Sejarah Tokoh Pahlawan Asal Cantayan Sukabumi
Kiayi Haji Ahmad Sanusi seorang putera
Sukabumi yang pernah berkiprah di panggung nasional di era 1920-an sampai
dengan 1950-an. Ia adalah seorang Ulama Pemikir dan Pejuang yang telah
menorehkan tinta emas dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Sehingga tidak heran apabila Pemerintah Republik Indonesia mengangkatnya
menjadi salah seorang perintis Kemerdekaan Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia melalui Presiden
Soeharto menganugerahi penghargaan Bintang Maha Putera Utama pada tanggal 12
Agustus 1992 serta Presiden Susilo Bambang Yudoyono menganugerahi Bintang Maha
Putera Adipradana pada tanggal 10 November 2009. Sedangkan Pemerintah Kota
Sukabumi mengabadikan namanya menjadi salah satu nama jalan di Kota Sukabumi,
yang menghubungkan antara jalan Cigunung sampai dengan Degung. Adapun Gubernur
Jawa Barat H. Ahmad Heriawan mengabadikan Karya Ahmad Sanusi yang monumental
yakni TAFSIR RAUDHATUL IRFAN menjadi nama Masjid Raya RAUDHATUL IRFAN sebuah
Masjid yang dibangun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berada di Jalan
Lingkar Selatan Cibolang Sukabumi.
Ahmad Sanusi, dilahirkan pada malam Jum’at
tanggal 12 Muharram 1306 H bertepatan dengan tanggal 18 September 1888 M di
Kampung Cantayan Desa Cantayan Kecamatan Cantayan Kabupaten Sukabumi (Daerah
tersebut duhulunya bernama Kampung Cantayan Desa Cantayan Onderdistrik Cikembar, Distrik Cibadak, Afdeeling
Sukabumi) anak ketiga dari delapan bersaudara pasangan K.H. Abdurrohim (Ajengan
Cantayan, Pimpinan Pondok Pesantren Cantayan) dengan Ibu Empok.
Sejak kecil Ahmad Sanusi hidup dilingkungan
keluarga yang religius sampai usia remaja. Di lingkungan keluarga inilah Ahmad
Sanusi mendapat pendidikan Agama Islam yang begitu ketat sehingga Ahmad Sanusi
selain hafadz al-Qur’an diusia 12 tahun juga ia mengusasi berbagai disiplin
Ilmu Agama Islam, seperti Ilmu Nahu, Sharaf, Tauhid, Fiqh, Tafsir, Mantiq, dll.
Di usia 17 tahunan, Ahmad Sanusi mulai
melanglang buana untuk menambah pengetahuan dan tabarukkan kepada para Ulama ke
berbagai pesantren yang ada diwilayah Jawa Barat selama 4,5 tahun, pesantren
yang pernah ia kunjungi, diantaranya: 1) Pesatren Selajambe Cisaat Sukabumi,
Pimpinan Ajengan Soleh/Ajengan Anwar, 2) Pesantren Sukamantri Cisaat Sukabumi, Pimpinan Ajengan Muhammad
Siddiq, 3) Pesantren Sukaraja Sukabumi, Pimpinan Ajengan Sulaeman/Ajengan
Hafidz, 4) Pesantren Cilaku Cianjur untuk belajar ilmu Tasawwuf, 5) Pesantren
Ciajag Cianjur, 6) Pesantren Gentur Warung Kondang Cianjur, Pimpinan Ajengan Ahmad Satibi/Ajengan Qurtubi, 7)
Pesantren Buniasih Cianjur, 8) Pesantren Keresek Blubur Limbangan Garut, 9)
Pesantren Sumursari Garut, 10) Pesantren Gudang Tasikmalaya, Pimpinan Ajengan
R. Suja’i, 11) Pesantren Babakan Selaawi Baros Sukabumi Pimpinan Ajengan
Affandi. Dipesantren inilah Ahmad Sanusi mengakhiri masa lajangnya setelah
bertemu dengan seorang gadis yang bernama Siti Djuwariyah putri dari Ajengan
Affandi yang akhirnya ia menikahi.
Beberapa bulan kemudian setelah menikah,
sekitar tahun 1910 Ahmad Sanusi beserta istri berangkat ke Mekkah al-Mukarromah
untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Setelah selesai menunaikan ibadah
haji ia beserta istri tidak langsung pulang ke kampung halaman, namun mereka
bermukim di Makkah al-Mukarramah selama 5 tahunan untuk memperdalam dan
menambah wawasan keilmuan serta pengalaman dengan melakukan kontak baik kepada
para ulama tingkat internasional maupun para tokoh pergerakan nasional yang
sedang mukim di Makkah al-Mukarramah. Para ulama dan tokoh pergerakan yang ia
kunjungi sewaktu di Makkah al-Mukarramah baik untuk ditimba ilmunya maupun
untuk dijadikan teman diskusi. Dari Kalangan Ulama, diantaranya : 1) Syeikh
Saleh Bafadil, 2) Syeikh Maliki, 3) Syeikh Ali Thayyib, 4) Syeikh Said Jawani,
5) Haji Muhammad Junaedi, 6) Haji Abdullah Jawawi, 7) Haji Mukhtar, Syeikh
Ahmad Khatib al-Minangkabouwi, dll. Dari Kalangan Kaum Pergerakan, diantaranya
: 1) K.H Abdul Halim (Tokoh Pendiri PUI Majalengka), 2) Haji Abdul Muluk (Tokoh
SI), 3) K.H Abdul Wahab Hasbullah (Tokoh pendiri NU), 3) K.H Mas Mansyur (Tokoh
Muhammadiyyah), dll.
