Kisah Menakjubkan - Pekerja Migran di Saudi Arabia dan Lelaki Tua dari Yaman yang Rindu Baitullah
Salah Seorang pekerja migran di
Saudi Arabia bercerita tentang pengalamannya sebagai berikut:
“Pada suatu hari di bulan
Ramadan, majikan mengutus saya untuk membagi-bagikan zakat ke kawasan dekat
pantai di mana terdapat banyak warga miskin tinggal.
Uang yang akan dibagikan
sudah dimasukkan ke dalam amplop. Setiap amplop terdiri dari 5000 Riyal Saudi
(kurang lebih setara dengan Rp. 19.784.138,81). Ketika kami meninggalkan salah satu desa
menuju jalur Jeddah – Jizan (kota pelabuhan dan ibu kota Provinsi Jazan, yang
terletak di barat daya Arab Saudi, dan berada di utara perbatasan Arab Saudi
dan Yaman), kami bertemu dengan seorang lelaki tua, tetapi sangat kuat dan
dalam kesehatan yang baik. Lelaki yang berusia sekitar 70 tahun itu berjalan di
jalan umum.
“Apa yang dilakukan orang
tua pada waktu seperti ini dan di tengah padang pasir seperti ini?, tanya
temanku.
“Saya yakin itu orang
Yaman, masuk wilayah Arab Saudi dengan cara diselundupkan,” kata pengemudi
kendaraan yang saya tumpangi.
Kami pun berhenti.
“Pak Tua dari mana?,”
tanya saya.
“Dari Yaman.”
“Lalu Bapak mau pergi ke
mana?”
“Sudah lama saya
merindukan Rumah Allah.”
“Bapak mau pergi ke
Mekkah?”
“Betul.”
Kami pun membukakan pintu
kendaraan dan mempersilahkan lelaki tua itu masuk. Dalam perjalanan kami
menanyakan banyak hal tentang lelaki tua ini.
“Apakah Bapak masuk
wilayah Arab Saudi ini secara resmi?”
“Tidaklah. Saya masuk
lewat jasa penyelundupan.”
“Mengapa tidak masuk
secara resmi?”
“Kalau saya masuk secara
resmi, saya harus membayar 2000 Riyal Saudi sebagai asuransi, sementara saya
hanya punya 200.
Saya bayar 100 riyal
untuk sampai ke perbatasan dan uang saya sekarang tinggal 100 riyal.”
“Oh. Begitu. Lalu dari
perbatasan sampai tempat ini sudah berapa lama Bapak berjalan kaki?”
“Enam hari.”
“Tentunya Bapak tidak
berpuasa kan selama ini karena sedang dalam perjalanan jauh.”
“Alhamdulillah saya
berpuasa.”
“Masya Allah. Luar biasa
Bapak ini. Oya, selama perjalanan Bapak kan melewati lima pos pemeriksaan.
Bagaimana Bapak bisa lolos?”
“Demi Allah Yang tiada
Tuhan selain-Nya. Saya berjalan melewati gerbang pos pemeriksaan, tidak seorang
pun yang menghentikan saya apa lagi memeriksa saya.”
“Apakah Bapak datang ke
Arab Saudi ini untuk bekerja?”
“Demi Allah, saya datang
semata-mata karena sudah lama merindukan Ka’bah. Saya ingin beribadah umrah, di
Mekkah.”
“Apakah selama berjalan
kaki di jalan ray aini, Bapak tidak pernah bertemu dengan mobil patrol?”
“Pernah.”
“Apakah mereka pernah
menangkap Bapak?”
“Setengah jam lalu,
sekitar 50 km dari sini, mobil patrol berhenti dan membawa saya ke kantor yang
berjarak satu kilometer dari sini. Para petugas bertanya, saya mau pergi ke
mana? Saya jawab, saya ingin pergi ke Mekkah untuk melihat Ka’bah. Mendengar
jawaban saya itu, mereka pun langsung melepaskan saya, bahkan mereka mengantar
saya sampai tempat ini.”
Kami yang mendengar
penuturan lelaki tua itu hanya dapat mengucapkan tasbih, “Subhanallah, Mahasuci
Allah, yang telah melunakkan hati para petugas keamanan hingga mereka mengantar
Bapak sampai di sini.”
Teman saya mengeluarkan
dua amplop dan memberikannya kepada lelaki tua itu.
“Pak, ini zakat harta
majikan saya. Mohon diterima.”
Lelaki tua itu menerima
amplop tanpa membukanya, hanya mengucapkan,
“Jazakumullah khairan.”
“Apakah Bapak tahu mata
uang Arab Saudi?”
“Ya, tentu.”
“Kalau begitu, silakan
buka kedua amplop itu. Ambil uangnya lalu letakkan dalam kantong sabuk besar
Bapak agar tidak hilang.”
Lelaki tua itu membuka
kedua amplop. Ketika ia mengetahui bahwa kedua amplop itu berisi 10.000 Riyal
Saudi, ia menatap kami seraya bertanya penuh keheranan,
“Apakah uang ini semuanya
untuk saya?”
“Betul. Itu semuanya
untuk Bapak.”
Lelaki tua itu langsung
tak sadarkan diri, pingsan. Kami menepikan kendaraan dan parkir di tempat
teduh. Setelah kami perciki mukanya dengan air segar, lelaki tua itu sadar dari
pingsannya lalu berteriak,
“Uang ini semuanya
untukku. Uang ini semuanya untukku.” Lalu ia duduk sambil menangis
tersedu-sedu.
Kami pun melanjutkan
perjalanan.
“Bapak, mengapa Bapak
menangis sampai tersedu-sedan seperti itu?”
“Di Yaman saya punya
rumah dan ada sebidang tanah di samping rumah yang sudah saya wakafkan untuk
Allah. Di atas tanah itu saya dan keluarga membangun masjid yang terbuat dari
batu dan tanah liat. Alhamdulilah pembangunan masjid sudah selesai tinggal
lantainya saja dan beberapa bagian kecilnya. Saya selalu merenung memikirkan
dana untuk memasang lantai masjid itu.”
Sejujurnya, kami semua
menangis ketika mendengar cerita yang disampaikan lelaki tua itu.
Saya jadi teringat sabda
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam:
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ
لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا
هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ
وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ
“Barangsiapa yang niatnya
adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam
hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan
dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai
dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai
beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah
ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih. Lihat penjelasan hadits ini di Tuhfatul Ahwadzi, 7/139)
Saya memberi isyarat
kepada kawanku agar ia memberi lelaki tua itu tambahan uang zakat. Ia pun memberinya
dua amplop uang zakat majikan sehingga jumlah yang diterima lelaki tua itu
menjadi 20.000 Riyal Saudi. Sebelum ia turun dari kendaraan kami, tanpa henti
ia berdoa dengan suara pelan dalam keadaan menangis.
Kami melepas kepergian
lelaki tua dari Yaman itu dengan penuh takjub.
Saya teringat hadis
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ
كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً
“Seandainya kalian
betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki
sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari
dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad (1/30), Tirmidzi no. 2344, Ibnu
Majah no. 4164, dan Ibnu Hibban no. 402. Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash
Shohihah no.310 mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Muqbil Al Wadi’i
dalam Shohih Al Musnad no. 994 mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Oleh: Saifullah Kamalie
Sumber: Fb Rahmawati
Syafri RM
Posting Komentar untuk "Kisah Menakjubkan - Pekerja Migran di Saudi Arabia dan Lelaki Tua dari Yaman yang Rindu Baitullah"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.