Orang Kaya Yang Berkuasa di Suatu Negeri
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِذَآ أَرَدْنَآ
أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا۟ فِيهَا فَحَقَّ
عَلَيْهَا ٱلْقَوْلُ فَدَمَّرْنَـٰهَا تَدْمِيرًۭا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu
negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
(supaya mentaati Alloh) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,
maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian
Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al Isro’: 16)
Di antara tafsiran dari ayat di atas
adalah:
Ada yang
membacanya “ammarna” dengan mentasydidkan mim sehingga maknanya
adalah kami menjadikan orang-orang yang hidup mewah itu sebagai pemimpin dan
penguasa di negeri itu, lalu mereka berbuat kemaksiatan dan kemungkaran, sehingga
Alloh menghancurkan negeri itu karena kemaksiatan mereka. Riwayat Ibnu Abbas,
Abu al-Aliyah, Mujahid, al-Rabi bin Anas, dan Hasan al-Basri.
Maka tidak mudah untuk menjadi
seorang penguasa dalam sistem tata negara demokrasi, karena sistem seperti ini
(seperti di Indonesia) hanya memberikan kesempatan kepada orang2 yang berduit
dan yang didukung oleh orang2 berduit. Selain itu sangat sulit untuk bisa
menjadi penguasa jika memuruti sistem yang ada. Maka kecil kemungkinan bagi
orang2 baik (yang lurus agamanya) untuk bisa berkuasa.
Menurut Ibnu Taimiyah, pangkal
kerusakan masyarakat itu pemimpin atau rakyat?
Ibnu Taimiyah rahimahullah termasuk
yang berpandangan bahwa rusaknya ummat karena rusaknya pemimpin. Terbukti dalam
ungkapannya yg terekam dalam Majmu Fatawanya di jilid 10 hal. 354-355.
Ungkapan tersebut adalah ketika
beliau mengatakan,
وَمَعْلُومٌ أَنَّهُ
إذَا اسْتَقَامَ " وُلَاةُ الْأُمُورِ " الَّذِينَ يَحْكُمُونَ فِي
النُّفُوسِ وَالْأَمْوَالِ اسْتَقَامَ عَامَّةُ النَّاسِ
"Sebagaimana diketahui bahwa
jika para pemimpin yang berwenang mengatur perkara jiwa dan harta ummat ini
lurus maka rakyatnya pun akan lurus."
Kemudian Ibnu Taimiyah berdalil dgn
ucapan Abu Bakar yang ada dalam Shahih Al-Bukhari ketika seorang wanita bernama
Zainab bertanya kepadanya, "Sampai kapan kita akan berada dalam perkara
yang baik ini setelah dulu kita dijajah masa jahiliyyah?"
Maka Abu Bakar menjawab,
بَقَاؤُكُمْ عَلَيْهِ
مَا اسْتَقَامَتْ بِكُمْ أَئِمَّتُكُمْ
"Selama para pemimpin kalian
lurus."
Itu ada dalam Shahih Al-Bukhari nomor
3834.
Kemudian Ibnu Taimiyah melanjutkan,
وَكَذَلِكَ مِنْ
جِهَتِهِمْ يَقَعُ الْفَسَادُ
"Demikian pula sebaliknya dari
arah merekalah (ulul amri) datangnya kerusakan."
Lalu dia menyebutkan atsar sahabat
bahwa yg ditakutkan di umat ini ada tiga yaitu tergelincirnya orang alim,
perdebatan orang munafik, dan para pemimpin yang sesat."
Lantas apakah ini berbenturan dengan
beberapa teori yang mengatakan bahwa mendapat pemimpin zalim adalah akibat
perbuatan rakyat yg zalim juga?
Sebenarnya tidak berbenturan, justru
saling mendukung, dan salah satu kezaliman rakyat itu adalah ketika dia tidak
peduli dan pasrah saja dipimpin orang zalim tanpa berusaha mengubahnya dgn cara
yang diarahkan oleh syariat.
Hanya saja bagi orang yg berakal
tentu dia mampu berpikir seorang yang baik apakah dia harus menjadi rakyat
jelata biar dapat pemimpin yang baik, ataukah dia harus jadi pemimpin agar bisa
membuat rakyat jadi baik?
Rakyat jelata mana mampu membubarkan
tempat maksiat, tapi seorang pemimpin yang bertakwa bisa melakukannya dgn
kekuasaan yg dia miliki. Dengan syarat rakyat yang merasa baik ini tadi juga
harus berani pasang badan membelanya, bukan membiarkannya dibully orang kafir
dan munafik.
(Disalin dari beberapa Sumber)
Penyusun: Ahmadi As-Sambasy
Cilacap – Jawa Tengah
Posting Komentar untuk "Orang Kaya Yang Berkuasa di Suatu Negeri"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.