Sepulang dari Makkah al-Mukarramah pada bulan
Juli 1915, Ahmad Sanusi mengabdikan ilmunya di Pesantren Cantayan sekitar 4
tahunan, selanjutnya ia mendirikan pesantren Genteng yang dipimpin dan dikelola
langsung oleh ia sendiri sampai dengan tahun 1927 selama 8 tahunan, lalu ia
tinggalkan pesantren tersebut karena ditahan selama 15 bulan di penjara Cianjur
dan Sukabumi serta di internir (dibuang) ke Batavia sentrum selama 6 tahunan,
maka Ahmad Sanusi menjadi Ajengan tanpa pesantren di Batavia Centrum, namun
kegiatan dakwahnya tak terhenti, sehingga ia terkenal dengan julukan Ajengan
Batawi. Lalu ia dipindahkan ke kota Sukabumi dengan status tahanan kota pada
tahun 1934. Pada tahun inilah Ahmad Sanusi mendirikan Pesantren Syamsul’Ulum
Gunungpuyuh Sukabumi dan ia pimpin langsung selama 16 tahunan, dengan perincian
: 5 tahunan ia masih dalam status tahanan kota dan 11 tahunan ia sudah dalam
status orang bebas.
Di bulan Agustus 1927 dekat Pesantren Genteng
terjadi insiden perusakan dua jaringan kawat telepon yang menghubungkan
Sukabumi, Bandung dan Bogor. Peristiwa ini dijadikan sebagai bukti Pemerintah
Hindia Belanda untuk menangkap dan menahannya. Dengan alasan itulah ia mendekam
di Penjara Cianjur selama 9 bulan sampai bulan Mei 1928, terus dipindahkan ke
Penjara Nyomplong Kota Sukabumi selama 6 bulan sampai bulan November 1928.
Selanjutnya sejak bulan November 1928 Ahmad Sanusi diasingkan atau dibuang ke
Tanah Tinggi Senen Batavia Centrum selama 6 tahunan sampai tahun 1934. Pada
bulan Agustus 1934 Ahmad Sanusi dipindahkan ke Kota Sukabumi, dengan status
tahanan kota selama 5 tahunan dari bulan Agustus 1934 sampai dengan turunnya
Keputusan Gubernur Jenderal Nomor 3 tanggal 20 Februari 1939 yang ditanda
tangani oleh A.W.L. Tjarda isinya menyatakan mengakhiri masa tahanan kota Ahmad
Sanusi. Maka semenjak turunnya Keputusan Gubernur Jenderal tersebut Ahmad
Sanusi menjadi orang bebas.
Hikmahnya 15 bulan di penjara dan 11 tahunan
di internir (dibuang) dengan status tahanan kota, maka Ahmad Sanusi menjadi
seorang penulis yang produktif. Tidak kurang dari 126 judul kitab yang ia tulis
dari berbagai disiplin keilmuan, diantaranya Tafsir al-Qur’an, Ilmu Tauhid,
Ilmu Fiqih, Ma’ani, Bayan, dll.
Sebagai guru dan orangtua yang baik ia
mendidik dengan baik anak-anaknya maupun santri-santrinya menjadi ulama-ulama
besar dan berpengaruh tidak hanya di Jawa Barat, akan tetapi berpengaruh pula
di tingkat nasional. Ketika mengajar di Pesantren Cantayan, melahirkan santri
angkatan pertama menjadi ulama-ulama besar, diantaranya: Ajengan Nakhrowi
(Pendiri Ponpes YASMIDA Cibatu Cisaat Sukabumi), Ajengan Abas (Guru di
Pesantren Gunungpuyuh), Ajengan Masturo (Pendiri Pondok Pesantren
al-Masthuriyyah Cisaat Sukabumi), Ajengan Uci Sanusi (Pendiri Pondok Pesantren
Sunanul Huda Cikaroya Cisaat Sukabumi), Ajengan Afandi (Pimp. Ponpes Tarbiyatul
Falah Sadamukti, Cicurug, Sukabumi), Ajengan M. Fudholi (pendiri Ponpes
al-Falah dan Madrasah Jannatul Amal Cikarang, Bekasi), dll. Ketika mengajar di
Pesantren Genteng Babakan-sirna, melahirkan santri angkatan kedua menjadi
ulama-ulama besar, diantaranya: Ajengan Dadun Abdul Qohhar (Pendiri Pesantren
ad-Dakwah Cibadak Sukabumi), Ajengan Abdullah bin Nuh (Pimp. Pondok
Pesantren al-Ghozali Bogor), Ajengan
Damiri (Yusuf Taujiri Pendiri Pondok Pesantren Cipari Wanaraja Garut), Ajengan
Khoer Apandi (Pendiri Pondok pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya),
Ajengan Badruddin (Pendiri Pondok Pesantren Kadudampit), Ajengan Soleh Iskandar
(Tokoh militer), dll. Ketika mengajar di Pesantren Gunung puyuh melahirkan
santri angkatan ketiga menjadi ulama-ulama besar, diantaranya : DR.K.H. E.Z.
