Hadits "Tidak Pernah Beramal sedikitpun" dalam Sudut Pandang Ahlussunnah wal Jama'ah
Hadits yang dimaksud adalah:
حَدَّثَنِي
سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنِي حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ
أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ مرفوعا:
.........حَتَّى إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ فَوَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً لِلَّهِ فِي
اسْتِقْصَاءِ الْحَقِّ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ لِلَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
لِإِخْوَانِهِمْ الَّذِينَ فِي النَّارِ يَقُولُونَ رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ
مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ فَيُقَالُ لَهُمْ أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ
فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمْ عَلَى النَّارِ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا قَدْ
أَخَذَتْ النَّارُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ يَقُولُونَ
رَبَّنَا مَا بَقِيَ فِيهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ فَيَقُولُ ارْجِعُوا
فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ
فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا
أَحَدًا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا ثُمَّ يَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي
قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ
خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا مِمَّنْ
أَمَرْتَنَا أَحَدًا ثُمَّ يَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا
ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا خَيْرًا وَكَانَ أَبُو سَعِيدٍ
الْخُدْرِيُّ يَقُولُ إِنْ لَمْ تُصَدِّقُونِي بِهَذَا الْحَدِيثِ فَاقْرَءُوا
إِنْ شِئْتُمْ { إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ
حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا } فَيَقُولُ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَفَعَتْ الْمَلَائِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ
الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلَّا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَيَقْبِضُ قَبْضَةً
مِنْ النَّارِ فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطُّ قَدْ
عَادُوا حُمَمًا فَيُلْقِيهِمْ فِي نَهَرٍ فِي أَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ
نَهَرُ الْحَيَاةِ فَيَخْرُجُونَ كَمَا تَخْرُجُ الْحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ
أَلَا تَرَوْنَهَا تَكُونُ إِلَى الْحَجَرِ أَوْ إِلَى الشَّجَرِ مَا يَكُونُ
إِلَى الشَّمْسِ أُصَيْفِرُ وَأُخَيْضِرُ وَمَا يَكُونُ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ
يَكُونُ أَبْيَضَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّكَ كُنْتَ تَرْعَى
بِالْبَادِيَةِ قَالَ فَيَخْرُجُونَ كَاللُّؤْلُؤِ فِي رِقَابِهِمْ الْخَوَاتِمُ
يَعْرِفُهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ هَؤُلَاءِ عُتَقَاءُ اللَّهِ الَّذِينَ
أَدْخَلَهُمْ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ وَلَا خَيْرٍ
قَدَّمُوهُ ثُمَّ يَقُولُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ فَمَا رَأَيْتُمُوهُ فَهُوَ لَكُمْ
فَيَقُولُونَ رَبَّنَا أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ الْعَالَمِينَ
فَيَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي أَفْضَلُ مِنْ هَذَا فَيَقُولُونَ يَا رَبَّنَا أَيُّ
شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ هَذَا فَيَقُولُ رِضَايَ فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ
أَبَدًا
Telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'iid,
ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Hafsh bin Maisarah, dari Zaid bin
Aslam, dari 'Athaa' bin Yasaar, dari Abu Sa'iid Al-Khudriy secara marfu’: “……
Sehingga ketika orang-orang mukmin terbebas dari neraka, maka demi Dzat yang
jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah salah seorang dari kalian yang begitu
gigih memohon kepada Allah di dalam menuntut al-haq pada hari kiamat untuk
saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka. Mereka berseru: ‘Wahai Rabb
kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, shalat bersama kami, dan berhaji
bersama kami.” Maka dikatakan kepada mereka: “Keluarkanlah orang-orang yang
kalian ketahui.” Maka bentuk-bentuk mereka hitam kelam karena terpanggang api
neraka, kemudian mereka mengeluarkan begitu banyak orang yang telah dimakan
neraka sampai pada pertengahan betisnya dan sampai kedua lututnya. Kemudian
mereka berkata: ‘Wahai Rabb kami, tidak tersisa lagi seseorang pun yang telah
engkau perintahkan kepada kami’. Kemudian Allah berfirman: ‘Kembalilah kalian,
maka barangsiapa yang kalian temukan di dalam hatinya kebaikan seberat dinar,
maka keluarkanlah dia’. Mereka pun mengeluarkan jumlah yang begitu banyak,
kemudian mereka berkata: ‘Wahai Rabb kami, kami tidak meninggalkan di dalamnya
seorangpun yang telah Engkau perintahkan kepada kami’. Kemudian Allah berfirman:
‘Kembalilah kalian, maka barangsiapa yang kalian temukan didalam hatinya
kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkanlah dia’. Maka mereka pun
mengeluarkan jumlah yang banyak. Kemudian mereka berkata lagi: ‘Wahai Rabb
kami, kami tidak menyisakan di dalamnya seorang pun yang telah Engkau
perintahkan kepada kami’. Kemudian Allah berfirman: ‘Kembalilah kalian, maka
siapa saja yang kalian temukan di dalam hatinya kebaikan seberat dzarrah, keluarkanlah’.
Maka merekapun kembali mengeluarkan jumlah yang begitu banyak. Kemudian mereka
berkata: ‘Wahai Rabb kami, kami tidak menyisakan di dalamnya kebaikan sama
sekali”. Abu Sa'iid Al-Khudriy berkata: "Jika kalian tidak mempercayai
hadits ini silahkan kalian baca ayat:‘Sesungguhnya Allah tidak menganiaya
seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah,
niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang
besar’ (QS. An-Nisaa’: 40) Allah lalu berfirman: ‘Para Malaikat, Nabi, dan
orang-orang yang beriman telah memberi syafa’at. Sekarang yang belum memberikan
syafa’at adalah Dzat Yang Maha Pengasih’. Kemudian Allah menggenggam satu
genggaman dari dalam neraka. Dari dalam tersebut Allah mengeluarkan suatu kaum
yang sama sekali tidak pernah melakukan kebaikan, dan mereka pun sudah
berbentuk seperti arang hitam. Allah kemudian melemparkan mereka ke dalam
sungai di depan surga yang disebut dengan sungai kehidupan. Mereka kemudian
keluar dari dalam sungai layaknya biji yang tumbuh di aliran sungai, tidakkah
kalian lihat ia tumbuh (merambat) di bebatuan atau pepohonan mengejar (sinar)
matahari. Kemudian mereka (yang tumbuh layaknya biji) ada yang berwarna
kekuningan dan kehijauan, sementara yang berada di bawah bayangan akan berwarna
putih". Para sahabat kemudian bertanya: "Seakan-akan engkau sedang
menggembala di daerah orang-orang badui?”. Beliau melanjutkan:"Mereka
kemudian keluar seperti mutiara, sementara di lutut-lutut mereka terdapat
cincin yang bisa diketahui oleh penduduk surga. Dan mereka adalah orang-orang
yang Allah merdekakan dan Allah masukkan ke dalam surga tanpa amalan yang
pernah mereka amalkan dan kebaikan yang mereka lakukan. Allah kemudian
berfirman: ‘Masuklah kalian ke dalam surga. Apa yang kalian lihat maka itu akan
kalian miliki’. Mereka pun menjawab: ‘Wahai Rabb kami, sungguh Engkau telah
memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang
pun dari penduduk bumi’. Allah kemudian berfirman: ‘(Bahkan) apa yang telah
Kami siapkan untuk kalian lebih baik dari ini semua’. Mereka kembali berkata:
‘Wahai Rabb, apa yang lebih baik dari ini semua!’. Allah menjawab:
"Ridla-Ku, selamanya Aku tidak akan pernah murka kepada kalian”. (Diriwayatkan
oleh Muslim no. 302)
Dalam hadits ini ada beberapa fiqh, di
antaranya sebagaimana yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah:
في هذا الحديث
فوائد جمة عظيمة ، منها: شفاعة المؤمنين الصالحين في إخوانهم المصلين الذين أدخلوا
النار بذنوبهم ، ثم بغيرهم ممن هو دونهم ، على اختلاف قوة إيمانهم.
