“Diriwayatkan dari ‘Ali, Ibnu ‘Umar, Abu Umamah. ‘Atha’, Al-Hasan, Makhul, dan An-Nakha’i, bahwasannya mereka berkata: Barangsiapa lupa membasuh kepalanya lalu ia mendapati air yang membasahi jenggotnya, maka cukuplah ia membasuh kepalanya dengan air tersebut”. Ia (Ibnul-Mundzir) berkata lagi: “Hal ini menunjukkan bahwa mereka beranggapan air musta’mal itu mensucikan”.

Kesimpulannya: Air musta’mal itu suci lagi mensucikan. Wallaahu a’lam.

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Ryzen Store

Posting Komentar untuk "Hukum Air Musta'mal"