Muttaqin (pendiri UNISBA Bandung), Ajengan Maksum (Pendiri Pondok Pesantren
Bondongan Bogor), Prof. K.H. Ibrahim Husein (Pendiri dan Rektor pertama IIQ
serta pernah menjadi Ketua Majelis Fatwa MUI Pusat), Ajengan Rukhyat (Pendiri
Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya), Ajengan Ishak Farid (Pimpinan Pondok
Pesantren Cintawana Singaparna Tasikmalaya), Ajengan Irfan Hilmi (Pimpinan
Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Ciamis), Drs.K.H. Syamsuddin (Mantan
Kanwil Depag Provinsi Jawa Barat), dll.
Ahmad Sanusi dalam memperjuangkan pemikiran
dan gagasannya untuk kepentingan Agama, Bangsa dan Negara ia aktif dalam
berbagai lembaga dan kegiatan baik sebagai pendiri dan pelaku maupun sebagai
pelaksana, diantaranya : menjadi anggota BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai),
Pengurus Jawa Hokokai (Kebangkitan Jawa), Pengurus Masyumi (Majelis Syuro’
Muslimin Indonesia), anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), anggota
Dewan Penasehat Daerah Bogor (Giin Bogor Shu Sangi Kai), Wakil Residen Bogor
(Fuku Syucokan), bahkan di wilayah Keresidenan Bogor (Bogor Syu), Ahmad Sanusi
membidani lahirnya : Tentara PETA (Pembela Tanah Air), BKR (Badan Keamanan
Rakyat), KNID (Komite Nasional Indonesia Daerah), juga ia menjadi Ketua Umum
Pengurus Besar AII (POII atau PUII), Instruktur pada Pelatihan Ulama yang
diselenggarakan oleh pemerintah militer Jepang serta menjadi Pendiri Pondok
Pesantren Genteng, Pondok Pesantren Gunungpuyuh, Organisasi anderbouw AII,
seperti BII, Zaenabiyyah, IMI, pendiri GUPPI (Gabungan Usaha-usaha Perbaikan
Pendidikan Islam), dll.
Pada hari Ahad malam senin tanggal 15 Syawal
1369 H bertepatan dengan tanggal 31 Juli 1950 M sekitar pukul 21.00 WIB, Ahmad
Sanusi dalam usia 63 tahun berdasarkan hitungan kalender Hijriyyah atau 61
tahun, 10 bulan dan 22 hari menurut hitungan kalender Masehi, dipanggil dengan
tenang oleh sang pecipta untuk kembali keharibaannya di Pesantren Gunungpuyuh
dan dikebumikan di kompleks pemakaman keluarga di sebelah utara dari pesantren
Gunungpuyuh Sukabumi.
Maka untuk mengenang jasa-jasanya baik untuk
kepentingan Bangsa dan Negara maupun untuk kepentingan Ummat Islam, Persatuan
Ummat Islam (PUI) Kota Sukabumi merencanakan akan membangun Museum Sejarah
Islam K.H. Ahmad Sanusi yang akan dibiayai oleh Gerakan Wakaf Uang (GAWANG)
Pimpinan almukarrom Dr.K.H. Muhammad Fajar Laksana, CQM, MM (Pimpinan Pondok
Pesantren Dzikir al-Fath Sukabumi).
Di museum ini akan dikumpulkan berbagai macam
bukti-bukti sejarah darencana gedung musiumn benda
cagar budaya tidak hanya yang berhubungan dengan
K.H. Ahmad sanusi (Karyanya, benda-benda yang
pernah dipergunakan oleh Ahmad Sanusi,
dll.), juga bukti-bukti sejarah dan
benda-benda cagar budaya yang berhubungan dengan para Ulama Jawa Barat dan
Nasional serta bukti-bukti sejarah masuknya Islam baik ke Sukabumi dan Jawa
Barat maupun ke Indonesia. Wallaaahu a’lam.
Posting Komentar untuk "Sejarah Tokoh Pahlawan Asal Cantayan Sukabumi"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.