ثم يتفضل الله
تبارك و تعالى على من بقي في النار من المؤمنين ، فيخرجهم من النار بغير عمل عملوه
، و لا خير قدموه.
و لقد توهم (
بعضهم ) أن المراد بالخير المنفي تجويز إخراج غير الموحدين من النار !
قال الحافظ في
(( الفتح )) ( 13 / 429 ): (( و رد ذلك بأن المراد بالخير المنفي ما زاد على أصل
الإقرار بالشهادتين ، كما تدل عليه بقية الأحاديث ))
.
Dalam hadits ini terdapat beberapa faedah yang
melimpah lagi agung. Di antaranya: syafa’at orang-orang beriman lagi shaalih
terhadap saudara-saudaranya yang melakukan shalat yang dimasukkan ke dalam
neraka dengan sebab dosa-dosa mereka, kemudian terhadap orang-orang selain
mereka yang kedudukannya lebih rendah berdasarkan perbedaan kekuatan keimanan
mereka.
Kemudian Allah tabaaraka wa ta’ala mempersilakan
orang-orang yang masih tersisa di neraka dari kalangan orang-orang beriman,
lalu mengeluarkan mereka dari neraka tanpa adanya amal yang pernah mereka
lakukan sebelumnya (di dunia) Sebagian orang telah keliru bahwasannya yang
dimaksudkan dengan kebaikan yang dinafikkan dari orang tersebut
mengkonsekuensikan keluarnya orang-orang yang tidak bertauhid dari nereka!!
Al-Haafidh dalam Al-Fath (13/429) berkata:
‘Dan pendapat itu ditolak karena kebaikan yang dinafikkan dalam hadits tersebut
adalah (kebaikan) tambahan setelah pokok persaksian syahadatain, sebagaimana
ditunjukkan oleh hadits-hadits yang lain”. (Hukmu Taarikish-Shalaah, hal. 32;
Daarul-Jalaalain, Cet. 1/1412 H)
Kemudian beliau melanjutkan:
قلت: منها قوله
صلى الله عليه و سلم في حديث أنس الطويل في الشفاعة أيضا:
فيقال: يا محمد
! ارفع رأسك ، و قل تسمع ، و سل تعطه ، و اشفع تشفع. فأقول: يا رب ائذن لي فيمن
قال: لا إله إلا الله . فيقول: و عزتي و جلالي و كبريائي و عظمتي لأخرجن منها من
قال: لا إله إلا الله.
متفق عليه ، و
هو مخرج في (( ظلال الجنة )) ( 2 / 296 ) .
و في طريق أخرى
عن أنس:
(( ... و فرغ الله من حساب الناس ، و أدخل من
بقي من أمتي النار ، فيقول أهل النار: ما أغنى عنكم أنكم كنتم تعبدون الله عز و جل
لا تشركون به شيئا ؟ فيقول الجبار عز و جل: فبعزتي لأعتقنهم من النار . فيرسل
إليهم ، فيخرجون و قد امتحشوا ، فيدخلون في نهر الحياة ، فينبتون ... )) الحديث .
أخرجه أحمد و
غيره بسند صحيح ، و هو مخرج في (( الظلال )) تحت الحديث ( 844 ) ، و له فيه شواهد
( 843 – 843 ) ، و في (( الفتح )) ( 11 / 455 ) شواهد أخرى .
“Aku (Al-Albaaniy) berkata: Di antaranya
adalah sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Anas yang panjang
tentang syafa’at juga: ‘Dan dikatakan: Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu.
Berkatalah niscaya akan didengar, mintalah niscaya akan dipenuhi/dikabulkan,
dan berilah syafa’at niscaya akan diijinkan memberi syafa’at’. Lantas aku (Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam) berkata: ‘Wahai Rabb, ijinkanlah aku (untuk
mengeluarkan dari neraka) orang yang mengucapkan Laa ilaha illallaah’. Maka
Allah berfirman: ‘Demi kemuliaan-Ku, keagungan-Ku, kesombongan-Ku, dan
kebesaran-Ku; sungguh akan Aku keluarkan darinya (neraka) orang yang
mengucapkan Laa ilaha illallaah’. Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy dan Muslim,
serta terdapat dalam kitab Dhilaalul-Jannah 2/296.
Dan juga dalam jalan lain dari hadits Anas:
‘…. Dan Allah telah selesai dalam menghisab manusia. Dan Allah memasukkan orang
dari kalangan umatku yang masih tersisa ke dalam neraka. Penduduk nereka pun
berkata: ‘Apa gunanya kalian dulu menyembah Allah ‘azza wa jalla tanpa
menyekutukan-Nya sedikitpun?’. Maka Al-Jabbaar (Allah) ‘azza wa jallaa
berfirman: ‘Demi kemuliaan-Ku, sungguh akan Aku bebaskan mereka dari neraka.
Diutuslah malaikat kepada mereka, lalu mengeluarkan mereka (dari nereka) dalam
keadaan hangus terbakar. Mereka lantas dimasukkan ke sungai kehidupan, dan
kemudian tumbuh…..’ (Al-Hadiits)
Diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya
dengan sanad shahih. Hadits itu terdapat dalam Adh-Dhilaal di atas hadits no.
844, dan ia mempunyai syawaahid pada no. 843. Dan dalam Al-Fath (11/455)
terdapat syawaahid yang lain”.
و في الحديث رد
على استنباط ابن أبي جمرة من قوله صلى الله عليه و سلم فيه: (( لم تغش الوجه )) ،
و نحوه الحديث الآتي بعده: (( إلا دارات الوجوه )): (( أن من كل من مسلما و لكنه
كان لا يصلي لا يخرج ( من النار ) إذ لا علامة له ))
!
و لذلك تعقبه
الحافظ بقوله ( 11 / 457 ):
(( لكنه
يحمل على أنه يخرج في القبضة ، لعموم قوله: (( لم يعملوا خيرا قط )) ، و هو مذكور
في حديث أبي سعيد الآتي في ( التوحيد )
)) .
يعني هذا الحديث .
و قد فات الحافظ
– رحمه الله – أن في الحديث نفسه تعقبا على ابن أبي جمرة من وجه آخر ، و هو أن
المؤمنين لما شفعهم الله في إخوانهم المصلين و الصائمين و غيرهم في المرة الأولى ،
فأخرجوهم من النار بالعلامة ، فلما شفعوا في المرات الأخرى ، و أخرجوا بشرا كثيرا
، لم يكن فيهم مصلون بداهة ، و إنما فيهم من الخير كل حسب إيمانهم .
و هذا ظاهر جدا
لا يخفى على أحد إن شاء الله .
“Dan dalam hadits ini (yaitu hadits Abu Sa’iid
Al-Khudriy di awal artikel – Abul-Jauzaa’) terdapat bantahan terhadap
istinbaath Ibnu Abi Jamrah dari sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
‘tidak sampai menyentuh (membakar) wajah‘ dan hadits semisalnya setelahnya:
‘kecuali lingkaran yang ada di wajah’, dengan perkataannya: ‘Bahwasannya jika
orang itu muslim namun tidak mengerjakan shalat, maka tidak akan dikeluarkan
dari neraka karena tidak mempunyai tanda’.
Oleh karena itu, Ibnu Hajar mengkritiknya
dengan perkataannya (Al-Fath, 11/457): ‘Akan tetapi kemungkinan ia tetap keluar
(dari neraka) dalam satu genggaman (Allah) berdasarkan keumuman sabda beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam: mereka tidak pernah beramal kebaikan
sedikitpun. Dan hal itu disebutkan dalam hadits Abu Sa’iid yang ada dalam kitab
At-Tauhiid’. – yaitu hadits ini. (1)
Dan Al-Haafidh rahimahullah telah melewati
bahwasannya dalam hadits itu sendiri terdapat kritikan terhadap perkataan Ibnu
Abi Jamrah dari sisi yang lain. Yaitu, bahwasannya orang-orang mukmin ketika
Allah memberikan ijin kepada mereka untuk memberikan syafa’at kepada
saudara-saudara mereka yang mengerjakan shalat, puasa, dan yang lainnya dalam
kesempatan yang pertama, maka mereka mengeluarkan orang-orang tadi berdasarkan
keberadaan tanda (yang ada pada mereka) Lalu ketika memberikan syafa’at pada
kesempatan selanjutnya, maka mereka mengeluarkan sekelompok manusia dalam
jumlah yang sangat banyak yang sudah tidak ada lagi dari mereka (yang
dikeluarkan dari neraka) orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan orang-orang
yang dikeluarkan dari neraka tersebut hanyalah orang yang mempunyai kebaikan
sesuai dengan kadar iman mereka. Ini sangatlah jelas sehingga tidak tersembunyi
bagi siapapun, insya Allah”. (Hukmu Taarikish-Shalaah, hal. 32-34)
Penulis berkata: Semoga Allah ta’ala
memberikan rahmat kepada Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah. Apa yang beliau
katakan adalah benar. Dhahir hadits Abu Sa’iid radliyallaahu ‘anhu menunjukkan
beberapa tingkatan kaum muslimin yang dikeluarkan dari neraka, yaitu:
1. Orang-orang yang masih mengerjakan shalat,
puasa, dan haji. Mereka dikeluarkan dengan syafa’at orang-orang mukmin.
2. Orang-orang yang dalam hatinya masih ada
keimanan seberat dinar. Mereka dikeluarkan dengan syafa’at orang-orang mukmin.
3. Orang-orang yang dalam hatinya masih ada
keimanan seberat setengah dinar. Mereka dikeluarkan dengan syafa’at orang-orang
mukmin.
4. Orang-orang yang dalam hatinya masih ada
keimanan seberat dzarrah. Mereka dikeluarkan dengan syafa’at orang-orang
mukmin.
5. Orang-orang yang tidak pernah beramal
kebaikan sedikitpun, kecuali tauhid. Mereka dikeluarkan dengan rahmat Allah ta’ala.
Mereka adalah kaum yang sudah terbakar seluruh tubuhnya hingga menjadi arang.
Hadits Abu Sa’iid radliyallaahu ‘anhu dalam
riwayat Al-Bukhaariy no. 7440 disebutkan dengan lafadh:
.......فَيَشْفَعُ
النَّبِيُّونَ وَالْمَلَائِكَةُ وَالْمُؤْمِنُونَ، فَيَقُولُ الْجَبَّارُ:
بَقِيَتْ شَفَاعَتِي، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ، فَيُخْرِجُ أَقْوَامًا
قَدِ امْتُحِشُوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرٍ بِأَفْوَاهِ الْجَنَّةِ، يُقَالُ لَهُ:
مَاءُ الْحَيَاةِ، فَيَنْبُتُونَ فِي حَافَتَيْهِ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي حَمِيلِ
السَّيْلِ قَدْ رَأَيْتُمُوهَا إِلَى جَانِبِ الصَّخْرَةِ وَإِلَى جَانِبِ
الشَّجَرَةِ فَمَا كَانَ إِلَى الشَّمْسِ مِنْهَا كَانَ أَخْضَرَ وَمَا كَانَ
مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ كَانَ أَبْيَضَ، فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمُ اللُّؤْلُؤُ،
فَيُجْعَلُ فِي رِقَابِهِمُ الْخَوَاتِيمُ، فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: فَيَقُولُ
أَهْلُ الْجَنَّةِ: هَؤُلَاءِ عُتَقَاءُ الرَّحْمَنِ أَدْخَلَهُمُ الْجَنَّةَ
بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ وَلَا خَيْرٍ قَدَّمُوهُ، فَيُقَالُ لَهُمْ: لَكُمْ مَا
رَأَيْتُمْ وَمِثْلَهُ مَعَهُ "
“Maka para Nabi, malaikat, dan orang-orang
mukmin memberikan syafa’at. Setelah itu Al-Jabbaar (Allah) berfirman: “Sekarang
tinggal syafa’at-Ku”. Maka Allah menggenggam dengan satu genggaman dari neraka,
dan mengeluarkan satu kaum yang telah hangus menjadi arang. Kemudian mereka
dilemparkan di sebuah sungai yang ada di depan surga yang disebut air
kehidupan. Mereka pun tumbuh di tepi sungai sebagaimana tumbuhnya benih yang
terbawa aliran air; yang kadang kalian lihat (di dunia) ada dekat bebatuan di
samping pohon, dimana benih yang tumbuh di arah sinar matahari berwarna hijau,
dan yang ada di bawah naungan berwarna putih/pucat. Mereka keluar dari sungai
tersebut seperti mutiara, yang di leher mereka terdapat tanda/cap. Mereka pun
masuk ke dalam surga. Penduduk surga (yang melihat mereka) berkata: ‘Mereka itu
adalah orang-orang yang dibebaskan Ar-Rahmaan (Allah) dari neraka lalu
dimasukkan ke dalam surga tanpa amalan yang pernah mereka lakukan, dan tanpa
kebaikan yang mereka kerjakan’. Dan dikatakan kepada mereka: ‘Bagi kalian
apa-apa yang kalian lihat dan yang semisalnya”. (selesai)
Orang-orang yang dimasukkan ke dalam surga
tanpa amal kebaikan yang mereka lakukan sebelumnya kecuali ketauhidan disebut
Al-Jahannamiyyuun (eks penduduk Jahannam), sebagaimana riwayat:
حَدَّثَنَا
هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، عَنْ قَتَادَةَ، حَدَّثَنَا أَنَسُ
بْنُ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بَعْدَ مَا مَسَّهُمْ مِنْهَا سَفْعٌ،
فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيُسَمِّيهِمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ: الْجَهَنَّمِيِّينَ "
Telah menceritakan kepada kami Hudbah bin
Khaalid: Telah menceritakan kepada kami Hammaam, dari Qataadah: Telah
menceritakan kepada kami Anas bin Maalik, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda: “Akan keluar dari neraka satu kaum setelah hangus
terbakar api, lalu dimasukkan ke dalam surga. Mereka ini dinamakan oleh
penduduk surga: Al-Jahannamiyyiin (eks penduduk Jahannam)”. (Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 6559)
أَنْبَأَ
مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ أَبُو طَاهِرٍ، وَعَلِيٌّ، قَالا: ثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ
الْحَسَنِ بْنِ مَيْمُونٍ الْحَرْبِيُّ، ثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ
الْمَرْوَزِيُّ، ثَنَا شَيْبَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَذكر الْجَهَنَّمِيِّينَ، فَقَالَ: " إِذَا أَبْصَرَهُمْ أَهْلُ
الْجَنَّةِ، قَالُوا: هَؤُلاءِ الْجَهَنَّمِيُّونَ
"
Telah memberitakan Muhammad bin Al-Hasan Abu
Thaahir dan ‘Aliy, mereka berdua berkata: Telah menceritakan kepada kami Ishaaq
bin Al-Hasan bin Maimuun Al-Harbiy: Telah menceritakan kepada kami Al-Husain
bin Muhammad Al-Marwaziy: Telah menceritakan kepada kami Syaibaan bin
‘Abdirrahmaan, dari Qataadah, dari Anas bin Maalik, ia berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang
Al-Jahannamiyyiin. Beliau bersabda: “Apabila penduduk surga melihat mereka,
penduduk surga berkata: ‘Mereka adalah Al-Jahannamiyyuun (2)”. (Diriwayatkan
oleh Ibnu Mandah 2/868 no. 922; sanadnya shahih)
حَدَّثَنَا
أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ، عَنْ
جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "
.......فَيَقُولُ: اذْهَبُوا أَوْ انْطَلِقُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ
مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ، ثُمَّ يَقُولُ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا الْآنَ أُخْرِجُ بِعِلْمِي وَرَحْمَتِي، قَالَ:
فَيُخْرِجُ أَضْعَافَ مَا أَخْرَجُوا وَأَضْعَافَهُ، فَيُكْتَبُ فِي رِقَابِهِمْ
عُتَقَاءُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيُسَمَّوْنَ
فِيهَا الْجَهَنَّمِيِّينَ "
Telah menceritakan kepada kami Abun-Nadlr:
Telah menceritakan kepada kami Zuhair: Telah menceritakan kepada kami
Abuz-Zubair, dari Jaabir, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam: “……..Allah berfirman: ‘Pergilah (ke neraka) Barangsiapa yang
engkau dapati dalam hatinya iman seberat biji sawi, keluarkanlah’. Kemudian
Allah berfirman: ‘Dan Aku sekarang akan mengeluarkan (orang-orang beriman yang
masih ada di dalam neraka) dengan ilmu-Ku dan rahmat-Ku”. Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Lalu Allah mengeluarkan dalam jumlah berlipat dari
yang telah dikeluarkan, dan melipatkannya lagi jumlahnya. Lalu ditulis di leher
orang-orang tersebut: ‘orang-orang yang dibebaskan oleh Allah ‘azza wa jalla
(dari neraka)’. Kemudian mereka masuk ke dalam surga, yang mereka itu dinamai:
Al-Jahannamiyyiin”. (Diriwayatkan oleh Ahmad 3/325; sanadnya shahih)
حَدَّثَنَا
أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ الْحَافِظُ، وَأَبُو الْفَضْلِ
الْحَسَنُ بْنُ يَعْقُوبَ الْعَدْلُ قَالا: ثَنَا أَبُو أَحْمَدَ مُحَمَّدُ بْنُ
عَبْدِ الْوَهَّابِ الْعَبْدِيُّ، ثَنَا جَعْفَرُ بْنُ عَوْنٍ، أَنْبَأَ هِشَامُ
بْنُ سَعْدٍ، ثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: (عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:) ............ فَيَخْرُجُونَ أَمْثَالَ
اللُّؤْلُؤِ، يُجْعَلُ فِي رِقَابِهِمُ الْخَوَاتِيمُ، ثُمَّ يُرْسَلُونَ فِي
الْجَنَّةِ، فَيَقُولُ أَهْلُ الْجَنَّةِ: هَؤُلاءِ الْجَهَنَّمِيُّونَ، هَؤُلاءِ
الَّذِينَ أَخْرَجَهُمْ مِنَ النَّارِ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ، وَلا خَيْرٍ
قَدَّمُوهُ............
Telah menveritakan kepada kami Abu ‘Abdillah
Muhammad bin Ya’quub Al-Haafidh dan Abul-Fadhl Al-Hasan bin Ya’quub Al-‘Adl,
mereka berdua berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Muhammad bin
‘Abdil-Wahhaab Al-‘Abdiy: Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin ‘Aun: Telah
memberitakan Hisyaam bin Sa’d: Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam,
dari ‘Athaa’ bin Yasaar, dari Abu Sa’iid radliyallaahu ‘anhu, ia berkata:
(Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ): “…….. Lalu mereka
keluar dari sungai kehidupan laksana mutiara, dan di leher-leher mereka diberi
tanda/cap. Setelah itu mereka disuruh masuk ke dalam surga. Berkata penduduk
surga (ketika melihat mereka): ‘Mereka itu adalah Al-Jahannamiyyuun. Mereka itu
orang-orang dikeluarkan dari neraka tanpa amalan yang mereka perbuat dan
kebaikan yang mereka lakukan……” (Diriwayatkan oleh Al-Haakim, 4/557; shahih (3))
Dan inilah ejekan orang-orang kafir di neraka
kepada Al-Jahannamiyyuun tersebut (sebelum dikeluarkan dari neraka) dan
sekaligus penyesalan mereka:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ شُعَيْبٍ السِّمْسَارُ، قَالَ: نَا مُحَمَّدُ بْنُ
عَبَّادٍ الْمَكِّيُّ، قَالَ: نَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: نَا بَسَّامٌ
الصَّيْرَفِيُّ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ صُهَيْبٍ الْفَقِيرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ
نَاسًا مِنْ أُمَّتِي يُعَذَّبُونَ بِذُنُوبِهِمْ، فَيَكُونُوا فِي النَّارِ مَا
شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونُوا، ثُمَّ يُعَيِّرُهُمْ أَهْلُ الشِّرْكِ،
فَيَقُولُونَ: مَا نَرَى مَا كُنْتُمْ تُخَالِفُونَا فِيهِ مِنْ تَصْدِيقِكُمْ
وَإِيمَانِكُمْ نَفَعَكُمْ، فَلا يَبْقَى مُوَحِّدٌ إِلا أَخْرَجَهُ اللَّهُ
"، ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رُبَمَا
يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
"
Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin
‘Aliy bin Syu’aib As-Simsaar, ia berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami
Muhammad bin ‘Abbaad Al-Makkiy: Telah mengkhabarkan kepada kami Haatim bin
Ismaa’iil: Telah mengkhabarkan kepada kami Bassaam Ash-Shairafiy, dari Yaziid
bin Shuhaib Al-Faqiir, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya ada sekelompok manusia dari umatku diadzab
karena dosa-dosa mereka. Mereka berada di neraka sesuai dengan yang Allah
kehendaki. Lalu orang-orang musyrik (di neraka) mengejek mereka: ‘Kami tidak
melihat apa-apa yang kalian selisihi dari kami dari pembenaran (tashdiiq) dan
keimanan kalian itu bermanfaat bagi kalian’. (4) Maka tidaklah tersisa
orang-orang yang bertauhid, kecuali akan Allah keluarkan dari neraka”. Kemudian
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah ta’ala:
‘Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan,
kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim’ (QS. Al-Hijr: 2)” (Diriwayatkan
oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5146; sanadnya hasan)
Rangkaian hadits-hadits di atas menjelaskan
kepada kita secara jelas bahwa ada sekelompok orang dari umat beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang akan dikeluarkan paling akhir dari neraka
hanya dengan sebab ketauhidan dalam hati mereka, tanpa adanya amal kebaikan
selainnya yang memberikan manfaat kepada mereka di akhirat. (5) Mereka
adalah Al-Jahannaamiyyuun yang keluar dari neraka dalam keadaan hangus seperti
arang, karena rahmat Allah ta’ala.
Berikut akan dibawakan bagaimana keterangan
para ulama tentang hadits dan konklusi yang dituliskan di atas.
Ibnu Hazm rahimahullah:
وإنّما لم
يكفُرْ مَن تركَ العمَلَ، وكفر من ترك القول، لأن الرسول صلى الله عليه وسلم حكم
بالكفر على من أبى من القول، وإن كان عالما بصحة الإيمان بقلبه، وحكم بالخروج من
الناّر لمن علم بقلبه وقال بلسانه؛ وإِنْ لمَ يعملْ خيرا قط
“Tidaklah dikafirkan atas orang yang
meninggalkan amal. Kekufuran itu adalah orang yang meninggalkan perkataan
(syahadat), karena Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menghukumi
kekufuran atas orang yang enggan/menolak mengucapkan kalimat syahadat, meskipun
ia mengetahui kebenaran iman dalam hatinya. Dan beliau shallallaahu ‘alaihi wa
sallam menghukumi keluar dari nereka bagi orang yang mengetahui dalam hatinya
dan mengatakan dengan lisannya, meskipun tidak beramal kebaikan sedikitpun”. (Ad-Durrah,
hal. 337-338)
Al-Qurthubiy rahimahullah berkata:
قالَ: ثمّ هُوَ
سُبحانَه بعدَ ذلِكَ يقبِضُ قَبضةً فَيُخرِجُ قوماًلمَ يعمَلُوا خَيراً قَط ،
يُرِيدُ إلاّ التّوحيدَ المجرّدَ عَن الأعمَالِ
“Beliau shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‘Kemudian setelah itu Allah menggenggam satu genggaman, lalu Allah mengeluarkan
satu kaum yang belum pernah melakukan kebaikan sedikitpun’. Maksudnya: Kecuali
tauhid yang kosong dari amal”. (Fathul-Majiid, hal. 48)
Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata:
أنّ اللهَ
تعَالى يخرِجُ مِن النّارِ مَن لَم يعمَل خَيراً قَط ، بِمَحضِ رحمَتهِ ، وهذَا
انتِفَاعٌ بِغَيرِ عمَلِهِم
“Bahwasannya Allah ta’ala akan mengeluarkan
dari neraka orang yang tidak pernah beramal kebaikan sedikitpun, dengan
kemurnian rahmat-Nya. Dan ini bermanfaat tanpa adanya amal yang mereka lakukan”.
(Jaami’ur-Rasaail – Al-Majmuu’atul-Khaamishah - , hal. 203. Lihat pula yang
semisalnya dalam Majmuu’ Al-Fataawaa, 16/47)
Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata:
وأما قوله في
النار: {أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ} فقد قال في الجنة: {أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ}
ولا ينافى إعداد النار للكافرين أن يدخلها الفساق والظلمة ولا ينافى إعداد الجنة
للمتقين أن يدخلها من في قلبه أدنى مثقال ذرة من إيمان ولم يعمل خيرا قط.
“Adapun firman-Nya tentang neraka: ‘disediakan
untuk orang-orang kafir’ (QS. Aali ‘Imraan: 131), Dan Allah ta’ala pun
berfirman tentang surga: ‘disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa’ (QS. Aali
‘Imraan: 133) Hal itu tidaklah menafikkan neraka bagi orang-orang kafir, juga
disediakan untuk orang-orang fasik dan dhalim (dari kalangan kaum muslimin)
untuk memasukinya. Dan juga tidaklah menafikkan surga bagi orang-orang yang
bertaqwa, juga disediakan untuk orang yang di dalam hatinya terdapat keimanan
yang lebih ringan dari dzarrah dan tidak pernah melakukan kebaikan sedikitpun,
untuk memasukinya”. (Al-Jawaabul-Kaafiy, hal. 23)
Ibnu Katsiir rahimahullah berkata:
أن الاستثناء
عائد على العصاة من أهل التوحيد ممن يخرجهم الله من النار بشفاعة الشافعين من
الملائكة والنبيين والمؤمنين حتى يشفعون في أصحاب الكبائر ثم تأتي رحمة أرحم
الراحمين فتخرج من النار من لم يعمل خيرا قط وقال يوما من الدهر لا إله إلا الله
كما وردت بذلك الأخبار الصحيحة المستفيضة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم بمضمون
ذلك من حديث أنس وجابر وأبي سعيد وأبي هريرة وغيرهم من الصحابة ولا يبقى بعد ذلك
في النار إلا من وجب عليه الخلود فيها
“Bahwasannya pengecualian itu kembali pada
orang yang bermaksiat dari orang-orang yang mentauhidkan Allah, yaitu dari
kalangan orang-orang yang dikeluarkan Allah ta’ala dari neraka dengan syafa’at
orang-orang yang dapat memberikan syafa’at dari kalangan malaikat, nabi, dan
orang-orang mukmin, hingga mereka memberi syafa’at kepada para pelaku dosa
besar. Lalu datanglah rahmat dari Allah Yang Maha Penyayang, hingga
dikeluarkanlah dari neraka orang-orang yang tidak pernah beramal kebaikan
sedikit pun, dimana mereka pernah mengucapkan pada satu waktu (dalam
kehidupannya): Laa ilaha illallaah (Tidak ada tuhan yang berhak untuk diibadahi
kecuali Allah), sebagaimana hal tersebut terdapat dalam hadits-hadits shahih
yang berasal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dari hadits Anas,
Jaabir, Abu Sa’iid, Abu Hurairah, dan yang lainnya dari kalangan shahabat
radliyallaahu ‘anhum. Tidaklah tersisa setelah itu di neraka kecuali orang yang
telah ditetapkan bagi mereka untuk kekal di dalamnya…..”. (Tafsiir Ibni
Katsiir, 7/473)
Al-Haafidh Ibnu Rajab rahimahullah setelah
menjelaskan hadits Abu Sa’iid radliyallaahu ‘anhu di atas berkata:
والمرادُ بقولِه
«لُم يعملُوا خَيراً قَط» مِن أعمالِ الجَوارِح ، وإن كانَ أصلُ التَّوحِيد معَهُم
، ولِهذَا جاءَ في حديثِ الّذِي أمرَ أهلَه أن يحرِقوُه بعدَ موتِه بالنّارِ إنه
«لم يعَمَل خَيراً قَط غيرَ التَّوحِيد». خرجه الإمام أحمد من حديث أبي هريرة
مرفوعا ومن حديث ابن مسعود موقوفا
“Dan yang dimaksudkan dengan sabda beliau:
‘tidak beramal kebaikan sedikitpun’, yaitu dari amal-amal jawaarih (anggota
badan), apabila ashlut-tauhiid (pokok tauhid) ada pada mereka. Oleh karena itu,
pada hadits yang mengkisahkan seseorang yang memerintahkan keluarganya agar
membakarnya dengan api setelah kematiannya, bahwasannya ia tidak beramal
kebaikan sedikit pun selain tauhiid. Diriwayatkan oleh Al-Imaam Ahmad dari
hadits Abu Hurairah secara marfuu’, dan hadits Ibnu Mas’uud secara mauquuf”. (At-Takhwiif
minan-Naar, hal. 187 – Free Program from islamspirit)
Ibnul-Waziir Ash-Shan’aaniy rahimahullah:
وقد دل حديث
الشفاعة أن الخارجين من النار بالشفاعة ثلاث طوائف، وأن الله يخرج بعدهم من النار
برحمته لا بالشفاعة طائفة رابعة لم يعمل خيرا قط ولا في قلوبهم خير قط؛ ممن قال لا
إله إلا الله، يسميهم أهل الجنة: عتقاء الله من النار
“Dan hadits syafa’at menunjukkan bahwasannya
orang-orang yang keluar dari neraka dengan syafa’at itu ada tiga golongan. Lalu
Allah mengeluar dari neraka setelah mereka dengan rahmat-Nya, bukan dengan
syafa’at. (Mereka itu adalah) golongan keempat yang tidak pernah melakukan amal
kebaikan sedikitpun, dan tidak pula dalam hatinya kebaikan sedikitpun (selain
tauhid); dari kalangan orang-orang yang mengatakan Laa ilaha illallaah.
Penduduk surga menamai mereka dengan: orang yang dibebaskan Allah dari neraka”.
(Al-‘Awaashim wal-Qawaashim, hal. 102)
Terdapat hadits lain yang menjelaskan
selamatnya orang yang tidak mempunyai kebaikan sedikitpun kecuali keberadaan
ashlul-iman berupa ketauhidan dalam hatinya.
حَدَّثَنَا
أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرُ وَاحِدٍ
عَنِ الْحَسَنِ وَابْنِ سِيرِينَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا
قَطُّ إِلَّا التَّوْحِيدَ فَلَمَّا احْتُضِرَ قَالَ لِأَهْلِهِ انْظُرُوا إِذَا
أَنَا مِتُّ أَنْ يُحْرِقُوهُ حَتَّى يَدَعُوهُ حُمَمًا ثُمَّ اطْحَنُوهُ ثُمَّ
اذْرُوهُ فِي يَوْمِ رِيحٍ فَلَمَّا مَاتَ فَعَلُوا ذَلِكَ بِهِ فَإِذَا هُوَ فِي
قَبْضَةِ اللَّهِ فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ مَا حَمَلَكَ
عَلَى مَا فَعَلْتَ قَالَ أَيْ رَبِّ مِنْ مَخَافَتِكَ قَالَ فَغُفِرَ لَهُ بِهَا
وَلَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ إِلَّا التَّوْحِيدَ
Telah menceritakan kepada kami Abu Kaamil:
Telah menceritakan kepada kami Hammaad, dari Tsaabit, dari Abu Raafi’, dari Abu
Hurairah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan dari beberapa orang,
dari Al-Hasan dan Ibnu Siiriin, dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam,
beliau bersabda: "Ada seorang laki-laki pada masa sebelum kalian. Dia
tidak pernah beramal satu kebaikkan pun selain tauhid. Maka ketika ajal
menjemputnya, dia berkata kepada keluarganya: 'Perhatikanlah, jika aku mati,
hendaklah mereka membakarnya dan membiarkannya sehingga menjadi arang. Kemudian
hendaklah mereka menghancurkannya (menjadi abu hitam) dan membuangnya ke udara
terbuka (sehingga abu itu berterbangan karena tertiup angin)'. Maka ketika ajal
benar-benar telah menjemputnya, mereka melaksanakan wasiat tersebut. Ketika
Allah telah menggenggamnya, Allah ‘azza wa jalla berfirman: 'Wahai anak Adam
apa yang mendorongmu untuk berbuat begitu?’. Dia menjawab: 'Wahai Rabb, aku
melakukan begitu karena rasa takutku kepada-Mu'". Nabi bersabda:
"Lalu Allah mengampuninya karena rasa takut tersebut, padahal ia tidak
pernah melakukan perbuatan baik kecuali tauhid". (Musnad Ahmad, 2/304;
shahih)
Ibnu Baththaal rahimahullah berkata:
وأما حديث الذى
لم يعمل خيرًا قط، ففيه دليل على أن الإنسان لا يدخل الجنة بعمله ما لم يتغمده
الله برحمته كما قال - صلى الله عليه وسلم - . وفيه أن الإنسان يدخل الجنة بحسن
نيته فى وصيته لقوله: خشيتك يا رب
“Adapun hadits tentang orang yang tidak pernah
beramal kebaikan sedikitpun, maka padanya terdapat dalil bahwasannya seseorang
tidaklah masuk surga (semata-mata) dengan amalnya sepanjang Allah tidak
melipahkan rahmat-Nya kepadanya (6), sebagaimana disabdakan Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan padanya juga terdapat dalil bahwa seseorang
akan masuk surga dengan kebaikan niat dalam wasiatnya, dengan dasar perkataan
orang tersebut: ‘karena rasa takutku kepada-Mu wahai Rabb”. (Syarh Ibni
Baththaal, 20/173 – via Syaamilah)
Asy-Syaikh ‘Abdullah Al-Ghunaimaan
hafidhahullah berkata:
وقولُه: «لم
يعَمَل خَيراً قَط» ، الظّاهِرُ أنّ المقصُودَ عَمَلُ الجَوارِحِ وأنّ عندَه أصلُ
الإيمانِ في قَلبِه ، فهُو مؤمِنٌ باللهِ وبالجزاءِِ والحِسابِ ، وَهَذَا واضِحٌ
من قولِه: فعلتُ ذَلِكَ مِن خَشيتِك
“Dan sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa
sallam: ‘tidak pernah beramal kebaikan sedikitpun’; yang dhahir bahwa maksudnya
adalah ‘amal jawaarih (anggota badan), dimana pada orang tersebut terdapat
ashlul-iimaan (pokok iman) dalam hatinya. Ia beriman kepada Allah dengan
balasan dan hisab (di akhirat) Dan ini jelas dari perkataannya: ‘aku melakukan
hal itu karena rasa takutku kepada-Mu”. (Syarh Kitaabit-Tauhiid, 2/391-392)
حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ الطَّالْقَانِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ مُبَارَكٍ، عَنْ
لَيْثِ بْنِ سَعْدٍ، حَدَّثَنِي عَامِرُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ أَبِي عَبْدِ
الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ
العاص، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَسْتَخْلِصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ
الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ
سِجِلًّا، كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يَقُولُ لَهُ: أَتُنْكِرُ مِنْ
هَذَا شَيْئًا؟ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ؟ قَالَ: لَا، يَا رَبِّ،
فَيَقُولُ: أَلَكَ عُذْرٌ، أَوْ حَسَنَةٌ؟ فَيُبْهَتُ الرَّجُلُ، فَيَقُولُ: لَا،
يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: بَلَى، إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً وَاحِدَةً، لَا
ظُلْمَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ، فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ، فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فَيَقُولُ:
أَحْضِرُوهُ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ
السِّجِلَّاتِ؟ ! فَيُقَالُ: إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ، قَالَ: فَتُوضَعُ
السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ، قَالَ: فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ، وَثَقُلَتْ
الْبِطَاقَةُ، وَلَا يَثْقُلُ شَيْءٌ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ "
Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin
Ishaaq Ath-Thaalaqaaniy: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mubaarak, dari
Laits bin Sa’d: Telah menceritakan kepadaku ‘Aamir bin Yahyaa, dari Abu
‘Abdirrahmaan Al-Hubuliy, ia berkata: Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Amru bin
Al-‘Aash berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla akan membebaskan seseorang dari umatku di
hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu dibukakan kepadanya
sembilanpuluh sembilan catatan amal. Setiap catatan sejauh mata memandang.
Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua hal ini?. Apakah
pencatatan-Ku (malaikat) itu telah mendhalimimu?’. Orang itu berkata: ‘Tidak,
wahai Tuhanku’. Allah berfirman: ‘Apakah engkau mempunyai ‘udzur/alasan atau
mempunyai kebaikan?’. Orang itu pun tercengang dan berkata: ‘Tidak wahai Rabb’.
Allah berfirman: ‘Bahkan engkau di sisi kami mempunyai satu kebaikan’. Tidak
ada kedhaliman terhadapmu pada hari ini’. Lalu dikeluarkanlah padanya sebuah
kartu (bithaqah) yang tertulis: Asyhadu an Laa ilaaha illallaah wa anna
Muhammadan ‘abduhu wa Rasuuluh (aku bersaksi bahwasannya tidak ada tuhan yang
berhak diibadahi selain Allah, dan aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya) Allah berfirman: ‘Perlihatkan kepadanya’. Orang itu
berkata: ‘Wahai Rabb, apalah artinya kartu ini dengan seluruh catatan amal
kejelekan ini?’. Dikatakan: ‘Sesungguhnya engkau tidak akan didhalimi”. Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Lalu diletakkanlah catatan-catatan amal kejelekan
itu di satu daun timbangan. Ternyata catatan-catatan itu ringan dan kartu
itulah yang jauh lebih berat. Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat daripada
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (Diriwayatkan oleh Ahmad,
2/213; shahih)
Hadits bithaqah di atas menjelaskan bahwa
orang tersebut selamat (dari neraka) meskipun hanya mempunyai satu kebaikan
saja, yaitu kalimat tauhid.
Hal tersebut sesuai dengan keumuman nash:
Firman Allah ta’ala:
إِنَّ اللَّهَ
لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisaa’: 48)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ خَالِدًا، عَنْ
أَبِي بِشْرٍ الْعنبري، عَنْ حُمْرَانَ بْنِ أَبَانَ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ
عَفَّانَ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ
مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ "
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Ja’far: Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia berkata: Aku mendengar
Khaalid, dari Abu Bisyr Al-‘Anbariy, dari Humraan bin Abaan, dari ‘Utsmaan bin
‘Affaan, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang meninggal,
dan ia mengetahui bahwasannya tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan
Allah, ia pasti masuk surga”. (Diriwayatkan oleh Ahmad 1/65; shahih)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ
وَاصِلٍ، عَنْ الْمَعْرُورِ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا ذَرٍّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " أَتَانِي جِبْرِيلُ، فَبَشَّرَنِي أَنَّهُ
مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، قُلْتُ: وَإِنْ
سَرَقَ، وَإِنْ زَنَى، قَالَ: وَإِنْ سَرَقَ، وَإِنْ زَنَى "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Basyaar: Telah menceritakan kepada kami Ghundar: Telah menceritakan kepada kami
Syu’bah, dari Waashil, dari Al-Ma’ruur, ia berkata: Aku pernah mendengar Abu
Dzarr, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jibriil
mendatangiku, lalu memberikan kabar gembira kepadaku bahwasannya siapa saja
yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,
niscaya masuk surga”. Aku (Abu Dzarr) berkata: “Meskipun ia mencuri dan berzina?”.
Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Meskipun ia mencuri dan
berzina”. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 7487)
حَدَّثَنِي
إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، سَمِعَ يَحْيَى بْنَ آدَمَ، حَدَّثَنَا أَبُو
الْأَحْوَصِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ، عَنْ مُعَاذٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ، يُقَالُ لَهُ: عُفَيْرٌ، فَقَالَ: " يَا مُعَاذُ
هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى
اللَّهِ؟، قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ
عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ، وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ
الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا،
فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ، قَالَ: لَا
تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا "
Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin
Ibraahiim, ia mendengar Yahyaa bin Aadam: Telah menceritakan kepada kami
Abul-Ahwash, dari Abu Ishaaq, dari ‘Amru bin Maimuun , dari Mu’aadz bin Jabal
radliyallaahu ‘anhu, ia berkata: “Aku pernah membonceng Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam di atas keledai beliau yang bernama ‘Ufair. Beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Mu’aadz, tahukah engkau apa hak
Allah atas hamba-hambaNya dan apa hak hamba atas Allah?”. Aku berkata: “Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya hak Allah atas
hamba-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan hak hamba atas Allah adalah tidak diadzab orang yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun(7)”. Aku berkata: “Wahai
Rasulullah, Tidakkah aku berikan kabar gembira ini kepada manusia?”. Beliau
berkata: “Jangan engkau kabarkan, nanti mereka bersandar dengannya”. (Diriwayatkan
oleh Al-Bukhaariy no. 2856)
Oleh karena itu, sungguhlah aneh keadaan
sebagian muta’akhkhiriin yang menuduh orang yang meyakini dhahir hadits
sebagaimana diyakini para ulama di atas, sebagai orang yang berpemahaman
Murji’ah. Ada juga yang mengatakan orang yang berhujjah dengan hadits syafa’at,
hadits orang yang minta dibakar, dan hadits bithaqah tentang selamatnya orang
yang tidak pernah berbuat amal kebaikan pun selain tauhid; sebagai orang yang
berhujjah dengan nash-nash mutasyaabihaat dan mengikuti jalan ahluz-zaigh.
Subhaanallaah !!! Nash-nash tersebut di atas tersebar dalam kitab-kitab hadits
yang mu’tabar, terlebih lagi: Ash-Shahiihain. Telah dibahas para ulama dari
dulu hingga sekarang. Jelas juga dilaalah-nya bagi orang yang objektif dalam
penilaian. Bagaimana dikatakan mutasyaabih?. Atau, mengapa mereka tidak
sekalian menuduh para ulama Ahlus-Sunnah yang berhujjah dengan dhahir nash-nash
di atas sebagai Murji’ dan mengikuti jalannya ahluz-zaigh?. (8)
Meyakini selamatnya orang yang tidak pernah
beramal kebaikan selain ketauhidan, bukan berarti meyakini amal/perbuatan
dikeluarkan dari iman. Iman tetaplah perkataan dan perbuatan, dapat bertambah
dan juga berkurang. (9) Tidak pula berkonsekuensi bahwa kekafiran tidak
bisa jatuh/terjadi dengan sebab amal perbuatan, karena yang menjadi bahasan di
sini adalah kekafiran dari sisi at-tark (meninggalkan sesuatu) Amal perbuatan
(jawaarih) menurut jumhur ulama termasuk dalam kamaalul-iimaan, bukan
ashlul-iimaan. (10)
Oleh karenanya, kita tidak akan menggubris
segala tuduhan, karena di hadapan kita ada nash dan penjelasan ulama
Ahlus-Sunnah.
Catatan Penting:
Janganlah sekali-kali meremehkan setiap dosa
yang diperbuat. Meskipun benar bahwa orang yang mati dalam keadaan bertauhid
kelak akan masuk surga – meskipun mungkin nangkring dulu di neraka - , namun
harus diingat bahwa siksa yang paling ringan di neraka tidak pernah
terbayangkan di dunia.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْهَادِ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَذُكِرَ عِنْدَهُ عَمُّهُ، فَقَالَ: " لَعَلَّهُ تَنْفَعُهُ شَفَاعَتِي
يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُجْعَلُ فِي ضَحْضَاحٍ مِنَ النَّارِ يَبْلُغُ كَعْبَيْهِ
يَغْلِي مِنْهُ دِمَاغُهُ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin
Yuusuf: Telah menceritakan kepada kami Al-Laits: telah menceritakan kepada kami
Ibnul-Haad, dari ‘Abdullah bin Khabbaab, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy
radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya ia mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam yang menyebut tentang paman beliau di sisinya, beliau bersabda: “Semoga
syafa’atku bermanfaat baginya pada hari kiamat. Karena itu dia ditempatkan di
neraka yang paling dangkal. Api neraka mencapai mata kakinya, yang dengan itu
otaknya mendidih”. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3885)
Seandainya api neraka yang hanya mencapai mata
kaki saja membuat otak mendidih, bagaimana jadinya keadaan Al-Jahannamiyyuun
yang terakhir kali dikeluarkan dari neraka, yang tubuh mereka sudah seperti
arang?. Satu celupan di neraka merupakan bencana tak terbayangkan yang akan
melupakan segala kenikmatan di dunia.
حَدَّثَنَا
عَمْرٌو النَّاقِدُ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ
سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يُؤْتَى بِأَنْعَمِ
أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُصْبَغُ فِي
النَّارِ صَبْغَةً، ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ: هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ ؟
هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟، فَيَقُولُ: لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ، وَيُؤْتَى
بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَيُصْبَغُ
صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ: هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا
قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ؟، فَيَقُولُ: لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا
مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ
"
Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin
Naaqid: Telah menceritakan kepada kami Yaziid bin Haaruun: Telah mengkhabarkan
kepada kami Hammaad bin Salamah, dari Tsaabit Al-Bunaaniy, dari Anas bin
Maalik, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Akan didatangkan orang paling enak kehidupannya di dunia dari kalangan
penduduk neraka pada hari kiamat. Lalu ia dicelupkan dengan satu celupan ke
dalam neraka. Lalu dikatakan kepadanya: ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah
melihat kebaikan sedikit pun?. Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan sedikitpun?’.
Ia menjawab: ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb’. Kemudian didatangkan orang yang
paling sengsara semasa di dunia dari kalangan penduduk surga. Lalu ia
dicelupkan dengan satu celupkan ke dalam surga. Dikatakan kepadanya: ‘Wahai
anak Adam, apakah engkau pernah melihat kesengsaraan sedikitpun?. Apakah engkau
pernah merasakan kesusahan sedikitpun?’. Ia berkata: ‘Tidak, demi Allah, wahai
Rabb. Aku tidak pernah kesengsaraan dan kesusahan sedikitpun”. (Diriwayatkan
oleh Muslim no. 2807)
Semoga Allah ta’ala senantiasa memberikan kita
taufiq untuk menggali ilmu, memahaminya, dan mengamalkannya sesuai dengan apa
yang dikehendaki-Nya ta’ala.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Semoga ada manfaatnya.
Penulis: Abul Jauzaa’
(Alumnus IPB & UGM)
Editor: Ahmadi As-Sambasy
Cilacap – Jawa Tengah
(Ditulis di Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman,
Yogyakarta – 26042012)
Footnote:
(1) Hadits Abu Sa’iid radliyallaahu ‘anhu yang
ada di awal artikel.
(2) Riwayat Anas radliyallaahu ‘anhu ini
sesuai dengan riwayat Abu Sa’iid yang dibawakan oleh Al-Bukhaariy (no. 7440)
sebelumnya yang menyebutkan: “Penduduk surga (yang melihat mereka) berkata:
‘Mereka itu adalah orang-orang yang dibebaskan Ar-Rahmaan (Allah) dari neraka
lalu dimasukkan ke dalam surga tanpa amalan yang pernah mereka lakukan, dan
tanpa kebaikan yang mereka kerjakan”.
(3) Dalam
sanad hadits ini terdapat Hisyaam bin Sa’d Al-Madaniy, Abu ‘Abbaad atau Abu
Sa’iid Al-Qurasyiy; seorang yang disimpulkan oleh Ibnu Hajar berpredikat
shaduuq, namun mempunyai beberapa keraguan (w. 160 H) Dipakai oleh Al-Bukhaariy
dan Muslim dalam Shahih-nya sebagai syawaahid (lihat: Taqriibut-Tahdziib, hal.
1021 no. 7344, Tahdziibul-Kamaal 30/209, dan Tahdziibut-Tahdziib 4/11) Namun
yang raajih, Hisyaam ini dla’iif. Ia telah didla’ifkan oleh jumhur ulama
seperti Abu Ahmad bin ‘Adiy, Ahmad, Ibnu Ma’iin, An-Nasaa’iy, Abu Haatim, Ibnu
Sa’d, Ibnu Abi Syaibah, Al-Fasawiy, Al-Baihaqiy, Al-‘Uqailiy, Ibnu Hibbaan, Abu
Zur’ah (dalam satu riwayat), Ibnul-Madiniy, Muhammad bin ‘Abdillah Al-Barqiy,
Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan, dan Ibnu ‘Abdil-Barr. (lihat:
Tahriirut-Taqriib, 4/39 no. 7294)
Meskipun ia secara umum adalah perawi yang
dla’iif, namun khusus periwayatannya dari Zaid bin Aslam adalah shahih. Abu
Daawud berkata:
هشام بن سعد
أثبت الناس فى زيد بن أسلم
“Hisyaam bin Sa’d adalah orang yang paling
tsabt dalam hadits Zaid bin Aslam”. (Tahdziibut-Tahdziib, 11/40)
(4) Karena ternyata, mereka masuk juga ke
neraka bersama orang-orang musyrik tersebut.
(5) Sekaligus sebagai dalil qath’iy dalam
permasalahan tidak kafirnya orang yang meninggalkan shalat selama ia masih
mengakui kewajibannya sebagaimana beberapa kali disinggung di blog ini.
(6) Di sini terdapat petunjuk bahwa Ibnu
Baththaal rahimahullah mengambil dhahir hadits bahwasannya orang tersebut masuk
surga tanpa amal kebaikan yang dilakukannya. Wallaahu a’lam.
(7) Dalam riwayat lain:
حَقُّهُمْ
عَلَيْهِ إِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ أَنْ يَغْفِرَ لَهُمْ، وَيُدْخِلَهُمُ الْجَنَّةَ
“Hak mereka atas Allah jika mereka melakukan
hal itu adalah Allah akan mengampuni mereka dan memasukkan mereka ke dalam
surga”.
(8) Baca artikel berjudul: Siapakah Sebenarnyayang Murji’ah?.
(9) Baca artikel berjudul: Iman dan Amal (Dalil, Definisi, dan Korelasi)
(10) Baca artikel berjudul: Definisi Iman (Berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah)
Posting Komentar untuk "Hadits "Tidak Pernah Beramal sedikitpun" dalam Sudut Pandang Ahlussunnah wal Jama'ah"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.